Separuh dari Tarif Kencan PSK di Saritem Disetor ke "Mami"

Bandung - Perputaran uang di lokalisasi prostitusi memang menggiurkan banyak orang. Namun, tidak semua pekerja seks komersial (PSK) menerima upah tinggi setelah melayani satu orang pelanggan.

Lena (28), contohnya, janda anak dua ini mematok tarif Rp 150.000 untuk sekali "main". Uang tersebut ternyata tidak utuh diterimanya. Lena mengaku, setengahnya dipotong untuk biaya perawatan diri selama dipelihara seorang mucikari yang dipanggilnya "mami".

"Ya paling bersih Rp 70.000-lah. Kan dipotong buat mami. Kita tidur, makan kan di sini, ngumpul bareng sama (PSK) yang lainnya, tapi masih satu bos," kata Lena saat ditemui Kompas.com di lokalisasi prostitusi Saritem, Jalan Gardu Jati, Kecamatan Andir, Kota Bandung, Rabu (18/6/2014).

Ternyata, uang Rp 70.000 hasil jerih payahnya meladeni pria hidung belang pun tidak langsung masuk dompet hitam miliknya seperti saat ditemui. Uang tersebut ditabung oleh sang mami. Dalam satu hari, Lena bisa melayani tiga hingga empat orang pelanggan.

"Nanti kalau mau diambil tinggal bilang. Kadang seminggu sekali aku ambil Rp 500.000 buat kirim ke anak," tutur wanita asal Cidaun, Cianjur, Jawa Barat, itu.

Satu tahun sudah Lena menjadi pelaku bisnis birahi di lokalisasi prostitusi ternama di Kota Kembang tersebut. Dia mengaku tidak pernah menghitung penghasilannya total dalam satu bulan karena uangnya hanya bisa diambil ketika dia memang betul-betul butuh.

Namun, Lena tidak perlu bingung lagi soal perawatan kesehatan dan kecantikan. Sebab, sang mami dengan senang hati membelikan pakaian seksi dan memeriksakan dia ke dokter setiap bulan. "Di sini rutin diperiksa sama dokter setiap bulan," ujarnya.

Lena pun mengaku nyaman bekerja di Saritem. Menurut dia, perlakuan mucikari sangat baik dan ramah. Sewaktu pertama kali dia datang dari kampung ke Saritem untuk menjajakan diri, mami langsung menanyakan alasannya mengapa mau menceburkan diri menjadi pelacur.

Selalu sama seperti yang diungkapkan PSK lainnya, faktor kebutuhan ekonomi menjadi alasan. "Habis mau apa lagi di kampung. Mau usaha juga bingung," ujar mantan pegawai pabrik garmen tersebut.

Terkadang, memang ada penghasilan tambahan untuk Lena yang tidak disetorkan ke mucikari. Rezeki tersebut datang dari tip yang diberikan para pencari kepuasan. Maklum, selain asyik diajak ngobrol, wanita bertubuh kecil imut itu terkenal ramah dengan para pelanggan setianya.

"Paling kecil Rp 50.000. Pernah ada yang sampai Rp 500.000," ungkapnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts