Betawi Punya Budaya

Jakarta - Siang begitu terik saat empat perempuan menyanyikan lagu di pelataran panggung di Setu Babakan, Srengsengsawah, Jakarta Selatan, Minggu (10/8/2014). Lagu yang dinyanyikan pun akrab di telinga.

“Ini dia si Jali-Jali, Lagunya enak, lagunya enak-enak sekali,” begitu alunan suara keempat perempuan itu diiringi musik Gambang Kromong.

Lagu Si Jali-Jali mereka menghadirkan awan kala matahari tepat berada di atas ubun-ubun. Tidak heran penonton pertunjukan ini seolah terhipnotis dan tetap berada di depan panggung hingga baris lirik akhir.

Ramai tepuk tangan pun pecah menyambut suara Irma, Iis, Elly dan Rere.

Gambang Kromong hanya satu di antara atraksi kebudayaan yang memeriahkan acara itu. Masih ada ondel-ondel, silat Betawi, dan bobodoran (acara lawak) dan topeng Betawi. Semuanya ada di Festival Setu Babakan.

Acara kebudayaan seperti ini, terselenggara bukan tanpa sebab. Untuk melestarikan kebudayaan Betawi tentu menjadi salah satu alasannya. Walaupun, Festival Setu Babakan tak setiap tahun digelar.

“Acara seperti ini sifatnya insidental. Artinya tak muncul setahun sekali tapi bisa juga dalam setahun dua kali,” kata Indra Sutisna anggota Komite Kesenian dan Penasaran Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan sekaligus panitia acara, kepada Metrotvnews.com, Minggu siang.

Lewat festival ini, Budaya Betawi disuguhkan dengan berbagai ragam. Betawi tak hanya soal Benjamin Sueb, Haji Bolot, Malih Tongtong ataupun Mandra dan Si Doel. Panitia acara juga menghadirkan Betawi dalam ragam makanan. Mereka membuka bazar yang menjajakan kuliner khas betawi seperti dodol Betawi, Soto Betawi, Kerak Telor, Roti Buaya serta Kue Kembang Goyang.

Bahkan, untuk makin mempopulerkan masakan Betawi, panitia menggelar lomba membuat Soto Betawi. Lomba ini diikuti sejumlah ibu dari wilayah Jakarta Selatan. Uniknya, ibu-ibu ini tak hanya membuat soto, tapi minuman yang punya khasiat mengurangi kolestrol yang terkandung dalam Soto Betawi.

Acara yang digelar Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan ini pun sangat meriah. Sepanjang jalan menuju pelataran rumah adat, pedagang menjual pernak-pernik khas Betawi. Mulai dari ondel-ondel, pakaian adat betawi, makanan, hingga kaos Bang Ben.

Indra menyebut acara ini punya tujuan membangkitkan kesadaran, gairah, dan kepedulian pemuda dan pemudi dalam mencintai kebudayaan dan akar tradisi Betawi. Mereka menyadari budaya Betawi tengah bergelut dengan tuntutan pasar dan perubahan zaman.

“Dulu kita punya Muhammad Husni Thamrin dan Ismail Marzuki, dua tokoh kesenian Betawi yang sudah menjadi tokoh nasional tapi enggak dikenal generasi muda. Ini kan menjadi masalah bersama, nah kita sedang berupaya untuk itu,” kata dia.

Indra berharap kebudayaan Betawi kembali dikenal. Sebab, pokok-pokok kebudayaan tak hanya mengajarkan soal hal yang sifatnya materil tapi juga yang immaterial. “Kita ingin orang yang datang ke sini, tak hanya mendapat hiburan tapi juga mendapat hal-hal yang berkaitan dengan budaya secara utuh,” terang Indra.

-

Arsip Blog

Recent Posts