126 Dokar Meriahkan Pembukaan Festival Teluk Palu

Palu, Sulteng - Sebanyak 126 dokar hias dan berbagai pawai kesenian lainnya memeriahkan pembukaan Festival Teluk Palu 2014 di Pantai Talise, Kota Palu, Sabtu.

Parade dokar hias yang mewakili seluruh kelurahan, kecamatan, dan sejumlah instansi itu semula berpawai di pinggiran Teluk Palu hingga akhirnya sampai ke lokasi pembukaan.

Pada kesempatan itu, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Sudarto, Wali Kota Palu Rusdy Mastura, dan Wakil Wali Kota Palu Mulhanan Tombolotutu menjadi penumpang dokar yang ditarik kuda itu.

Para pejabat itu kemudian turun dan menyaksikan berbagai atraksi kesenian lainnya, seperti reog, kuda lumping, marching band, dan peragaan busana.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Palu, Rosdiana Lalusu, mengatakan Festival Teluk Palu itu berlangsung selama tiga hari mulai 27 September 2014.

Di ajang tersebut ditampilkan berbagai kegiatan antara lain lomba tari kreasi baru, lomba dan pameran foto, pemilihan putra-putri Teluk Palu, lomba perahu tradisional, lomba rebana di atas dokar serta lomba renang di Teluk Palu.

Selain itu, setiap perwakilan kelurahan di Kota Palu atau peserta lainnya juga akan menampilkan kuliner dan jajanan khas daerah agar dapat diperkenalkan kepada pengunjung Festival Teluk Palu.

Selain diikuti peserta dari seluruh kabupaten dan kota yang ada di Sulawesi Tengah, ajang wisata itu juga dimeriahkan oleh tamu undangan dari provinsi tetangga.

Harmoni Suara Kolintang dalam Musikal Perantau Minahasa

Jakarta - Harmoni suara kolintang mengiringi musikal tentang perantau Minahasa dalam pertunjukan "The Sound of Harmony - Sanggar Bapontar" di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Sabtu.

Musikal berjudul "Pele Jalanku" (Tutup Jalanku) itu bercerita tentang kesulitan hidup di Minahasa masa lampau yang memaksa seorang anak merantau ke Jakarta, meninggalkan orangtua yang berusaha menghalangi, demi kehidupan yang lebih baik.

Para penikmat seni dan komunitas Minahasa di Jakarta larut dalam harmoni suara kolintang yang mengiringi drama musikal tersebut.

Sebanyak 45 orang ikut memainkan kolintang, alat musik pukul berupa bilah-bilah kayu yang disusun berderet dan dipasang pada bak kayu. Mereka membawakan beberapa lagu, di antaranya "Indonesia Raya", "Kota Manado" dan "Winter Games".

"Bangga rasanya kami hadir serta mempersembahkan sebuah pertunjukan yang memadukan kolintang dengan sebuah drama tentang kehidupan perantau Minahasa. Kami harap pertunjukan ini dapat diapresiasi

para pengunjung galeri ini," kata Pemilik Sanggar Bapontar, Beiby Sumanti.

Dia berharap pertunjukan itu juga bisa menjadi ajang untuk membawa kembali kolintang dan kesenian tradisional khas Sulawesi ke ruang publik yang lebih luas dan selanjutnya mendorong pelestarian seni tradisional tersebut.

Direktur Program Bakti Budaya Djarum Fondation, Renitasari Adrian, mengatakan pertunjukan itu membantu penonton memahami kolintang dan kehidupan Minahasa di masa lampau.

"Pertunjukan ini memadukan alat musik tradisional dengan sebuah pertunjukan drama musikal. Ini harus diberikan apresiasi," katanya.

Seniman Enam Negara Ramaikan Festival Asia Tri Jogja

Yogyakarta - Yogja dijuluki kota seni, memang benar adanya. Kini, sejumlah seniman dari enam negara akan berkumpul dan tampil dalam sebuah acara bertajuk Festival Asia Tri yang akan diselenggarakan di Omah Petruk, Karang Klethak, Kaliurang, dan lapangan Pemda Kabupaten Sleman pada 30 September hingga 2 Oktober 2014.

Festival Asia Tri adalah sebuah festival seni pertunjukan keliling yang diprakasai oleh seniman-seniman tiga negara, yakni Yang Hye Jin dari Korea, Soga Masaru dari Jepang, dan Bimo Wiwohatmo dan Bambang Paningron dari Yogyakarya.

Bambang Paningron, sebagai salah satu pemrakasa Asia Tri Jogja mengatakan, event ini tidak hanya sekedar festival kesenian yang menyuguhkan pentas seni semata.

"Yang utama dari event ini adalah sebagai forum pertemuan bagi para seniman dan pada akhirnya mampu membangun networking," ungkap Bambang saat acara jumpa pers, Jum'at (26/9/2014).

Festival ini pertama kali diselenggarakan di Soul Korea pada 2005. Pada tahun 2014 ini merupakan tahun ke-9 penyelenggraannya. Sekalipun diprakasai oleh tiga negara, namun pada dasarnya festival ini sangat terbuka bagi seniman-seniman dari negara manapun.

"Untuk tahun ini Asia Tri akan dihadiri seniman-seniman dari Jepang, Kanada, Spanyol, Malaysia, Ukraina, dan seniman Indonesia yang berasal dari Jakarta, Cirebon, Lampung, Solo, dan Yogyakarta," ungkap Bambang.

Untuk tahun ini, Asia Tri Jogja mengambil tema Berbagi Pengalaman Budaya. Dengan tema tersebut diharapkan festival ini mampu menumbuhkan rasa solidaritas di kalangan seniman dan merupakan media silaturahmi budaya antar bangsa yang pada akhirnya akan menumbuhkan saling pengertian antar budaya yang berbeda.

"Dalam festival tersebut nantinya akan menampilkan seni kontemporer musik, tari, dan performance art. Selain itu juga akan ikut tampil seni tradisi seperti jathilan," imbuh Bambang.

Pluit Village Gelar "Food Lovers Festival"

Jakarta - Sebagai mal keluarga yang terletak di Jakarta Utara, dan memiliki keunikan berupa danau tepat di depan area mal, Pluit Village yang merupakan salah satu mal dalam portofolio Lippo Malls Indonesia, kembali menyelenggarakan rangkaian kegiatan festival kuliner istimewa di akhir bulan September ini.

Mengangkat tema "Food Lovers Festival", kegiatan ini bakal menyajikan berbagai makanan Indonesia bagi kalangan pecinta kuliner di Jakarta, khususnya yang tinggal di sekitar kawasan Pluit, Jakarta Utara.

Marketing Communication Manager Pluit Village, Dian Widyastuti menjelaskan, acara ini dilatarbelakangi oleh kebiasaan masyarakat untuk mengunjungi pusat perbelanjaan, yang tidak hanya berbelanja kebutuhan, namun juga sebagai tempat untuk berwisata kuliner.

"Food Lovers Festival dimulai pada 26 September sampai dengan tanggal 12 Oktober 2014, dengan mengambil lokasi di East Mezzanine lantai satu, Pluit Village. Area kuliner ini akan beroperasi pada pukul 4 sore pada hari senin hingga kamis dan pukul 2 siang pada hari jumat hingga hari Minggu," kata Dian dalam siaran pers yang diterima Beritasatu.com di Jakarta, Jumat (26/9) petang.

Lebih lanjut Dian menjelaskan, festival kuliner ini akan menyajikan berbagai macam sajian lezat khas nusantara dari mulai Sate Ayam Blok S, Kwetiau Ashim, Nasi Ulam Misjaya, Bakmi Hakka, Lontong Sayur Medan 'Idola', Harum Panggang, Nasi Goreng Gila Buana, Nasi Bakar Khas Manado, Nasi Gurih Pak Zul, Pondok Daun, Laksa Sari, Pempek Susan, Nasi Goreng Ham Ny. Yenny, Emie Acuan Vegetarian, dan Otak-otak special 86.

"Selain itu, ada juga makanan ringan seperti Bola Ubi Madu O'Leea, Kerak Telor, Tahu Gejrot, Durian Acin, Es Podeng, Ice Royal, Ice Cream ESTA, Es Duren GFA, Es Sekoteng, Es Pisang Ijo Pemuda, Es Ketan Durian Rie Chi, Kue Ape & Lecker, My Durian, dan masih banyak makanan lainnya," tambahnya.

Selain sajian nusantara yang lezat dan menggugah selera, kata Dian, untuk memanjakan para pengunjung setia yang datang, pihak Pluit Village bakal menghadirkan hiburan berupa Accoustic Band setiap harinya, dan bintang tamu artis idola remaja 'Rassya' yang akan tampil pada hari Sabtu tanggal 4 Oktober 2014 pukul 19.00 Wib di Panggung Food Lovers Festival, East Mezzanine lantai satu, Pluit Village.

"Dalam event kali ini, kami juga menghadirkan beberapa makanan khas yang terkenal kelezatannya, dari beberapa lokasi di Jakarta. Semuanya, kami kumpulkan dalam acara ini, guna memudahkan kalangan pecinta kuliner untuk menikmati sajian aneka macam makanan khas Nusantara," jelas Dian.

Selain itu, lanjut dia, event ini juga menghadirkan 'Festival Durian', dimana kalangan pengunjung dapat membeli empat buah durian dengan harga Rp 100.000. "Untuk menambah kemeriahan, kami juga menyelenggarakan 'Durian Eating Competition' pada tanggal 5 oktober 2014, dengan memperebutkan total hadiah sebesar Rp 5.000.000," tambahnya.

Melengkapi program Food Lovers Festival ini, lanjut Dian, pihak Pluit Village juga menggelar aneka program yang menarik seperti Eat 2 Win dengan total hadiah Rp 15.000.000 bagi kalangan pengunjung, dan pelanggan setia Pluit Village yang melakukan transaksi pembelian kupon belanja Food Lovers Festival (Non-Refundable) dan kelipatannya sebesar Rp 50.000.

"Untuk pengundian pemenangnya, akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 5 dan 12 Oktober 2014 pukul 19.00 WIB," jelas Dian.

Ada Gebyar Budaya di Monas 27 September

Jakarta - Dalam rangka merayakan Hari Pariwisata Dunia (World Tourism Day) yang diperingati setiap tanggal 27 September, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta akan menggelar Gebyar Budaya Hari Pariwisata Dunia 2014 di Taman Monas, Jakarta Pusat.

Seperti yang dilansir dari Indonesia.Travel, Jumat (26/9/2014), masyarakat yang datang dalam acara tersebut dapat menyaksikan berbagai macam seni dan budaya Nusantara, dari Sabang sampai Merauke.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budiman mengatakan bahwa festival budaya ini digelar untuk membangun Jakarta sebagai pusat kebudayaan Indonesia, pusat pariwisata dan untuk mengeksplorasi keragaman budaya dari seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, acara ini juga akan menjadi media apresiasi terhadap keragaman seni budaya Nusantara yang patut dibanggakan.

"Kita ingin meningkatkan keragaman event seni budaya sebagai daya tarik pariwisata di Kota Jakarta," kata Arie Budiman.

Bagi Anda yang ingin hadir di acara ini, Anda cukup menyiapkan diri serta jangan lupa membawa kamera karena pengunjung yang hadir di acara ini tidak akan dipungut biaya sepeserpun.

Anda dapat menikmati semua atraksi produk wisata seperti wisata budaya, sejarah, ekowisata, serta wisata olahraga seperti berselancar, menyelam, berlayar, golf, bersepeda dan marathon.

Selain itu, terdapat juga pameran industri kreatif Nusantara, karnaval Nusantara, pertunjukan musik dan tari kolosal. Semua itu dikemas dalam acara yang mengusung tema “The Colors of Jakarta for the World”.

Bila Anda belum puas, masih akan ada tari kolosal yang melibatkan salah satu sutradara ternama di Tanah Air yaitu Rama Soeprapto. Ia akan mengolaborasikan berbagai tarian tradisional dari seluruh Nusantara dengan melibatkan setidaknya 50 penari dan 30 musisi.

Sedangkan Karnaval Nusantara akan menggandeng sekira 20 komunitas yang terdiri dari 250 penari terbaik, dan pameran industri kreatif yang akan menampilkan lebih dari 30 stand usaha mikro, kecil dan menengah. Hiburan lain ada pada panggung musik yang akan mengadirkan beberapa artis, seperti Angel Pieters, Gio, Ubay, dan Yuka.

Perayaan Hari Pariwisata Dunia (World Tourism Day) yang ditetapkan oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO) ini sengaja dilakukan untuk mendorong kesadaran masyarakat Internasional akan pentingnya pariwisata sebagai bagian dari pembangunan ekonomi, sosial dan budaya yang berkelanjutan.

Sejalan dengan tema Hari Pariwisata Dunia 2014 "Tourism and Community Development" maka event-event budaya yang ditampilkan di Jakarta melibatkan seluruh potensi masyarakat dan komunitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

"Kampung Wong Kito" Hadir di Festival Kuliner Bekasi 2014

Bekasi, Jabar - Meneruskan komitmennya untuk terus melestraikan kuliner Indonesia, Summarecon Mal Bekasi (SMB) kembali mempersembahkan keragaman kuliner khas Nusantara yang kaya cita rasa melalui event tahunan, Festival Kuliner Bekasi.

Setelah sukses menggelar festival kuliner "Kampung Sampireun" pada 2013, Summarecon Mal Bekasi (SMB) kembali menggelar Festival Kuliner Bekasi (FKB) 2014, dengan mengusung tema "Kampung Wong Kito".

Festival Kuliner Bekasi Kampung Wong Kito di Summarecon Mal Bekasi

Tema tersebut mengadaptasi nuansa khas bumi Sriwijaya, dengan menghadirkan dekorasi tanah Palembang. Halaman parkir barat The Downtown Walk Summarecon Mal Bekasi disulap layaknya sebuah replika pedesaan tradisional, dengan bentuk booth yang diadaptasi dari Rumah Limas, yaitu rumah tradisional daerah Palembang.

Selain itu, terdapat juga replika Jembatan Ampera sebagai gerbang pintu masuk festival yang dibuat dengan ketinggian mencapai lebih dari 10 meter dan panjang 41 meter.

General Manager Summarecon Mal Bekasi, Willy Effendy mengatakan, festival kuliner tersebut dimaksudkan untuk melestarikan ragam kuliner Nusantara. Setelah sebelumnya mengambil tema dari daerah Jawa Barat “Kampung Sampireun” maka kali ini Palembang menjadi pilihannya.

"Tahun ini kita menyeberang ke Sumatera, utamanya Palembang dan Bangka. Kami ingin memperkenalkan makanan daerah lain, bukan dari Jawa Barat saja. Tidak tertutup kemungkinan ke depan ditampilkan tema Kalimantan, Sulawesi atau Irian," jelasnya, saat ditemui di SMB, Jumat malam, 26 September 2014.

Festival Kuliner Bekasi ini digelar di atas lahan seluas 7.000 m2, merangkul 102 tenant yang turut berpartisipasi pada event yang diselenggarakan selama 24 hari penuh. Tenant makanan dan minuman tersebut terbagi dari 46 booth dan 56 gerobak sajian kuliner terpilih.

Dan untuk lebih memperkenalkan ragam kuliner khas Sumatera, FKB menghadirkan Sumatera Corner yang terdiri atas beragam booth dengan menu khas Sumatera Selatan dan sekitarnya.

Festival Kuliner Bekasi Kampung Wong Kito di Summarecon Mal Bekasi

"Kami memang sangat serius menggarap temanya, mulai dari suasananya, sampai kesenian daerahnya. Kami juga langsung terjun ke daerah asalnya untuk mencari jenis makanan yang paling enak. Jadi, benar-benar menerjunkan tim untuk langsung mencicipi semua makanan yang paling enak di Palembang," ujarnya.

Selama tiga hari tim kreatif SMB berburu kuliner khas di Bangka dan Palembang. Sebagian tenant langsung diundang dari Bangka dan Palembang, tapi sebagian mempunyai cabang di Jakarta.

"Contohnya di booth oleh-oleh Palembang itu, ada kerupuk Bangka yang memang didatangkan langsung dari sana," kata Willy.

Festival Kuliner Bekasi Kampung Wong Kito di Summarecon Mal Bekasi

Willy menjelaskan, berlokasi tepat di depan gerbang pintu masuk, pengunjung bisa menemukan ragam kuliner seperti Mie Celor Palembang, Nasi Kapau, Pindang Pondok Wong Palembang, Sate Padang Ajo Ramon, Tekwan Pondok Wong Palembang, Soto Padang & Nasi Goreng Padang Hayuda, Pempek Pak Raden, serta martabak & Roti Cane Kubang Hayuda. Tidak ketinggalan sajian manis khas Palembang seperti, es kacang merah dan kue srikaya.

“Tidak hanya sajian kuliner khas Palembang, sajian kuliner nusantara lainnya seperti Bakmie Jowo, Empal Gentong, Nasi Timbel, Sate Jamur, Nasi Sanglah, Kupat Tahu Magelang, Pecel Madiun, Toge Goreng, dan masih banyak yang lainnya,” kata Willy.

Festival Kuliner Bekasi ini diselenggarakan mulai tanggal 26 September – 19 Oktober 2014, dibuka setiap hari yaitu Senin – Jumat mulai pukul 16.00 – 22.00 WIB serta Sabtu – Minggu dan Libur Nasional pukul 11.00 – 23.00 WIB.

Festival Kuliner Bekasi Kampung Wong Kito di Summarecon Mal Bekasi

Berbeda dari tahun lalu yang menggunakan uang FKB sebagai alat transaksi, FKB tahun ini menggunakan kartu Top Up. Kartu tersebut bisa digunakan di area Bekasi Food City dan area Food Temptation.

"Kartu ini tidak memiliki batas waktu pemakaian dan dapat di-refund kapan pun. Bahkan bisa untuk bayar parkir," ujarnya.

Melengkapi kemeriahan Festival Kuliner Bekasi, pengunjung juga akan disuguhkan hiburan berupa tarian khas Sumatera Selatan yaitu tari Gending Sriwijaya dan drama musikal sejarah Pulau Kamaro yang menjadi pembuka di acara Festival Kuliner Bekasi tersebut.

Selain itu, rangkaian tarian lainnya seperti tari Yasaman, tari Zapin, Gondang 9, hiburan kolintang hingga alunan musik melayu akan menemani santap kuliner di Festival Kuliner Bekasi.

Festival Kuliner Bekasi Kampung Wong Kito di Summarecon Mal Bekasi

“Kami berharap acara festival kuliner ini dapat memberikan wadah bagi para pencinta kuliner dan bagi para usaha mikro kecil dan menengah khususnya di bidang kuliner agar tetap melestarikan kekayaan kuliner Indonesia yang sangat luar biasa ini. Jangan lewatkan juga hiburan layar tancap yang hadir setiap hari serta workshop layang-layang yang hadir di setiap akhir pekannya,” ujar Willy.

Puluhan Jajanan Langka Khas Solo Dipamerkan di Hotel Berbintang

Solo, Jateng - Puluhan jajanan tradisional khas Solo yang hampir punah dipamerkan di lobi The Sunan Hotel Solo. Jajanan langka tersebut di antaranya berupa makanan Cabuk Rambak, Pecel ndeso, aneka jenang, Sate Kere, Putu Bumbung, Gulali, Opak Angin, Sempe, kue leker, Gandos Rangin, Jadah Blondo, Arum Manis Blek Ndeso, Tiwul dan lain sebagainya. Selain makanan sejumlah minuman tradisional juga dipamerkan di antaranya, Dawet Ayu, Jamu Gendong, Wedang Ronde dan Wedang Asle.

Acara yang dikemas dalam balutan tema "Traditional Dessert Festival" tersebut berlangsung 25-27 September 2014, mulai pukul 15.00-19.00 WIB. Selain menikmati jajanan tradisional Solo, pengunjung juga dihibur dengan kesenian tradisional siteran, tarian tradisional, serta bisa mengikuti demonstrasi membatik bersama Batik Keris.

"Traditional Desert Festival ini merupakan bentuk kepedulian sosial kami terhadap warisan kuliner Solo yang mulai langka," ujar Public Relations Manager The Sunan Hotel Solo, Retno Wulandari.

Bersamaan dengan acara tersebut, lanjut Retno, The Sunan Hotel Solo juga menggelar Kontes Best Pic & Story di twitter dan Instagram. Pengunjung dapat mengirimkan twitpic, instapic/videogram dengan cerita berkesan mengenai makanan, dekorasi, atau suasana di acara tersebut.

"Festival jajanan tradisional ini sudah ketiga kalinya. Ada 16 pedagang jajanan tradisional yang kami undang langsung untuk menyuguhkan 28 jenis makanan. Kami juga memberikan tali asih berupa uang tunai kepada para pedagang kuliner tradisional yang terlibat dalam acara ini," imbuhnya.

Meskipun acara ini diselenggarakan di hotel berbintang empat, lanjut Retno, para tamu tak perlu khawatir karena harga yang ditawarkan sama dengan harga aslinya yaitu berkisar antara Rp 2 ribu hingga Rp 10 ribu. Ia berharap kekayaan jajanan tradisional kota Solo bisa menjadi daya tarik tidak hanya bagi masyarakat Solo tapi juga wisatawan yang ingin melakukan kunjungan di kota budaya ini.

"Traditional Dessert Festival ini digelar dengan tujuan untuk memperkenalkan jajanan Solo dan membangun kecintaan terhadap kuliner khas Kota Solo," ujarnya.

UNESCO Serahkan Sertifikat Tari Saman Sebagai Warisan Budaya Dunia

Jakarta - UNESCO badan PBB soal kebudayaan menyerahkan sertifikat pengakuan tari Saman asal Gayo Lues, Propinsi Aceh sebagai salah satu warisan budaya dunia tak benda. Sertifikat pengakuan tersebut diserahkan UNESCO kepada Pemerintah Indonesia pada Kamis (25/9).

“Meski penyerahan ini sedikit terlambat tapi punya makna amat dalam. Ke depan harus kita jaga agar pengakuan UNESCO tersebut tidak dicabut,” kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Windu Nuryanti.

Selain tari Saman, UNESCO juga mengakui ts rajut noke asal Papua sebagai warisan budaya dunia tak benda. Duplikat sertifikat kedua warisan tersebut diserahkan dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) ke pemerintah daerah masing-masing.

Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengatakan, pengakuan tari saman menjadikan pendorong untuk lebih mencintai dan melestarikan budaya. “Pengakuan ini membanggakan kita semua sekaligus agar lebih peduli pada budaya lokal jadi tidak khawatir seni budaya kita diklaim negara lain,” kata Zaini.

Tari Saman sudah ditetapkan dan diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda sejak 24 November 2011 dengan kriteria warisan budaya yang memerlukan perlindungan mendesak. Tari saman merupakan warisan budaya masyarakat Gayo yang dapat dilacak sampai abad ke-13 yang kemudian dikembangkan oleh Syekh Saman dan berisi tentang pesan-pesan moral.

Tari tersebut dilakukan anak laki-laki dengan jumlah pemain ganjil, duduk di atas tumit atau berlutut pada satu baris yang rapat. Pelatih atau pemimpin, disebut penangkat duduk di tengah garis dan memimpin nyanyian ayat-ayat mengandung pesan tentang tradisi, pembangunan, agama, saran, sarkasme, humor dan bahkan roman.

Pemain bertepuk tangan, memukul dada, paha dan tanah. Gerakan saman melambangkan alam, lingkungan dan kehidupan sehari-hari dari masyarakat Gayo.

Saat ini Indonesia memiliki 4 kawasan cagar budaya yaitu Borobudur,Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran, dan Subak, Bali serta 6 warisan budaya benda dan tak benda, yaitu wayang, keris, batik, angklung, tari saman, dan noken.

Biola WR Supratman Ikon Museum Sumpah Pemuda

Jakarta - Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat, menjadikan biola yang digunakan Wage Rudolf (WR) Supratman mencipta lagu Indonesia Raya sebagai ikon.

Kepala Museum Sumpah Pemuda Agus Nugroho mengatakan biola buatan Nicolaus Amateus Fecit milik WR Supratman terbuat dari tiga jenis kayu yaitu jati Belanda, mapel Italia serta kayu eboni Afrika Selatan.

"Biola ini diperoleh WR Supratman tahun 1994 dari W.M. Van Eldick sebagai hadiah ulang tahun," katanya kepada ANTARA News di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan, biola tersebut digunakan untuk menciptakan lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan di depan peserta Kongres Pemuda Kedua di Gedung Kramat 106 Jakarta pada 28 Oktober 1928.

Biola WR Supratman, lanjut dia, termasuk model Amatus dan berukuran 4/4 atau standar. Panjang badan biola itu 36 sentimeter, lebar badan bagian terlebar 20 sentimeter dan 11 sentimeter pada bagian tersempit, tebal tepian 4,1 sentimeter dan tebal bagian tengah enam sentimeter.

Saat ini Museum Sumpah Pemuda hanya memajang replika biola WR Supratman.

"Yang asli disimpan secara apik di salah satu bagian ruangan museum lainnya. Hal ini bertujuan agar biola tersebut tetap terjaga bentuknya," ujarnya.

Pengelola museum melakukan konservasi atau perawatan biola lama itu dua bulan sekali.

"Tidak hanya biola yang kami lestarikan tapi semangat patriotisme yang terkandung dalam peristiwa penggunaan biola tersebut yang kami pertahankan, agar generasi selanjutnya dapat mengetahui sejarah kemerdekaan bangsa," katanya.

Selain biola itu, Museum Sumpah Pemuda juga menyimpan koleksi foto-foto kegiatan berbagai organisasi pemuda dan piringan hitam Indonesia Raya.

Di gedung yang sampai tahun 1934 menjadi pusat pergerakan mahasiswa itu juga tersimpan replika peralatan rumah tangga milik Sie Kong Liong, pemilik pondokan pelajar yang sekarang menjadi museum.

Gadis Korea Tertarik Kain Songket

Incheon, Korsel - Remaja putri Korea itu tanpa sungkan-sungkan mengikuti gerakan tari yang diperagakan seorang gadis Indonesia di stand budaya Indonesia di area stadion utama Asiad, Incheon, Korsel.

"Saya tertarik tari Indonesia, ini bagus," kata Park So mi yang mengaku seorang pelajar tingkat SMU di Korea.

Selain tarian Sumatera itu, perempuan Korea yang berada di stand Indonesia itu juga menyatakan tertarik dengan kain songket yang dipajang di stand.

"Ini kain bagus sekali, saya suka," katanya.

Sementara itu seorang gadis Indonesia yang menjaga stand mengatakan, orang Korea senang pakaian adat Indonesia.

"Kain-kain adat kita disukai mereka," kata Nurharisyah yang mengaku mahasiswa Unsri Sumsel itu.

Ditanya apakah pakaian yang dipamerkan semacam songket itu dijual, dia mengiyakan.

"Songket ini kami jual seharga 25 ribu won, mereka suka," katanya.

"Stand Indonesia di sini sudah dibuka mulai tanggal 18 September lalu dan akan tutup 4 Oktober," tambahnya.

Di tempat lain yang juga masih berada di area stadion Asiad, berdiri tenda raksasa "food Festival" yang menyajikan makanan khas dari beberapa negara peserta Asian Games 2014, di antaranya dari Tiongkok, Korea, India, Iran, Thailand, Vietnam, Indonesia.

Islam Nusantara Jadi Kiblat Muslim Dunia

Jakarta - Dalam kemajemukan, Islam Nusantara dinilai sebagai kiblat kehidupan Muslim di dunia pascaruntuhnya Andalusia. Warisan terbesar peradaban Islam yang dikembangkan di nusantara adalah corak toleransi dan moderasi keberagamaan yang kokoh.

"Islam Nusantara sangat kaya perspektif, mulai dari ekspresi seni tari hingga kajian sufistik. Dalam domain sosial dan humaniora, Islam Nusantara adalah role model Islam yang damai dan mampu hidup berdampingan dengan agama dan kepercayaan apapun," papar Komarudin Hidayat rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dalam Konferensi Internasional bertajuk Islam Nusantara Past and Present di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Rabu (24/9/2014).

Senada dengan Komarudin, Tommy Christomy Peneliti teks klasik dari Universitas Indonesia (UI) menyebut bahwa jasa peradaban Islam di nusantara adalah bersatunya kerajaan-kerajaan kecil dari Aceh hingga Papua. Teks-teks berbahasa melayu yang ditulis dalam aksara Arab Jawi mampu menjadi pintu masuk peradaban tulis di nusantara.

Tommy menjelaskan bahwa teks sastra melayu Islam berperan besar tidak hanya dalam hal Islamisasi tetapi juga sastra nusantara secara umum.

Keterputusan tradisi tulis yang kaya tersebut disinyalir karena penjajah Belanda memaksakan aksara latin. "Sejak dipaksa meninggalkan tulisan aksara Jawi untuk digantikan dengan aksara Romawi, bangsa Indonesia mengalami keterputusan selama beberapa dekade. Hingga muncul sejumlah karya produk dari pendidikan Belanda pada abad ke-20," jelasnya.

Sementara itu, Prof. Arlo Griffiths, arkeolog Perancis, menegaskan bahwa banyak produk budaya Islam yang sudah menyatu ke dalam budaya lokal tanpa disadari. "Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Indonesia tak mengenal pembuatan nisan pada makam," ujarnya.

Namun, ada masalah mendasar dalam mengembangkan peradaban Islam Nusantara ini, yaitu kurangnya kepercayaan diri dari masyarakat di nusantara sendiri. "Masyarakat kita merasa minder jika berhadapan dengan masyarakat Islam dari timur Tengah atau Asia Selatan. Mereka merasa kuatir jika Islamnya tak murni," sebut Dr Jamhari yang juga arkelolog UIN Jakarta.

Kaligrafi 100 Meter Dibuat Selama MTQ Internasional

Palembang, Sumsel - Sejumlah seniman Sumatera Selatan membuat karya kaligrafi sepanjang 100 meter selama berlangsungnya Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Internasional di Palembang.

"Karya tersebut akan dipamerkan nanti pada penutupan MTQ Internasional Sabtu (27/9)," kata Ketua Lembaga Kaligrafi Indonesia (LKI) Cendikia Faiha Subqy Sarnawi saat ditemui di lokasi MTQ di Palembang Sport and Convention Center, Rabu.

Menurut dia, kaligrafi yang dilukis di atas kain belacu hitam tersebut ditulisi 83 ayat surat Yaasin dengan tinta kain berwarna kuning dan merah.

Ide awal pembuatan kaligrafi di atas kain panjang ini berawal dari permintaan Gubernur Sumsel Alex Noerdin untuk meresmikan lembaga kaligrafi yang ia ketuai.

"Saat kami paparkan ide pembuatan lukisan kaligrafi panjang di atas kain, gubernur setuju," ungkap dia.

Menurut dia, ide tersebut sangat pas untuk disandingkan dengan helatan MTQ Internasional yang diselenggarakan di Palembang, 23--27 September 2014.

Para seniman Kaligrafi yang mengerjakan, berasal dari berbagai daerah di Sumatera Selatan seperti Ogan Komering Ilir, Musirawas, dan Kota Lubuklinggau dimana kesemuanya merupakan ahli kaligradi.

Sementara, waktu pembuatan sendiri diperkirakan selesai pada penutupan MTQ,

Saat ini seniman sudah menyelesaikan tulisan, tinggal menebalkan dan menyempurnakan," jelasnya.

ICAD Selenggarakan Kolaborasi Budaya Ayatana Bernuansa Minang

Jakarta - Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) menyelenggarakan kolabolarasi desain dan seni kontemporer kelima bertajuk "Ayatana on Stage, Collaborative Cultural Performance: Art and Soul of Minang" di Hotel Grand Kemang, Jakarta.

Pertunjukan yang digelar mulai hari ini hingga 7 November 2014 itu mengangkat kisah antara manusia dengan alam yang dikemas dalam latar budaya Minang.

"Pertunjukan yang memadukan antara seni dan desain ini mengedepankan kearifan lokal. Tahun 2013 yang kami gunakan adalah budaya Jawa, dan sekarang Minang," kata sutradara pertunjukan ICAD Dinda Kanyadewi dalam konferensi pers di Hotel Grand Kemang Jakarta, Rabu.

Ayatana, menurut dia, memiliki arti indera kemanusiaan, yang dipandang sebagai dasar dalam menjalani kehidupan. Bila dikaitkan dengan seni dan desain, maka Ayatana memiliki hubungan yang erat dengan alam.

Dari filosofi itu, Ayatama lebih dekat dengan falsafah Minang yang dikenal "alam takambang jadi guru", yang berarti alam akan selalu memberikan contoh.

"Alam adalah guru manusia, yang merekam seluruh aktivitas manusia. Alam harus dijaga," katanya.

Pada Rabu malam, ICAD menyelenggarakan pertunjukan kolaborasi menampilkan Be3, grup vokal yang telah mengukir prestasi selama 20 tahun.

Be3 berpadu dengan tarian kontemporer karya Yola Yulfianti, yang diiringi Trust Orchestra, perpaduan musik modern dengan nuansa Minang.

Pakaian yang dikenakan personel Be3 didesain oleh Qisthas Noe’man.

"Setiap tahun ICAD menghadirkan tren terkini di dunia desain dan seni tanpa meninggalkan kekayaan nilai budaya Indonesia," katanya.

Sementara itu, Direktur Pelaksana ICAD Diana Nasir mengatakan, ICAD ingin melebur dinding yang memisahkan antara seni dan desain.

"Kalau dulu pameran seni selalu dipisah dengan pameran desain, tetapi sekarang keduanya bisa dipadu menjadi sesuatu yang indah," katanya.

Selama enam pekan, ICAD akan menampilkan 34 seniman terdepan dari lintas generasi dan latar belakang beragam, seperti desainer, arsitek, perupa, fotografer, dan sineas.

Semua karya ditampilkan setelah melalui proses kuratorial.

"Sesuai dengan konsep ICAD, semua karya tampil dengan merespons area publik hotel. Ini sebuah pesta yang merayakan ’the power of creativity and expression," katanya.

Perpusnas Koleksi 10 Ribu Naskah Sastra Kuno

Jakarta - Perpustakaan nasional Republik Indonesia memiliki lebih dari 10 ribu naskoh sastra kuno. Koleksi itu ditulis dalam aksara Arab, Jawi, Pegon, Sunda Kuno, Kaganga, Batak, dan Bugis, serta dalam bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Batak, dan Lampung.

"Ada 10.334 buah koleksi yaitu berupa aksara dan bahasa yang tersimpan di Museum," kata Pustakawan Perpustakaan Nasional RI, Sanwani Sanusi di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Ahad (14/9/2014).

Menurut Sanwani, informasi yang ada di dalam naskah kuno adalah Alquran, hadist, hukum, sejarah, hikayat, obat-obatan, teknologi, linguistik, syair, dan arsitektur. Naskah kuno yang dimiliki Perpustakaan Nasional 70 persen ditulis di atas kertas, 25 persen daun lontar, sisanya ditulis di kayu, bambu, dan perkamen (kulit hewan). Perkamen biasanya digunakan suku Aceh untuk menulis informasi penting.

Sanwani mengatakan, dari berbagai koleksi yang ada di perpustakaan, koleksi paling tua adalah naskah Arjuna Wiwahana dari abad ke-14 yang ditulis di atas daun lontar.

Lovina Festival 2014 Siap Sajikan Potensi Seni Budaya Bali Utara

Denpasar, Bali - Buleleng Lovina Festival 2014 akan dilangsungkan pada 25-27 September 2014 bertempat di Pantai lovina Aditya Resort, Desa Kalibukbuk.

Seperti yang dilansir dari Indonesia.travel, Rabu (23/9/2014), acara yang kali ini bertema The Sparkling of Lovina merupakan persembahan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng di Provinsi Bali.

Festival tahunan ini akan mengemas segala potensi seni budaya Bali Utara yang ada di Kabupaten Buleleng. Ada pementasan seni tradisional yang unik dan klasik seperti sapi gerumbungan, ritus sang hyang legong dedari, sang hyang memedi, joged masal dan tari selat segara masal, juga lomba fotografi. Anda pun dapat menemukan pameran hasil kerajinan tangan khas Bali Utara di dalamnya.

Semua komponen masyarakat yang memiliki keterkaitan ikut dilibatkan demi meningkatkan kunjungan wisatawan ke Buleleng. Acara akan dihadiri oleh Bupati Buleleng, Muspida, stakeholder, pemerhati pariwisata Buleleng dan peserta Sail Indonesia 2014.

Melalui ajang promosi pariwisata ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng ingin memberikan pelayanan yang terbaik untuk wisatawan baik lokal maupun mancanegara, serta masyarakat sekitar guna kemajuan Kabupaten Buleleng pada umumnya dan Lovina pada khususnya.

Sebagai salah satu pantai yang menarik di Bali, Lovina menawarkan petualangan yang berbeda, yakni melihat lumba-lumba di lautan lepas.

Sebuah perahu tradisional kecil yang disebut jukung dapat disewa dari warga desa setempat saat pagi hari untuk membawa Anda ke lepas pantai bertemu dengan lumba-lumba.

Tidak seperti pantai lain di Pulau Bali yang memiliki pasir putih maupun cokelat muda, pantai ini berpasir hitam alami. Biota laut di Pantai Lovina juga tak kalah cantik sehingga mampu memanjakan para penyelam.

Pantai Lovina terletak sekira 9 kilometer dari Kota Singaraja, ibukota Kabupaten Buleleng. Dari Kuta atau Denpasar membutuhkan waktu sekira 2-3 jam untuk sampai ke sana. Ada banyak penginapan di sekitar Lovina, mulai dari hotel kelas melati, homestay hingga hotel berbintang sekalipun.

Jakarta Gelar Gebyar Budaya

Jakarta - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta akan menggelar Gebyar Budaya pada Sabtu, 27 September 2014 di Taman Monas, Jakarta Pusat. Berbagai atraksi budaya akan ditampilkan sejak pagi hingga malam.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, Arie Budhiman, mengatakan acara ini gratis. "Masyarakat silakan datang dan menikmati pertunjukan," katanya dalam konferensi pers di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 23 September 2014.

Selama sehari, akan ada pameran industri kreatif, karnaval nusantara, pentas musik, dan pertunjukan tari kolosal dengan tema "Warna Warni Jakarta untuk Dunia". Nantinya budaya yang ditampilkan bukan hanya budaya dari Jakarta melainkam seluruh nusantara. "Ini upaya untuk mewujudkan Jakarta sebagai pusat budaya nusantara dan destinasi pariwisata utama Indonesia," kata Arie.

Pertunjukan tari kolosal bertema Warna-Warni Jakarta pada acara itu disutradarai oleh Rama Soeprapto dan didukung 50 penari dan 20 pemusik. "Ini campuran antara tari tradisonal dengan kontemporer," katanya dalam acar yang sama.

Sementara itu, karnaval budayanya akan diikuti oleh 20 komunitas yang berisi 350 orang. Mereka berharap karnaval budaya ini bisa sejajar dengan sejumlah karnaval budaya lain di berbagai daerah di Indonesia.

Festival Kesenian Indonesia Diikuti Tujuh Perguruan Tinggi

Bantul, DIY - Festival Kesenian Indonesia VIII yang dipusatkan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 25-27 September 2014 akan diikuti peserta dari tujuh perguruan tinggi seni di Tanah Air.

"Peserta utama Festival Kesenian Indonesia ini berasal dari seluruh perguruan tinggi (PT) Seni se-Indonesia yang tergabung dalam Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI)," kata Ketua Umum FKI VIII/2014 Syafruddin dalam jumpa pers di ISI Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, tujuh PT seni itu adalah Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, ISI Surakarta, ISI Denpasar, ISI Padang Panjang, Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.

Pembantu Rektor III ISI Yogyakarta ini mengatakan Festival Kesenian Indonesia (FKI) merupakan kegiatan berkala yang menjadi salah satu program kerja BKS-PTSI, dan FKI 2014 ini merupakan festival kesenian putaran kedua yang diikuti tujuh PT Seni Indonesia.

"Penyelenggaraan festival ini merupakan bukti konsistensi kiprah PTSI untuk media berekspresi, berdiskusi dan mewacanakan pemetaan atas posisi dan kedudukan seni itu sendiri kepada masyarakat," kata Syafruddin.

FKI kali ini mengambil tema "Spirit of the Future : Art for Humanizing Civilization", dengan maksud menekankan konsep dan fungsi seni yang membawa spirit masa depan turut berperan dalam peningkatan keluhuran nilai-nilai kemanusiaaan melalui bentuk-bentuk seni.

Ia mengatakan, masing-masing PT mengirimkan peserta untuk pagelaran seni pertunjukan, pameran baik seni rupa maupun media rekam, selain itu juga mengirimkan peserta seminar nasional, workshop manajemen seni dan produksi film.

"Selain peserta utama, untuk mengembangkan peran serta dan meningkatkan apresiasi masyarakat sebagai kegiatan workshop dan lomba mengikutsertakan masyarakat luas, khususnya pelajar sekolah lanjutan atas," katanya.

Sementara itu, kata dia FKI ini bertujuan menguatkan jalinan kerjasama tujuh perguruan tinggi seni dalam upaya memberikan yang terbaik kepada masyarakat dan negera atas hasil kreativitas berkesenian yang sudah dilakukan oleh sivitas akademika di PT seni masing-masing.

"Kemudian menumbuhkan forum komunikasi yang lebih berkualitas antarperguruan tinggi seni melalui pameran, pagelaran dan seminar ilmiah, juga meningkatkan perhatian dan penghargaan masyarakat nasional dan internasional terhadap aktivitas PT seni di Indonesia," katanya.

Lestarikan Budaya, UI Adakan Pagelaran Aneka Wayang

Depok, Jabar - Sebagai wujud melestarikan kebudayaan, Universitas Indonesia (UI) menggelar acara Wayang Goes to Campus 2014 (WGTC).

Pagelaran ini berlangsung selama seminggu yaitu 23-27 September 2014 di Balairung UI kampus Depok. Sejalan dengan eforia peralihan kepemimpinan nasional, WGTC 2014 kali ini mengusung tema 'Wayang dan Kepemimpinan' yang disajikan dalam berbagai kegiatan pertunjukan.

Yaitu pertunjukan wayang kulit, wayang orang, wayang golek, wayang Potehi dan wayang Tavip serta pameran, sarasehan, workshop dan bazaar.

Ketua Panitia WGTC UI Raymond Michael mengatakan, dalang kondang yang akan tampil di antaranya Ki Manteb Soedharsono, Ki Begug Poernomosidi serta dalang cilik Yudistira Manunggaling Rahmaning Hurip (De Tira).

Sedangkan dalam kegiatan Sarasehan Wayang menghadirkan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai pembicara utama yang akan menyampaikan 'Wayang dalam konteks ke-Indonesiaan'.

Di area bazar dan workshop, selain menghadirkan berbagai produk kerajinan nasional, akan ditampilkan seperti menatah wayang, membuat wayang dari plastik dan membuat berbagai kerajinan dari kain bekas (perca).

Sementara itu, kegiatan pameran menampilkan berbagai koleksi wayang tradisional, juga diisi dengan pameran keris dan batu mulia nusantara. Beberapa sisi pameran juga akan diisi oleh pameran lukisan.

"WGTC juga menampilkan sejumlah mahasiswa UI yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Sastra Jawa UI (KMSJ UI) dan Sekar Sriwedari," kata Raymond, di Depok, Selasa (23/9/2014).

Untuk acara puncak pada Sabtu 27 September, akan disajikan pergelaran Wayang Kulit Wonogiri yang akan dibawakan oleh Enam Dalang sekaligus dalam satu panggung dengan Ki Begug Poernomosidi, Ki Widodo Wilis, Ki Sura Agul Agul, Ki Eka Sunarsono, Ki Sigit Mursita, dan Ki Narta Guna Wiyono dengan lakon 'Semar Mbangun Kayangan'.

"Wayang kulit (shadow puppets) Indonesia telah diakui oleh Unesco sebagai warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 7 November 2003 lalu," ucap Raymond.

Dengan digelarnya acara wayang ini merupakan bentuk pemberian gelar kehormatan Makara Utama UI kepada pegiat dan pelestari budaya wayang yang berkontribusi melestarikan budaya tradisional di Indonesia dan luar negeri.

"Pewayangan memiliki nilai seni serta muatan cerita yang sejalan dengan nilai kepribadian bangsa dan mengandung ajaran-ajaran hidup berkemanusiaan yang masih relevan sepanjang zaman," pungkasnya.

Batik Banyuwangi Kini Naik Level

Banyuwangi, Jatim - Batik Banyuwangi kini naik level masuk ke industri fashion di Indonesia. Sejumlah desainer nasional mengadopsi motif batik dari Banyuwangi untuk dipakai pada rancangan mereka. Pariwisata dan industri kreatif pun ikut menikmati hasilnya.

Desainer seperti Priscilla Saputro dan Irma Lumiga mengadopsi motif kangkung setingkes dalam fashion show mereka di Banyuwangi Batik Festival (BBF), Sabtu (20/9/2014) malam. Batik banyuwangian yang kaya warna dipadukan dengan kain beludru dan brokat dalam berbagai desain, mulai dari busana kasual, busana kerja, hingga gaun koktail yang anggun.

Priscilla terinspirasi dari kekayaan budaya Banyuwangi. Pemilik rumah mode batik Nyonya Indo ini terkesan dengan keramahan warga Banyuwangi saat berkunjung ke daerah tersebut. Kekayaan itu yang menginspirasi Priscilla mendesain gaun. Ia memilih beludru yang dinilai mencerminkan karakter masyarakat Banyuwangi yang kaya hati.

Irma Lumiga pun memakai kain batik motif kangkung setingkes dengan brokat. Irma yang hasil desainnya banyak dipasarkan di Miami, Amerika Serikat, memakai motif batik kangkung setingkes dengan berbagai warna cerah untuk desainnya yang terlihat simpel elegan. Menurut dia, warna cerah sangat populer di Miami, yang merupakan pasar desainnya.

Desainer-desainer lokal pun tampil dalam BBF menggunakan batik motif banyuwangian. Selain desainer, tampil pula sejumlah artis, antara lain Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira, Yuni Shara, Ayu Azhari, Pangki Suwito, dan Yati Oktavia. Mereka mengenakan gaun dari batik banyuwangian.

BBF juga mendapat sambutan antusias dari masyarakat. Gedung pertunjukan Gasibu yang berkapasitas 1.500 orang penuh sesak. Pintu masuk Gasibu terpaksa ditutup sebelum pertunjukan dimulai.

Rangkaian BBF yang digelar dua hari ternyata mendorong perputaran uang di Banyuwangi. Perajin batik lokal kebanjiran order dua bulan sebelumnya.

Hani, salah satu pemilik rumah batik di Rogojampi, Banyuwangi, mengatakan, permintaan batik kini tak hanya datang dari instansi pemerintah atau swasta, tetapi juga dari desainer lokal hingga Jakarta.

Butik-butik khusus batik pun bermunculan melayani wisatawan yang ingin berbelanja baju batik banyuwangian.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, BBF memang diadakan untuk mendorong perekonomian masyarakat Banyuwangi, sekaligus memperkenalkan budaya Banyuwangi.

Mia Ismi Halida dan Biolanya Sampaikan Pesan budaya di St Petersburg

St. Petersburg, Rusia - Putri Batik Indonesia 2011, Mia Ismi Halida, menyampaikan pesan budaya kepada masyarakat Saint Petersburg, Rusia, dengan permainan biola, Senin.

Penampilan Mia dengan busana batik mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat yang terdiri atas pejabat, mahasiswa-mahasiswi dan beberapa pengusaha di gedung Kamar Dagang dan Industri Saint Petersburg.

Sebelumnya, Mia juga telah tampil di Universitas Negeri Moscow, Universitas Negeri Belarusia dan beberapa acara pertemuan antara delegasi pemerintah Indonesia yang sedang melakukan kunjungan kerja di Russia dengan Belarusia pada 15-22 September 2014.

"Saya pikir ini suatu keberhasilan atas diplomasi Indonesia dari aspek seni dan budaya. Keberhasilan itu dapat terlihat dari sambutan penonton yang meriah," kata Mia.

Ini adalah ajang memperkenal dan mempromosikan nilai-nilai budaya Indonesia agar masyatakat internasional mengenal lebih jauh tentang Indonesia, kata Mia.

"Saya selalu memainkan biola dengan hiasan batik, kostum batik dan menampilkan tembang-tembang khas Indonesia seperti lagu Bengawan Solo, Rayuan Pulau Kelapa dan Halo-halo Bandung," Mia menambahkan.

Putri Batik Indonesia tersebut memainkan biola di Universitas Negeri Moscow dalam rangka turut mensukseskan misi pemerintah yang mempromosikan second track diplomacy (jalur kedua diplomasi).

"Jadi kami para artis juga bisa melakukan Second Track Diplomacy melalui penampilan kami. Contohnya, di biola ini saya hias dengan batik bercorak parang dan busana yang saya kenakan juga batik," kata Mia.

Mia menjelaskan, batik Indonesia berbeda dengan yang ada di negara lain karena busana khas nusantara ini memiliki nilai-nilai filosofis seperti batik parang, kawung, sido mukti dan truntum yang dipakai pada saat-saat tertentu.

Delegasi Indonesia ke Rusia dipimpin oleh Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Freddy H Tulung, yang melibatkan beberapa wartawan senior dan pakar Indonesia.

Festival Kuliner Tradisional Meriahkan Ultah Berau dan Tanjung Redeb

Tanjung Redeb, Kaltim - Pesta rakyat dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Berau ke-61 dan Kota Tanjung Redeb ke-204 masih terus berlanjut. Sukses dengan pesta bakar ikan yang melibatkan puluhan ribu masyarakat di Tepian Sungai Segah beberapa waktu lalu. Minggu (21/9) pagi kemarin, ribuan masyarakat kembali berpesta dengan menikmati bersama berbagai jajanan tradisional yang ditampilkan di Festival Kuliner di Lapangan Pemuda Tanjung Redeb.

Kegiatan kerja sama Pemerintah Kabupaten Berau dengan Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Berau ini menyajikan 61 jenis jajanan tradisional. Tidak hanya jajanan khas masyarakat Bumi Batiwakkal, namun juga jajanan tradisional nusantara yang ada di Kabupaten Berau juga disuguhkan. Seperti gagattas, bingka hijau, paria, baulu gulung, kalupis pisang, hamparan tatak, gugus dan berbagai jenis jajanan lainnya. 61 jenis jajanan tradisional yang ditampilkan ini sesuai dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Berau tahun 2014 ini yang ke-61.

Sementara masing-masing jenis jajanan tradisional, disajikan sebanyak 204 yang disesuaikan dengan hari jadi Kota Tanjung Redeb yang ke-204 tahun ini. “Jadi ada lebih dari 12 ribuan jajanan tradisional yang disajikan di festival kuliner ini,” ungkap Wakil Ketua bidang Organisasi dan Pelatihan PHRI Berau, Ruspin, di sela-sela kegiatan Festival Kuliner.

