Agar Tak Musnah, Tugas Kita Menjaga Budaya Warisan Leluhur

Yogyakarta - Mengambil tempat di Pendopo Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, semalam, Selasa (11/11/2014), diselenggarakan macapat massal oleh anggota paguyuban macapat se Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak 300 aktivis paguyuban macapat dari Kota Yogyakarta, Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan Kulon Progo berkumpul dan bersama-sama menembangkan sebagian dari Serat Surya Raja karya agung Sri Sultan Hamengku Buwono III.

Kepala Bidang Nilai dan Budaya Dinas Kebudayaan DIY, Drs. Sutikno, MM. dalam laporan penyelenggaraan menyatakan bahwa pergelaran macapat massal bertujuan untuk mendukung dan meyambut dikukuhkannya Keistimewaan DIY dengan mengadakan pergelaran asset dan potensi kebudayaan Jawa yang merupakan bagian dari Keistimewaan DIY. Pergelaran macapat massal ini juga dalam rangka melestarikan dan mengembangkan bahasa dan sastra Jawa melalui kegiatan macapat. Selain itu, juga untuk menggugah semangat paguyuban-paguyuban macapat di seluruh DIY agar dapat berkembang dan menularkan kegiatan macapat pada generasi muda serta untuk melakukan instrospeksi diri melalui petuah-petuah luhur yang terkandung dalam Serat Surya Raja.

“Pergelaran macapat ini juga dapat digunakan sebagai benteng dari kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan budaya Jawa,” kata Drs. Sutikno, MM.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Drs. GBPH H. Yudaningrat, MM., saat memberikan sambutan antara lain menjelaskan bahwa banyak asset budaya yang perlu dirawat dan dijaga kelestariannya. Bangunan-bangunan dan situs-situs yang termasuk cagar budaya harus dipertahankan keberadaannya karena didalamnya terdapat sejarah peninggalan nenek moyang kita yang tidak ternilai harganya. Tidak kalah pentingnya, kita juga harus menjaga cagar budaya yang bersifat intangible (tak kasat mata), seperti seni tradisional, seni kerakyatan, bahasa dan sastra.

“Kewajiban kita semua adalah menjaga asset budaya ini,” tegas Gusti Yudaningrat.

Berikutnya, Gusti Yudaningrat menguraikan bahwa pergelaran macapat kali ini adalah yang ketiga kalinya diselenggarakan oleh Pemerintah DIY. Pergelaran pertama diselenggarakan di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat tahun 2012 membacakan Serat Kidung Suksma Sejati karya Dewata, pergelaran kedua dilaksanakan di Pura Pakualaman tahun 2013 membacakan Serat Mustika Yuwana karya Dewata.

“Pergelaran macapat massal ini menjadi bukti bahwa Pemerintah DIY memiliki semangat, komitmen dan konsisten berusaha agar budaya Jawa dapat bertahan dan berkembang,” tegas Gusti Yudaningrat.

Serat Surya Raja yang dibaca pada pergelaran macapat massal adalah karya agung Sri Sultan Hamengku Buwono III. Secara keseluruhan serat ini terdiri dari 151 pupuh atau 4339 pada (bait), sedang yang dibacakan pada pergelaran macapat massal hanya 4 pupuh, 100 pada.

“Bila digelar (dibaca) sekaligus boleh jadi memerlukan waktu satu minggu untuk menyelesaikannya,” terang Gusti Yudaningrat.

Serat ini dipilih karena isinya sesuai dengan kondisi saat ini dan didalamnya terdapat nasehat-nasehat luhur dan filosofi Jawa, seperti misalnya masalah tata negara, keadilan, politik, ekonomi, strategi militer, keteladanan, etika, moral, kasepuhan, tanggung jawab dan sebagainya.

“Semoga setelah membaca Serat Surya Raja pada malam ini kita semua dapat mengambil inti sari serat ini dan dapat menjalankan nasehat-nasehat luhur yang ada didalamnya,” tutur Gusti Yudaningrat menutup sambutannya.

-

Arsip Blog

Recent Posts