Besok Festival Debus 2014 di kawasan Anyer Dibuka Wamen Parekraf

Bandung, Jabar - Pengembangan pariwisata tidak boleh meminggirkan budaya dan spirit lokal. Oleh karena itu, upaya pengembangan pariwisata hendaknya didasarkan pada pembangunan masyarakat dan budayanya.

“Budaya dan kearifan lokal menjadi salah satu pilihan strategi budaya untuk meminimalisir dampak globalisasi dan bahkan menjadi counter culture dominasi budaya massa,” ujar Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, menjawab pertanyaan wartawan, saat hadir di acara Semiloka Pengembangan Pariwisata Jawa Barat, yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Jawa Barat, di Grand Royal Panghegar Hotel, Bandung, Rabu (20/8/2014).

Hadir di acara ini, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamen Parekraf), Sapta Nirwandar, sebagai narasumber, kemudian Mochamad Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung), Cecep Rukmana (Ketua Badan Promosi Jawa Barat), para pemangku kebijakan, akademisi, pemerharti budaya dan pariwisata, serta para pelaku bisnis pariwisata.

Semiloka bertema "Competitive Relevance Sebagai Pengungkit Ekonomi Pengembangan Pariwisata Daerah” ini, dimaksudkan untuk dapat menggali dan mengembangkan budaya lokal sebagai modal sosial dan budaya pembangunan masyarakat dalam perspektif desentralisasi atau otonomi daerah.

Menurut Deddy, budaya massa (baca: budaya pop) sering dianggap hanya mewakili selera massa yang bersifat artifisial dan sesaat.

“Berbeda dengan produk budaya yang mendalam dan subtansial. Dalam hal ini diwakili oleh budaya lokal yang memiliki nilai-nilai, baik nilai-nilai yang bersifat filosofis, sosiologis dan produk budaya yang dihasilkan dari semangat budaya yang khas tersebut. Bagi saya budaya lokal adalah sesuatu yang eksotis,” papar pejabat yang juga aktor, seniman dan budayawan ini.

Selain potensi budaya lokal, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, mengharapkan perlunya pemberdayaan kekayaan alam Jawa Barat menjadi potensi pariwisata produktif.

“Sejauh kemampuan kita mengolah dan mengelola, kekayaan alam Jawa Barat sangat potensial ­menjadi bisnis pariwisata sebagai andalan untuk mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD).

PAD ini bisa menjadi salah satu komponen produktif bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang bersinggungan langsung di mana potensi wisata alam itu berada,” ujar Wamen melalui rilis yang dikirim ke Tribunnews.com.

Potensi alam dan budaya, lanjut Sapta Nirwandar, dapat dioptimalisasi dalam rangka pengembangan pariwisata yang menyejahterakan.

Sebab Indonesia memiliki keragaman dan keunikan budaya, serta nilai-nilai estetika yang terkandung di dalamnya.

“Ini merupakan kekayaan negeri yang menginspirasi yang harus kita gali. Indonesia terkenal dengan keindahan panorama alamnya. Berbagai situs bersejarah yang sangat inspiratif, artefak, arsitektur yang menakjubkan, bermacam rupa kuliner, karya seni, serta filosofi hidup bermasyarakat yang mengagumkan. Sebagian potensi ini ada di Jawa Barat,” ujar Sapta yang juga Ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas Padjadjaran (Ika Unpad) ini.

Masih terkait dengan pariwisata budaya, Sapta juga akan membuka pergelaran “Festival Debus 2014” di kawasan Mercusuar, Anyer Serang Banten, Sabtu (23/8/2014).

Festival promosi pariwisata budaya ini untuk pertama kalinya digelar.

Sebagai apresiasi terhadap pelestarian budaya Banten, yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Banten.

-

Arsip Blog

Recent Posts