Jawa Migran Berubah Menjadi Melayu

Yogyakarta - Para migran asal Jawa menuju ke Semenanjung Malaya pada 1990-an tetap melekatkan identitas dan budaya Jawa sampai saat ini, sebagian saja yang mengubah identitas menjadi Melayu.

Dosen sejarah Universitas Sanata Dharma Dra. Lucia Juningsih, M.Hum menyatakan migran yang tetap kuat identitasnya yang bekerja di perkebunan karet di pantai barat Semenanjung Malaya. Adapun migran yang mengubah identitas menjadi Melayu yang bekerja pada orang-orang Melayu. Alasannya sangat pragmatis, untuk meningkatkan status sosial dari pinggiran ke posisi sentral. Namun identitas jawa tetap ada, sehingga dikenal Jawa Melayu.

“Mereka ingin mengubah stigma negatif terhadap pribumi (Indonesia) seperti malas, bodoh, pasif dan tidak kreatif yang diberikan kaum kolonialis dan imperialis Barat. Strategi ini pada akhirnya sebagai jalan mendapatkan kesetaraan sosial dengan orang Melayu,” kata dia, Senin (14/7/2014).

Meskipun terjadi perubahan indentitas, menurut dia, Jawa Melayu tidak melenyapkan tradisi dan budaya Jawa yang dibawa oleh nenek moyang migran. Sebagian tetap berbahasa Jawa dan menjalankan berbagai kebiasaan di Jawa.

Dalam disertasi berujudul “Jawa Migran dan Jawa Melayu: Transformasi dan Adaptasi pada Masyarakat Jawa di Pantai Barat Semenanjung Malaya Tahun 1900-1957, dia menyatakan migran yang tetap konsisten dengan identitas asli Jawa didukung oleh statistik kewargaan di perkebunan yang heterogen. Dalam situasi tersebut, keragamaan identitas tetap terjadi, tidak ada persoalan minoritas yang menjadi kendala mempertahankan identitas budaya dan etnis.

Konsistensi migrant Jawa di semenjang barat Melayu mencerminkan warga migrant tersebut tidak tersentuh oleh transformasi sosial. Mereka hidup berbasis tradisi dan budaya Jawa, serta tetap menghidupkan simbol-simbol dan tradisi Jawa yang tercermin dalam nama, bahasa pengantar sehari-hari, dan praktik-praktik budaya Jawa. Dalam mempertahankan identitas, mereka juga membentuk lembaga budaya yang dikenal dengan Perkumpulan Jawa Peranakan Malaya.

“Tradisi dan budaya Jawa di kalangan buruh Jawa miggran terus semakin mengakar kuat dan mengakar,” kata dia saat mempertahankan disertasi di Fakultas Ilmu Budaya UGM.

-

Arsip Blog

Recent Posts