Terkait "Booth" Malaysia, Wamendikbud: Jaga dan Banggakan Budaya Indonesia

Frankfurt, Jerman - Penampilan booth Malaysia dalam Frankfurt Book Fair (FBF) yang mengusung tema "Unity in Diversity" dan gambar foto penari Dayak tidak perlu ditanggapi berlebihan. Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan, Wiendu Nuryanti, pada intinya kebudayaan harus dijaga dan dibanggakan.

"Kuncinya, kita harus jaga, pelihara. Kita harus bangga dengan budaya kita, kalau tidak orang lain yang membanggakan," ujar Wiendu di sela FBF di Frankfurt, Jerman, Rabu (8/10).

Wiendu mengatakan istilah Unity and Diversity memang bersifat umum, tapi sebenarnya sudah sangat melekat dalam diri bangsa Indonesia.

"Seharusnya (Malaysia) etika sajalah karena itu sudah melekat di kita," ujarnya.

Terkait tarian Dayak, Wiendu mengatakan Indonesia harus betul-betul mengutamakan kebudayaan di daerah perbatasan. Dia mencontohkan sejumlah sengketa dengan Malaysia di daerah perbatasan seperti kasus Sipadan dan Lingitan, Pulau Derawan, dan Pulau Natuna.

"Mereka punya bukti bahwa mereka lebih memelihara dan ada petanya," kata Wiendu.

Sementara itu, Ketua Bahagian Penerbitan Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Haviza, mengatakan, pemilihan tema booth ditentukan oleh Majlis Buku Kebangsaan Malaysia (MBKM). Malaysia sudah mengikuti FBF sekitar 10 tahun lalu, di mana tema booth selalu berganti setiap tahun.

"Unity in Diversity artinya berbagai penerbit bersatu di bawah organisasi MBKM. Itu yang jadi payung yang organize penerbit," kata Haviza.

Terkait gambar penari Dayak, Haviza mengatakan gambar itu bukan penari Dayak tetapi para penari dari Serawak Malaysia yang menarikan tarian Ngajak. Dalam Tari Ngajak terkandung semangat kepahlawanan saat perang. Senjata yang digunakan dalam tarian itu berupa lembing dan keris.

"Di Malaysia ada berbagai macam keris. Tapi di Indonesia lain pula sejarahnya," katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts