Festival Cut Nyak Dhien Meriah

Sumedang, Jabar - Acara pembukaan Festival Cut Nyak Dhien (FCND) berlangsung meriah. Meski penontonnya belum begitu banyak, pementasan kesenian tari Sunda dan Aceh memikat para penonton dan tamu yang hadir.

Masyarakat, pejabat dari dua daerah yakni Kab. Sumedang dan Pemprov Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) serta tamu undangan penting lainnya, berdecak kagum seraya memberikan tepuk tangan meriah saat pementasan kedua tarian tersebut.

Pentas kesenian tari kedua daerah itu, diawali dengan pertunjukan tarian Sunda yakni tari Napak Tilas Cut Nyak Dhien yang berjudul “Kujang Nyanding Rencong Aceh”.

Tarian tersebut, menggambarkan kegigihan pahlawan nasional wanita Aceh, Cut Nyak Dhien berjuang melawan penjajah Belanda, hingga akhirnya diasingkan oleh Belanda ke kota kecil di Jawa Barat, yaitu Sumedang.

Dalam tarian itu, digambarkan pula semangat juang Cut Nyak Dhien semasa pengasingannya di Sumedang hingga akhir hayatnya. Dalam pengasingannya, Cut Nyak Dhien di mata warga Sumedang dulu, sebagai sosok yang taat beribadah, bahkan sering mengajarkan mengaji dan ilmu agama Islam kepada warga Sumedang. Namun, masyarakat Sumedang kala itu tidak mengetahui bahwa Cut Nyak Dhien seorang pahlawan nasional.

Setelah dua tahun lamanya tinggal di pengasingan di Sumedang, akhirnya Cut Nyak Dhien meninggal dunia hingga dimakamkan di Tempat Pemakaman Gunung Puyuh, Kec. Sumedang Selatan, tak jauh dari Alun-alun Sumedang. Ketika Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa pahlawan nasional Cut Nyak Dhien telah meninggal dunia di pengasingannya di Sumedang hingga terdengar oleh masyarakat Sumedang, barulah mereka mengetahui bahwa sosok wanita taat beribadah dan sering mengajarkan mengaji dan ilmu agama itu, seorang pahlawan nasional yang sangat gigih berperang melawan penjajah Belanda di tanah “Rencong”.

Sebagai pahlawan nasional yang taat beribadah, pemerintahan dan warga Sumedang saat itu, menyebutnya sebagai “Ibu Prabu”. Hingga saat ini, ikatan batin dan hubungan emosional antara warga Sumedang dengan Aceh begitu kuat. Tak sebatas karena dimakamkan di Sumedang dan sebagai pahlawan nasional, melainkan Cut Nyak Dhien sudah dianggap sebagai sosok ibu di mata warga Sumedang sampai sekarang ini.

Kehangatan dan kemeriahan acara FCND itu semakin terasa tatkala beberapa orang penari dari Aceh mempertunjukkan tarian daerahnya yakni “Tari Perang Sabilillah” yang ditampilkan Sanggar Cut Nyak Dhien.

Selain penonton dan para tamu undangan merasa terhibur, tarian itu mampu menumbuhkan semangat patriotisme. Pasalnya, tarian yang bertema “Perjuangan Masyarakat Aceh” itu, menggambarkan kegigihan Cut Nyak Dhien bersama para pejuang wanita Aceh saat berperang melawan penjajah Belanda dan melenyapkan penjajahan di bumi serambi mekah tersebut.

Dengan semangat juang tinggi dan sebilah rencong di tangannya, Cut Nyak Dhien dan para pejuang wanita aceh mampu mengalahkan tentara Belanda bersenjata lengkap.

“Saya sangat tertarik melihat tarian tersebut. Seolah-olah pertunjukan tarian dari Aceh itu memotivasi jiwa patriotisme. Selama ini, kita hanya melihatnya di layar televisi, kini saya bisa melihat langsung tarian tersebut dalam acara festival ini. Kalau bisa, acara seperti ini dilaksanakan rutin setahun sekali,” ujar Devi Supriadi salah seorang penonton warga Kec. Sumedang Selatan, Jumat (31/10/2014).

Hadir dalam acara itu, Istri Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Hj. Niazah Abdul Hamid Zaini Abdullah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi NAD, Riza Pahlevi, Wabup Aceh Besar Rahmatsyah Fitriadi, para pejabat dari Provinsi NAD serta tamu undangan penting lainnya.

Sementara dari Pemkab Sumedang, hadir Bupati Sumedang H. Ade Irawan sekaligus membuka FCND secara simbolis dengan memukul goong, Ketua DPRD Kab. Sumedang, Irwansyah Putra, Sekda Kab. Sumedang H. Zaenal Alimin, Kepala Disbudparpora Kab. Sumedang sekaligus Ketua Panitia Penyelenggara FCND, Endah Kusyaman, unsur muspida Kab. Sumedang, sejumlah kepala dinas serta sejumlah seniman dan budayawan Sumedang.

-

Arsip Blog

Recent Posts