Songket Terpilih Wakili Indonesia

Palembang, Sumsel - Kesempatan menjadikan tenun songket sebagai warisan budaya dunia dimiliki Sumsel, saat ini. Pemerintah pusat memilih tiga tenun untuk diusulkan ke United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).

“Songket salah satunya,” kata Kepala Disbudpar Sumsel, Farhat Syukri, didampingi Kasi Pengembangan Kebudayaan, Dian Permata Sari, kemarin. Dua lainnya yang sedang diteliti untuk dapat diajukan adalah tenun Sintang dan Kendari.

Menurutnya, Palembang dipilih karena kain tenun khas Sumsel, yakni songket, sangat terkenal dan mendunia. Untuk bisa memastikan diri dapat diajukan diri ke UNESCO, ada tiga persyaratan yang harus terpenuhi.

Salah satunya, usia tenun songket harus sudah lama. Lalu, secara kuantitas, berapa banyak masyarakat di suatu daerah yang mengenakan songket. Syarat lain dari sisi sosialisasi tentang keberadaan tenun songket Sumsel, baik melalui pelatihan maupun pembinaan kepada para perajin songket dan lainnya.

“Sumsel memenuhi semua persyaratan itu. Di Sumsel bahkan ada tenun songket yang berusia 200 tahun. Masyarakat bahkan sudah menjadikan kain tenun songket ini sebagai kain yang umum dipakai,” tutur Farhat.

Untuk memastikan itu semua, tim dari pusat yang beranggotakan tujuh orang telah berada di Palembang, sejak 26 Oktober hingga 2 November mendatang. Tim ini beranggotakan RR Nur Suwarningdyah (peneliti Puslitbang), M Syukri (peneliti budaya), Handoko (pengajar UNJ), Anggoro Yudo M (peneliti budaya), Bela Hariman (independen film maker), Lucky W (independen film maker), dan Nurleila Devi (Puslitbang Kebudayaan).

“Mereka melakukan pooling, riset, mengumpulkan semua data dari banyak narasumber, dan informan yang dianggap mengetahui sejarah dan perkembangan tenun songket Sumsel,” tuturnya. Pada 31 Oktober ini, akan digelar focus group discussion (FGD), semacam uji publik untuk tenun songket khas Sumsel.

Tim juga akan bertemu dan berbincang dengan gubernur untuk mengupas tentang tenun songket tersebut. Dengan semua proses yang harus dilalui, kemungkinan baru tahun depan usulan dari pusat ke UNESCO dapat diajukan. “Tahun lalu itu, tenun Sambas yang diajukan ke UNESCO mewakili Indonesia. Ternyata gagal mendapat pengakuan UNESCO. Kita berharap, tenun songket berhasil dan ditetapkan menjadi tenun Indonesia warisan budaya dunia,” tukas Farhat.

Terpisah, owner Pesona Bari Songket dan Antik Palembang, Hj Eka Rachman MM, sangat mendukung jika songket akan diusulkan untuk mendapat pengakuan UNESCO. “Jika diakui dunia, para perajin songket akan bergairah untuk terus berkarya dalam memajukan songket Sumsel,” imbuhnya.

Songket menjadi sebuah produk budaya yang indah dan bernilai seni tinggi karena dibuat dengan tangan dan melibatkan emosional. Dengan pengakuan dunia, Hj Eka optimis keberadaan songket akan terus terpelihara. “Perajin juga lebih fokus dalam berkreasi menghasilkan motif baru yang disenangi pasar,” bebernya.

Terpisah, owner Rumah Songket Adis, Nyanyu Nur Komaria, menyambut baik upaya menjadikan songket diterima UNESCO menjadi warisan dunia. “Kami berharap, dengan pengakuan itu, songket bisa booming seperti halnya batik yang sudah diakui dunia internasional,” katanya.

Jika upaya itu berhasil, maka sebagai pelestari songket, Adis bisa mempromosikan lebih luas kain tenun khas Sumsel itu. Tidak hanya terbatas di beberapa negara, tapi secara global.

Termasuk keinginannya sebagai pengusaha untuk memasarkan songket ke pasar Eropa, Amerika, dan lainnya.

Imbas ke dalam, para perajin songket juga akan menjadi lebih sejahtera. Dengan makin dikenalnya songket, tentu permintaan meningkat. “Satu yang pasti, kualitas tenun songket harus terjaga, bahkan ditingkatkan. Pada akhirnya, songket bisa menjadi busana internasional,” tukasnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts