Gunung Kemukus, ritual pesugihan berselimut seks bebas

Malam satu suro yang merupakan malam pergantian tahun Jawa menjadi momen terpenting di obyek wisata sekaligus tempat ritual Gunung Kemukus. Ribuan peziarah rela menunggu berjam-jam antre untuk mendapatkan kesempatan nyekar di Makam Pangeran Samudra, tepat pada malam pergantian tahun Jawa.

Tujuan mereka nyekar adalah untuk ngalap berkah. Yang dalam istilah Jawa ritual pesugihan itu dimaksudkan untuk mencari kekayaan.

Setiap peziarah yang datang juga harus melakukan ritual bersih diri atau mandi di sendang Ontrowulan, yang berada tepat di bawah makam di kompleks yang sama. Meski hawa dingin yang dirasakan sampai tulang sumsum, niat mencari kekayaan duniawi mampu mengalahkan semua resiko.

Makam Pangeran Samudra di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, dianggap bertuah oleh ribuan peziarah yang datang dari berbagai daerah. Para peziarah ini juga harus siap mengukur kekuatan jantung dengan menapaki anak tangga menuju makam.

Gunung Kemukus terletak di Kabupaten Sragen. Sebab, kompleks ini tepat berada di puncak bukit setinggi 300 meter di atas permukaan laut. Makam ini terdiri dari bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan campuran dinding beton dan papan.

Ada tiga makam di dalamnya sebuah makam besar yang ditutupi kain kelambu putih merupakan makam pangeran Samudro dan ibunya. Dua makam di sampingnya adalah dua abdi setia sang pangeran. Di sebelah bangunan utama terdapat bangsal besar yang diperuntukkan bagi peziarah sekadar untuk istirahat.

Sekitar 300 meter dari kompleks makam, di kaki bukit sebelah timur, terdapat Sendang Ontrowulan. Sendang ini merupakan mata air yang merupakan yang digunakan Ontrowulan untuk menyuncikan diri agar bisa bertemu putranya.

Mata air itu tak pernah kering meski pada musim kemarau panjang sekalipun. Bagi yang percaya air di sedang itu dipercaya bisa membuat awet muda.

Legenda Gunung Kemukus bermula dari seorang pangeran bernama Samudro. Samudro diyakini seorang putra raja Majapahit terakhir dari ibu selir Ontrowulan. Versi lain menyebut Ontrowulan adalah ibu tiri pangeran.

Kemudian keduanya jatuh cinta, bak legenda Sangkuriang. Ketika Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri seperti saudarasaudaranya. Dia lalu diboyong ke Demak dan belajar agama Islam pada Sunan Kalijaga. Setelah dirasa cukup
ilmunya, Pangeran Samudro diutus untuk berguru kepada Kyai Ageng Gugur di
daerah Gunung Lawu. Di sini dia juga menyelesaikan pendidikannya dengan
baik.

Tiba saatnya Samudro pulang kembali ke Demak. Dalam perjalanan pulang, ia didampingi dua orang abdinya dan selalu menyebarkan agama Islam di setiap tempat yang disinggahinya. Dalam perjalanan pulang itulah Pangeran Samudro jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Jasadnya dimakamkan di sebuah bukit. Di atas bukit itulah selalu tampak kabut hitam bagai asap (kukus) pada setiap musim kemarau maupun penghujan. Karena itulah bukit itu disebut Gunung Kemukus. Nama itu bertambah hingga kini, mendengar kabar kematian putranya Ontrowulan memutuskan untuk mengunjunginya.

Di sana Ontrowulan merebahkan diri di pusaran makam. Dalam dialog secara gaib, pangeran berpesan pada ibunya bila ingin bertemu dengannya, Ontrowulan terlebih dahulu harus menyucikan diri di sebuah sendang.

Sendang itu kini terkenal dengan nama Sendang Ontrowulan. Usai menyucikan diri, tubuh Ontrowulan menghilang. Sementara dari uraian rambutnya, jatuhlah bunga bunga
penghias rambut.

Kini lokasi tersebut tak pernah sepi dari para pengunjung. Mereka yang datang sebagian besar ingin mendapatkan berkah di tempat tersebut. Rezeki yang lancar, awet muda hingga enteng jodoh tujuan para peziarah menyambangi Gunung Kemukus. Namun untuk bisa mencapai keinginan tersebut para peziarah harus melakukan hubungan hubungan badan dengan pasangannya selama 7 purnama. Namun selama 7 purnama tersebut harus dilakukan dengan pasangan yang sama.

"Selain itu, jika mereka sudah kaya dan sukses dan lupa tidak melakukan selamatan setahun sekali terkait pesugihan yang mereka minta maka salah satu anggota keluarga mereka akan meninggal," ungkap Subarno alias Kyai Bolong seorang paranormal yang sering berziarah ke Gunung Kemukus kepada merdeka.com, Sabtu (7/7).

Konon dahulunya mereka yang datang ke Gunung Kemukus adalah suami istri, sehingga hubungan badan yang dilakukan adalah legal dan sah. Tetapi kini hal itu mulai bergeser.

Bahkan di tempat tersebut kini banyak pekerja seks komersil yang menjajakan diri berkedok ritual. Mereka yang tidak membawa pasangan atau masih sendiri bisa menggunakan jasa para PSK tersebut untuk melakukan ritual.

Kesempatan ini pun digunakan para lelaki hidung belang untuk 'jajan'. Alih-alih mencari pesugihan, tujuan para lelaki hidung belang ke Gunung Kemukus malah untuk melakukan hubungan seks baik dengan pasangan yang belum resmi maupun dengan PSK yang banyak tersedia di sekitar sendang Ontrowulan.

Tak heran Gunung Kemukus saat ini tak beda jauh dengan sebuah lokalisasi yang berkedok ritual mistis mencari kekayaan.

Benarkah supaya kaya, awet muda dan enteng jodoh harus melakukan hubungan badan terlebih dahulu??[lia]

-

Arsip Blog

Recent Posts