Tidak hanya makanan, berbagai jenis minuman tradisional nusantara juga disajikan di Festival Kuliner ini. Selain itu perwakilan dari beberapa hotel dan restauran yang ada di Kabupaten Berau juga menampilkan berbagai atraksi dalam penataan menu. Seperti kegiatan mengukir buah-buahan yang menjadi daya tarik masyarakat. Kegiatan ini juga melibatkan pelajar dari berbagai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), seperti SMK Maarif Tanjung Redeb yang memiliki jurusan tata boga. Panitia juga menyediakan doorprize bagi masyarakat yang menghadiri Festival Kuliner kemarin.

Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau, Yance Keka, mengatakan, Festival Kuliner jajanan tradisional ini merupakan bagian dari memperingati Hari Jadi Berau dan Kota Tanjung Redeb.

Melalui kegiatan ini berbagai jenis makanan tradisional di daerah ini diperkenalkan kepada masyarakat. Pasalnya, dalam mendukung pembangunan kepariwisataan juga disertai dengan keberadaan kuliner yang menjadi daya tarik pariwisata. “Kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pendukung kegiatan ini, terutama jajaran PHRI Berau,” ungkapnya.

Sementara, Wakil Ketua Bidang Hukum dan Advokasi PHRI Berau, Effendy Djuprianto, mengatakan Festival Kuliner jajanan tradisional ini juga merupakan pembinaan pemerintah bersama PHRI dalam upaya melestarikan kuliner asli daerah.

Beserta kuliner dari berbagai daerah se-nusantara yang juga sudah ada di Bumi Batiwakkal. “Kita berharap melalui kegiatan ini lebih memperkenalkan PHRI kepada masyarakat dan juga melestarikan kuliner tradisional di daerah ini,” tandasnya.

Budaya Indonesia Tampil di Universitas McGill

Montreal, Kanada - Suara gamelan memenuhi Salle de bal alias balai pertemuan, di sebuah fakultas di Universitas McGill, Montreal, Quebec, Kanada, Sabtu (20/9/2014) malam. Alunan gamelan Jawa menjadi pertunjukan pembuka kegiatan ”Aloen Aloen Festival” yang digelar Persatuan Mahasiswa Indonesia di Kanada (Permika), Montreal.

Tabuhan gamelan itu dipersembahkan Kelompok Karawitan Poerwoadi yang hampir semua penabuhnya insinyur asal Indonesia, dengan berbagai keahlian khusus terkait pembuatan pesawat terbang. Malam itu, Bambang Setijoso bersama tim karawitannya tampil dalam balutan busana adat Jawa. Para undangan pun dibuat larut dalam suasana.

Tepuk tangan undangan terdengar saat para insinyur yang dulunya bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara Bandung, Jawa Barat, dan kini bekerja di Bombardier, perusahaan pesawat terbang di Kanada itu, mengakhiri tabuhan gamelan.

”Kami memang tinggal dan bekerja di negeri orang, tetapi kami tetap Indonesia. Di hati kami hanyalah Merah Putih. Kami akan selalu menjaga budaya bangsa Indonesia,” ungkap Sigit Afrianto, salah satu anggota tim karawitan.

Promosi Nusantara

Seusai pertunjukan gamelan, tarian Nuswantoro Joyo dan tari Kridhaning Tembaga persembahan pelajar yang tergabung dalam Duta Seni dan Misi Budaya Pelajar Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, 2014 kembali memukau penonton. Bendera Merah Putih ditampilkan dalam tarian Nuswantoro Joyo yang menggambarkan kekuatan Merah Putih dalam menghadapi berbagai konflik di Nusantara.

Penonton pun mendapat kejutan. Empat pelajar dari Boyolali yang membawakan tarian Tetayuban mendekati undangan dan mengalungkan sampur, lalu mengajak menari bersama dalam alunan musik tradisi Jawa.

”Waw…ini benar-benar kejutan. Saya benar-benar tidak menyangka, senang sekali,” ujar Elio de Madagascar, salah satu undangan yang hadir malam itu.

Tak hanya itu, undangan pun dibuat larut dalam suasana riang saat 18 pelajar dari Boyolali membawakan tarian Topeng Ireng Gugur Gunung dalam kostum bernuansa etnik. Hentakan kaki disertai gemerincing lonceng di kaki penari membuat suasana meriah.

”Kami hadir untuk mempromosikan kekayaan seni dan budaya Indonesia, khususnya dari Kabupaten Boyolali. Kami berharap Indonesia makin dikenal dan akhirnya menarik perhatian dunia luar untuk datang berkunjung ke Indonesia,” papar Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali Abdul Rahman.

”Aloen Aloen Festival” juga diramaikan dengan persembahan tarian dari masyarakat dan mahasiswa Indonesia yang tinggal di Montreal. Semua mengusung semangat Merah Putih, menampilkan kekayaan seni budaya Nusantara.

”Kegiatan ini untuk mempromosikan seni budaya Indonesia,” ujar Anna, dari Permika Montreal.

Selain dihadiri mahasiswa dan dosen di Universitas McGill, sejumlah warga Montreal dan komunitas pencinta budaya Indonesia yang hadir malam itu menikmati pertunjukan tersebut. Presiden Gamelan Bali di Montreal, Eric Vandal, dan salah satu dosen Universitas McGill, R Philip Buckley, pun dibuat terpana dengan pertunjukan tarian Topeng Ireng Gugur Gunung dan Tetayuban yang baru pertama mereka saksikan.

”Kebanyakan orang-orang asing hanya mengenal tarian Bali. Ketika menyaksikan Topeng Ireng Gugur Gunung dan Tetayuban mereka heran. Ternyata banyak tarian tradisi di Indonesia,” ujar Eko Nurcahyo, pelatih tari dari Indonesia yang tinggal di Montreal.

Tak hanya pertunjukan seni budaya, malam itu, sejumlah warga Indonesia di Montreal juga menyuguhkan makanan-makanan khas Indonesia. Selama acara, setiap pengunjung, terutama anak-anak, yang ingin melukis gambar wayang juga diberikan kesempatan.

Malam itu, masyarakat Indonesia yang hadir ikut terlibat, baik tampil dalam pertunjukan maupun menjadi panitia. ”Saya mengajari anak-anak menggambar dan mewarnai wayang,” ujar Naufal Wiwaswan (17), warga Indonesia di Montreal.

Meski hadir dengan peran berbeda, baik warga Indonesia di Montreal maupun pelajar dari Boyolali, semuanya turun tangan demi mempromosikan Nusantara.

8 Budaya Jatim Jadi Warisan Budaya Takbenda Nasional

Surabaya, Jatim - Sedikitnya 8 (delapan) warisan budaya takbenda (intangible heritage) dari Jawa Timur diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional. Pengakuan itu diputuskan dalam Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2014.

Keputusan Sidang yang dibacakan oleh Ketua Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda Nasional, Mukhlis PaEni, di Hotel Millenium Jakarta itu menyebutkan bahwa 8 (delapan) warisan budaya takbenda asal Jawa Timur adalah: Tari Seblang (Banyuwangi), Wayang Topeng (Malang), Ritual Tumpeng Sewu (Banyuwangi), Syiir Madura, Upacara Kasada (Tengger), Ludruk, Jaran Bodhag (Probolinggo), Topeng Dongkrek (Madiun).

Sedangkan permainan anak Egrang, ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Bersama karena permainan ini juga ada di banyak daerah meski dengan nama-nama yang berbeda.

Sebetulnya masih ada satu usulan lagi dari Jatim, yaitu Jaranan, namun dalam klasifikasi pendaftaran terlanjur dimasukkan usulan dari Yogyakarta, padahal kesenian tersebut di Yogya lebih dikenal dengan nama Jathilan.

Selama berlangsungnya Sidang Penetapan tersebut, provinsi Jawa Timur diwakili oleh Henri Nurcahyo, pengurus Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jatim selaku stakeholder Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur. Disamping itu juga didukung oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta, dimana Jatim memang berada dalam wilayah kerjanya.

Pada tanggal 17 Oktober mendatang, kedelapan warisan budaya takbenda tersebut akan ditetapkan secara formal oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dalam kesempatan tersebut Kemendikbud akan langsung mengundang Gubernur Jatim untuk menerimanya.

Penetapan 8 warisan budaya asal Jatim ini melengkapi daftar warisan budaya takbenda asal Jatim yang sudah diakui secara nasional pada tahun lalu. Lima dari 77 warisan budaya tersebut adalah Reog Ponorogo, Keraben Sape (Karapan Sapi), Sapi Sonok, Gandrung dan Kentrung.

Sedangkan warisan budaya tak benda Indonesia yang sudah diakui secara internasional oleh Unesco adalah Wayang, Keris, Batik, Angklung, Saman dan Noken.

Pengakuan ini memang layak mendapat apresiasi. Karena ke 8 warisan budaya asal Jawa Timur itu hingga hari ini masih ada dan sudah banyak didokumentasikan. Termasuk dipelajari para generasi muda. Mudah-mudahan tetap diwarisi generasi muda Indonesia, ujar Henri Nurcahyo saat ditemui suarasurabaya.net, Senin (22/9/2014).

Acara tersebut digelar oleh Direktorat Internalisasi dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pasar Kaget di Inggris Pamerkan Seni Budaya Indonesia

London, Inggris - Sebuah restoran di kawasan Hackney, London timur, menggelar sebuah acara yang disebut Pasar Kaget dengan tema seni dan budaya Indonesia, Minggu 21 September 2014. Acara itu merupakan kerja sama Restoran Stage 3 dengan Komunitas Masyarakat Indonesia di Inggris, Periuk.

Seperti dilansir BBC, Senin (22/9/2014), selain menampilkan tarian dan pajangan tekstil Indonesia, juga ditawarkan beberapa makanan khas Indonesia, antara lain sate, nasi campur, maupun gado-gado.

Sementara Restoran Stage 3 dihiasi dekorasi bercorak budaya Indonesia, seperti wayang dan asesoris lainnya. Tujuan acara ini menurut Periuk untuk memenuhi rasa rindu warga Indonesia yang tinggal di London dan Inggris Raya pada umumnya, serta memperkenalkan cita rasa Indonesia kepada masyarakat lokal.

Prakarsa memperkenalkan seni dan budaya Indonesia di Inggris Raya sudah beberapa kali berlangsung oleh berbagai organisasi.

Mei lalu, KBRI London juga menggelar promosi pariwisata dan budaya Indonesia lewat acara berjudul Hello Indonesia di Lapangan Trafalgar yang terletak di pusat kota London. Acara sehari penuh pada 31 Mei tersebut didukung berbagai lembaga pemerintah Indonesia dengan menghadirkan beberapa seniman Indonesia.

Untuk pertama kalinya, seni dan budaya Indonesia ditampilkan di Lapangan Trafalgar, yang merupakan salah satu tujuan wisata utama di London dan sering menjadi tempat promosi budaya sejumlah negara.

Sedangkan setiap Oktober, organisasi nirlaba, ArtiUK.com, menggelar acara tahunan berjudul Indonesia Kontemporer sejak 2011, bekerja sama dengan KBRI dan SOAS, University of London.

Dengan variasi tema yang berbeda setiap tahun, Indonesia Kontemporer menampilkan pertunjukan seni dan budaya maupun seminar yang diramaikan dengan bazar makanan Indonesia.

Di Gateshead, Inggris utara, pada musim panas berlangsung yang disebut Gong Festival dengan slogan 'merayakan musik dan budaya Indonesia'.

Masih pada musim panas, sekelompok warga Indonesia setiap tahunnya menggelar Indofest di Nottingham, Inggris utara, dengan acara pertunjukan musik dan tari serta bazar makanan.

Cikal bakal Indofest adalah main sepak bola bersama pada 2003 lalu dengan nama Pulkumpul namun 3 tahun kemudian dikembangkan menjadi Indonesian Festival Nottingham.

Kota Yogyakarta Belajar Budaya Melayu di LAM Riau

Pekanbaru, Riau - Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan kunjungan kerja ke Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Senin (22/9/2014). Kunjungan itu dimaksudkan untuk mempelajari adat istiadat dan penyelenggaraan upacara tradisi melayu.

Rombongan yang dipimpin Emiliana Yuliati dan Valentina Anggraini disambut langsung oleh Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Riau, Tennas Effendi dan Ketua Dewan Pengurus Harian (DPH) LAM Riau Al Azhar beserta tokoh Riau lainnya.

Dalam kesempatan ini, Al Azhar memperkenalkan LAM kepada rombongan Sekretariat Pemko Yogyakarta. Dimana, LAM Riau sudah berusia 44 tahun hingga sekarang. Gagasan dibentuknya LAM Riau berawal dari kekhawatiran tokoh Riau akan pudarnya kebudayaan melayu.

"Agar kebudayaan ini tetap utuh, maka tokoh-tokoh Riau berembuk untuk mendirikan LAM Riau," ujar Al Azhar.

Sebelum berbicara adat istiadat, Al Azhar menerangkan geografis Provinsi Riau. Dimana, saat ini terdapat empat sungai besar yang membentang. Keempat sungai tersebut memiliki sejarah masing-masing dan menjadi kebanggaan masyarakat sekitar.

Adapun empat sungai yang dimaksud yakni Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai Kampar dan Sungai indragiri atau Batang Kuantan. "Tiga sungai diantaranya berhulu di Bukit Barisan, sementara Sungai Siak hanya berhulu di rawa-rawa," katanya.

"Empat sungai ini yang menjadi jalur transportasi ke dunia internasional. Sebab, keempatnya bermuara ke Selat Melaka," terang Al Azhar.

Sementara itu, ketua rombongan Pemko Yogyakarta Emiliana Yuliati menyatakan ingin mengetahui terkait dengan kegiatan yang dilakukan LAM Riau. "Kami ingin banyak belajar di LAM Riau, supaya ilmu kami bertambah," ujarnya.

"Dari pemaparan Pak Al Azhar, mengingatkan kami akan pelajar waktu SD. Dimana, ada tiga sungai yang harus selalu kami ingat, yakni sungai Siak, Rokan dan Kampar," urainya. Emiliana datang bersama 14 orang lainnya.

Dikatakan Emiliana, pemilihan Riau sebagai tempat belajar tentang adat istiadat melayu, dikarenakan Yogyakarta juga memiliki adat istiadat. "Kalau disana, kami selalu terlibat dalam kegiatan adat," katanya.

Selanjutnya, Ketua MKA LAM Riau Tenas Effendi memaparkan adat istiadat di Riau. Dimana, adat bersendi syara', syara' bersendi kitabullah. Artinya, adat istiadat yang ada di Riau dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai syariat agama Islam.

Dari segi pergaulan, masyarakat melayu sangat terbuka dengan suku bangsa lain. Keramahtamahan itu sudah ada sejak zaman dahulu, sehingga saat ini masyarakat Riau menjadi majemuk. "Seluruh suku bangsa ada di Riau," kata Tenas.

"Meski beragam, kami tetap menghimbau agar masyarakat mari bersama-sama membangun Riau. Sebab, di Riau ada pepatah mengatakan 'Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung'," jelas Tenas.

Selain itu, LAM Riau memiliki hubungan erat dengan Yogyakarta. Hal itu dibuktikan dengan diberinya Sultan Hamengkubuwono gelar kehormatan melayu, Sri Amanah Dwi Wangsa pada 26 Juni 2013.

"Pemberian gelar tersebut didasarkan atas jasa-jasanya terhadap warga Riau yang sedang belajar di Yogyakarta," ujar Tenas. Hingga saat ini, sudah tujug orang yang mendapat gelar kehormatan Melayu, salah satunya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Bupati Maros, Korupsi, dan Kemenangan Golkar

Kali ini seorang bupati dari Sulawesi Selatan (Sulsel) menyatakan dalam persidangan di pengadilan bahwa korupsi yang dituduhkan kepadanya adalah untuk memenuhi perintah memenangkan Golkar dalam Pemilu 1997.SEPERTI makan buah simalakama. Mantan Bupati Maros, Nasrun Amrullah (48), benar-benar berada di persimpangan pilihan jalan yang sama-sama tidak mengenakkan: manut atau menolak permintaan Golkar. Manut, dia akan berhadapan dengan demonstrasi mahasiswa dan ujung-ujungnya, jabatan empuk itu dicopot. Menolak, ancamannya jelas. Dipecat.

Inilah posisi yang kira-kira menggambarkan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) Nasrun yang geger di Makassar, Sulsel, pada Agustus 1998.

Nasrun terungkap korupsi diawali dengan protes mahasiswa dan kelompok masyarakat Kabupaten Maros yang tergabung dalam Majelis Amanat Rakyat Maros. Investigasi majelis itu memperlihatkan sejak dilantik sebagai bupati pada 13 September 1994, Nasrun dicurigai melakukan praktik KKN. Bukti-buktinya antara lain tiga rumah mewah di Makassar, mobil mahal jip Mitsubishi Pajero, sedan Mercedes Benz E190 Automatic, dan jeep Chrysler Cherokee.

Kejaksaan Tinggi Sulsel lalu membentuk tim khusus untuk mengusut kekayaan Nasrun yang pernah dianggap sebagai bupati terkaya di wilayah provinsi itu. Awal Agustus 1998 Kepala Kejaksaan Tinggi Sulsel HM Gagoek Soebagyanto mengumumkan secara resmi, Nasrun Amrullah dinyatakan sebagai tersangka kasus korupsi Rp 1,4 milyar dalam kasus-kasus: pembangunan pasar, pembangunan terminal angkutan darat Maros, anggaran dana proyek, dan uang Badan Amal Zakat, Infaq dan Shadaqah (Bazis) haji yang tidak disetor ke Pemda Tingkat I.

Tak hanya itu. Dana Proyek Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal pun, menurut Gagoek, dikorupsi oleh Nasrun. Sebelum proses pemeriksaan dimulai, kejaksaan telah menyita salinan cek dari pemborong, uang Rp 87,3 juta dari Bazis haji. Pada saat itu Nasrun hanya bisa berkomentar, "Biarkan semuanya berjalan sesuai dengan mekanisme."

Meski Nasrun sudah menjadi tersangka kasus korupsi, kejaksaan belum bisa langsung memeriksanya. Rupanya Gubernur Sulsel HZB Palaguna bersikeras menunggu Surat Keputusan (SK) dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk membebastugaskan Bupati Maros supaya pemeriksaan berjalan lancar.

SK Mendagri itu sebetulnya tidak perlu ditunggu sebab, menurut Gagoek, berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, pemeriksaan pemimpin wilayah di bawah gubernur cukup dilakukan dengan izin atasan langsung yang bersangkutan.

Ketika mengakhiri masa jabatannya sebagai bupati pada pertengahan tahun 1998, Nasrun masih bikin cerita. Ia mencopot sendiri tanda jabatan dari pakaian dinasnya untuk kemudian diserahkan ke kantor gubernur. Berdasarkan SK Mendagri Nomor 131.53-667 tanggal 10 Agustus 1998, jabatan Nasrun kemudian dialihkan kepada gubernur. Namun, dengan alasan sibuk, jabatan itu diserahkan kepada Pembantu Gubernur Mirdin Kasim SH sebagai pelaksana tugas harian.

Pengalihan jabatan ini, menurut Palaguna, bukan untuk mendiskreditkan seseorang, tetapi untuk memenuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. "Pembebastugasan Nasrun sebagai bupati hanya bersifat sementara, selama proses pemeriksaan berlangsung," katanya. "Apa yang dialami Nasrun sudah dipandang sebagai suatu hukuman. Kita hendaknya tetap berpegang teguh dan menjunjung asas praduga tak bersalah."

***

NASRUN menerima surat panggilan pemeriksaan dari Kejaksaan Tinggi Sulsel dan pemeriksaannya dimulai tanggal 24 Agustus 1998. Sidang digelar di Pengadilan Negeri Maros pada 26 Desember 1998. Dalam dakwaan, tim jaksa penuntut umum yang terdiri dari Sukawati, Syam Kalahang, John Parindingan, Aminah Asri, dan Suriana Sufri menuduh Nasrun korupsi menerima uang saat pembangunan kantor bupati dan pembebasan tanah terminal, yang masing-masing bernilai Rp 200 juta, serta pematangan tanah terminal sebesar Rp 250 juta. Padahal, sudah tersedia dana APBD untuk proyek-proyek tersebut.

Nasrun didakwa pula memungut uang Bazis sebanyak Rp 320.125 untuk tiap orang yang menunaikan ibadah haji pada musim haji 1996/1997. Seluruhnya berjumlah Rp 372 juta, tetapi yang Rp 335 juta masuk ke rekening pribadi Nasrun. Ia pun didakwa memaksa para kontraktor memberi upeti kepadanya. Menurut jaksa, Nasrun telah melakukan korupsi seluruhnya sebesar Rp 987,45 juta.

"Itu hanya fitnah belaka," kata Nasrun menanggapi.

Dalam persidangan, Nasrun menolak tuduhan korupsi dengan alasan, dana dari kontraktor merupakan bagian kebijaksanaannya selaku bupati untuk mempercepat proses pembangunan karena dana dari APBD belum tersedia. Dana yang berkaitan dengan pembebasan tanah sebesar Rp 200 juta telah dibayar kembali. Dana pematangan lokasi pembangunan terminal sudah dikompensasikan, katanya, dengan pembangunan ruko di areal terminal itu.

Lalu, pungutan 10 persen dari para kontraktor, untuk apa? "Ini bagian dari anjuran untuk mengamankan Golkar dalam Pemilu 1997," kata Nasrun. Pungutan berjumlah lebih dari Rp 430 juta itu antara lain digunakan untuk membeli baju kaus Golkar serta beberapa kegiatan lain untuk kesuksesan Golkar. "Para kontraktor itu kader Golkar dan itu semata-mata untuk memenangkan Golkar pada Pemilu 1997," katanya.

***

TANGGAL 15 Juni 1999 Nasrun oleh pengadilan dinyatakan terbukti korupsi dengan vonis dua tahun penjara, denda sebesar Rp 20 juta, atau subsider tiga bulan kurungan. Putusan itu jauh lebih ringan dibandingkan dengan tuntutan jaksa tujuh tahun penjara, denda Rp 25 juta, dan mewajibkan Nasrun mengembalikan uang negara sebesar Rp 725 juta.

Majelis hakim juga memerintahkan Nasrun mengembalikan uang negara sebesar Rp 612.359.026 juta. Sementara barang bukti berupa rumah mewah senilai Rp 1,5 milyar di Jalan Pangerang Pettarani dikembalikan kepada Nasrun sedangkan mobil mewah Pajero dikembalikan kepada PT Bosowa Motor Berlian. Uang tunai sebesar Rp 87,3 juta dikembalikan kepada Bazis Maros.

Nasrun menyatakan banding dan mengaku, "Saya merasa tidak bersalah. Saya tidak terima. Putusan ini tidak adil. Saya banding."

Sejak vonis itu bekas Bupati Maros ini menjadi tahanan rumah di rumah mewahnya yang terletak di bilangan Pettarani. Tahanan rumah ini sampai perkara bandingnya disidangkan. Sekali lagi, setelah vonis, Nasrun masih menyatakan apa yang dilakukannya dengan uang-uang yang bukan haknya "sekadar memenuhi perintah untuk memenangkan Golkar." (p12)

Sumber : KOMPAS - Minggu, 17 Maret 2002

Bupati Madina Diperiksa Soal Korupsi Rp 1,2 Miliar

Medan - Bupati Mandailing Natal (Madina) H Amru Daulay jadi saksi dalam kasus korupsi Rp 1,2 miliar yang diduga melibatkan dirinya. Ia diperiksa di Kejaksaan Tinggi Sumut pada Senin (25/2) kemarin.

Pemeriksaan terhadap Bupati Madina berlangsung lebih kurang 5 jam. Pemeriksaan dilakukan diruang Asisten Pengawasan Kejatisu di Lantai II Gedung Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Jalan Kejaksaan, Medan. Kasus gugatan korupsi ini mencuat ketika tim BPKP pada tahun 2000 menemukan pengalihan dana APBD sebesar Rp 1,2 miliar ke rekening pribadi Sumiran selaku Kepala Bagian Keuangan Pemkab Madina. Nama Amru Daulay disebut-sebut ketika Sumiran mengaku bahwa pengalihan rekening tersebut atas sepengetahuan Amru Daulay.

Gortab Marbun SH, selaku ketua tim pengusutan, mengatakan, Amru Daulay dicecar dengan 10 pertanyaan berkaitan dengan dugaan korupsi dan kesaksian tersangka Sumiran. Namun, Marbun tidak memerinci materi pertanyaan tersebut.

Ditambahkan Marbun, hasil pemeriksaan membenarkan Amru Daulay membubuhkan tanda tangan di atas dua cek senilai Rp 800 juta dan Rp 450 juta. "Dia mengatakan tidak mengetahui perincian dan peruntukan dana sebesar itu. Dia hanya menandatangani sebagaimana kewenangan selaku bupati di atas kertas cek," ujar Amru lagi. Namun, kata Marbun, belum cukup bukti untuk menjadikan Bupati Madina tersebut sebagai tersangka.

Sementara itu, Amru Daulay tidak mau berkomentar banyak soal pemeriksaan yang dilakukan terhadap dirinya. Dia keluar dari ruang Asisten Pengawasan pukul 13.30 WIB. Dengan pengawalan ekstra ketat pihak Kejatisu, Amru meninggalkan gedung Kejatisu lewat pintu belakang. "Tanya saja kepada tim pemeriksa," elaknya ketika dicecar wartawan. (dal)

Sumber: Sinar Harapan 26 Februari 2002

Bantuan Pengungsi Halmahera Tengah (Halteng) Diselewengkan

Ternate - Dana bantuan Megawati Soekarnoputri saat masih menjabat sebagai Wakil Presiden sebesar Rp200 untuk pengungsi korban kerusuhan di wilayah Maluku Utara, hingga kini belum diketahui pemanfaatannya.

Keterangan yang diiperoleh di Biro Sosial Kantor Gubernur Maluku Utara menyebutkan, bantuan yang diserahkan Ibu Megawati kepada penjabat Gubernur Muhyi Effendie ketika mengunjungi Desa Susupu di Kecamatan Sahu, 23 Desember 2000 lalu itu, disinyalir raib.

Melalui Penjabat Gubernur Maluku Utara, Presiden Megawati juga memberi bantuan dua unit mobil ambulan, uang Rp200 juta, 100 ton beras, peralatan masak dan perlengkapan sekolah di Desa Susupu. Sebelumnya Januari 2000, Mega juga memberikan bantuan Rp50 juta.

Susuou di Kecamatan Sahu (Halmahera) merupakan salah satu tempat di Maluku Utara yang dikunjungi Mega saat masih menjawab Wapres Desember tahun lalu. Yang terlihat hanya mobil ambulance sementara uang tunai Rp200 juta tidak diketahui keamana raibnya.

Penjabat Gubernur Muhyi Effendie, selaku Penguasa Darurat Sipil (PDS) Maluku Utara, belum berhasil dikonfirmasikan. "Pak Gubernur, sejak Senin (10/12) pagi mengunjungi sejumlah kecamatan di Kabupaten Halmahera Tengah," tutur Staf Biro Humas Kantor Gubernur setempat. Sekitar 50 persen diselewengkan. (***)

Sumber: Gatra, 11 Desember 2001

Pembebasan Tanah Kramat Tunggak Diwarnai Dugaan Korupsi

Jakarta – Dugaan korupsi senilai miliaran rupian meruap di lingkungan walikotamadya Jakarta Utara. Isu ini berkaitan dengan proses pembebasan lahan di Kramat Tunggak, Jakarta Utara. Pihak Walikotamadya sendiri yang diwakili dan Sekretaris Kodya (Sekko) S.B Sitorus meminta agar masalah ini tidak dibesar-besarkan.

Masalah ini bermula dari upaya pembebasan tanah dan 277 bangunan berupa wisma di kompleks lokalisasi Kramat Tunggak. Namun, ternyata, setelah diberikan ganti rugi, aset Pemda berupa brangkal bekas wisma itu diperjual-belikan secara ilegal. Menurut H. Sukamat, harga sisa bangunan di kawasan itu cukup lumayan. Setiap lembar seng bekas, misalnya, dihargai Rp 10-40 ribu rupiah, tergantung dari kondisinya. Sementara batu bata dihargai Rp 200 per buah. Belum lagi tegel keramik, terali besi atau besi-besi bekas beton yang juga banyak dicari pembeli.

Namun, hal itu dibantah Sitorus, Jumat (2/2). Sitorus yang didampingi pemborong pembongkaran bangunan, Ronny, membantah adanya penyelewengan dalam proses pembebasan tanah di Kramat Tunggak. Soal penjualan material dan bahan bangunan di sana dikatakan sebagai hal yang sudah direncanakan sebelumnya. Hasil penjualan itu akan digunakan sebagai biaya pembongkaran bangunan-bangunan itu.

“Kami sudah koordinasi dengan camat dan lurah tentang penjualan brangkal itu,” kata Sitorus. Ronny pun menambahkan bahwa satu bangunan paling hanya bisa menangguk untung Rp 1 juta dari biaya pembongkaran yang mencapai Rp 600 ribu sampai 1,5 juta rupiah.

Tapi, keterangan Sitorus dan Ronny berbeda dengan informasi yang berhasil dihimpun TEMPO Interaktif dari berbagai sumber di lapangan, Menurut sejumlah warga setempat yang enggan disebutkan namanya, praktek penjualan brangkal bekas bangunan itu terjadi karena banyak pihak memang membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti itu. Apalagi, harga-harga bahan-bahan seperti itu di pasaran memang meningkat semenjak krisis. Bahkan, seorang bekas pekerja di wisma itu mengatakan dari setiap wisma, pretelan bahan-bahan bangunan yang bisa dijual mencapai Rp 10 juta.

Ketika praktek penjualan ini dikonfirmasikan ke Walikota Jakarta Utara, Soebagyo, MM, ia mengaku belum mengetahuinya. “Ini adalah informasi berharga bagi kami. Kami akan menindaklanjuti laporan ini,” ujarnya. Ia pun berjanji akan memanggil semua pihak yang terkait, seperti Camat Koja, Lurah Koja Utara dan pihak pemborong.

Sementara itu, selain ricuhkan dengan aksi praktek penjualan ilegal, sejumlah pemilik bangunan yang sudah diberikan ganti rugi menolak pembongkaran bangunan-bangunan milik mereka. Alasannya, uang pembongkaran yang ditawarkan terlalu kecil. Pemda melalui pemborongnya Ronny menawarkan harga Rp 3-4 juta. Namun, para pemilik menganggap harga yang pantas adalah Rp 15 juta, mengingat bangunannya yang bisa dikategorikan sebagai bangunan mewah. (Y. Tomi Aryanto)

Sumber : TempoInteraktif.com : Jum'at, 02 Februari 2001
-

Arsip Blog

Recent Posts