Musker LAM Riau: Keembalikan Riau Beradat dan Berbudaya

Pekanbaru, Riau - Isu adat sudah menjadi pembahasan dan masalah yang bukan hanya bergirilia di daerah, bahkan sudah berada di ranah regional, antar bangsa hingga dunia. Ketimpangan-ketimpangan sosial sangat erat dikaitkan dengan kelemahan penataan hukum adat itu sendiri.

Perubahan pemikiran dengan perkembangan zaman yang semakin modern, menjadi hukum adat semakin lemah dan menipis. Butuh penguatan dan kajian kembali untuk melakukan penguatan adat sebagai jati diri bangsa untuk mengubah kepribadian berperilaku sopan dan ramah.

Visi Riau 2020 dengan mewujudkan Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin, di Asia Tenggara Tahun 2020 harus dilakukan percepatan.

Kemudian percepatan terwujudnya pembangunan ekonomi yang mapan, melalui kesiapan infrastruktur, peningkatan pembangunan sektor pendidikan, serta memberikan jaminan kehidupan agamis dan pengembangan budaya melayu secara proporsional.

Melalui Musyawarah Kerja (Musker) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) pada 22-24 Desember, LAMR akan membahas percepatan visi Riau Tahun 2020 tersebut. Mengembalikan wajah Riau yang ramah, sejahtera lahir dan bathin.

"Riau menjadi kelam dengan berbagai kejadian dan masalah yang dihadapi beberapa waktu belakangan. Tingkat kriminalitas yang tinggi, hingga korupsi yang terjadi," kata Ketua Dewan Pengurus Harian (DPH) LAMR, Al Azhar di Musker LAMR, Senin (22/12/2014).

Termasuk ketimpangan pembangunan, kata Al Azhar, juga sangat dikaitkan erat dengan ketimpangan penataan adat itu sendiri. "Keberadaan adat sama dan sebangun dengan berkembangnya pemikiran saat ini," lanjut Al Azhar.

Melalui Musker Tahun 2014, LAMR bersama instansi dan lembaga terkait akan memecahkan serta mencarikan solusi dengan pandangan-pandangan mengatasi kelemahan adat yang semakin lama semakin luntur.

"Kami banyak menerima keluhan dan kritikan dari masyarakat, apa sebenarnya kerja LAMR dengan semakin bertambah banyaknya masalah yang terjadi di Riau, terfokus kepada pejabat yang tersandung korupsi," ujar Al Azhar.

Dirinya mengakui, dalam perekrutan aparatur negara dan legislatif, lembaga adat tidak pernah terlibat dan dilibatkan. "Secara moral, kami merasa wajar pertanyaan itu dilemparkan," pungkasnya.

"Posisi tawar LAMR secara moral di tengah-tengah masyarakat berada dalam tataran yang lemah, ini sesungguhnya tantangan teramat besar dari tantangan lainnya," sambung Al Azhar.

Untuk itu, penguatan adat untuk pencapaian Visi Riau Tahun 2020 akan dibentangkan dalam Musker LAMR Tahun 2014. Menyampaikan laporan program yang sudah dijalankan pada 2014, dan menyusun program kerja untuk 2015.

Musker diikuti sebanyak 133 peserta yang berasal dari pengurus Majelis Kerapatan Adat (MKA), Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAM Riau Provinsi, Danrem 031/WB, Kapolda Riau, Kajati Riau, Danlanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Forum Pimpinan Daerah (Forkopimda) Riau, Bupati Inhil HM Wardan, Rombongan Terhormat dari Malaysia, LAM Riau kabupaten/kota se-Provinsi Riau, serta para peninjau.

Bersempena Musker LAM Riau 2014 ini juga akan dilaksanakan Bincang Budaya dengan menghadirkan narasumber dari negara jiran Malaysia dan dari Riau sendiri, Pameran Buku, dan Bengkel Syair.

Bincang Budaya ini akan dilaksanakan Senin siang (22/12/2014), usai acara pembukaan dengan menghadirkan sejumlah narasumber yaitu Ketua Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia yang juga Profesor Kehormat Beijing Foreign Studies University Datuk Dr Awang bin Sariyan, Prof Dr Datuk Latif Abubakar, Prof Madya Datuk Dr Zainal Abidin Burhan dari Yayasan Karyawan Malaysia yang juga penerima Anugerah Budaya Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) 2014 dan Anugerah Sagang kategori Budayawan Serantau 2014, serta Drs HÂ Taufik Ikram Jamil dari Riau.

Sedangkan kegiatan Bengkel Syair merupakan pertemuan para pakar yang akan membahas mengenai seluk-beluk syair dalam upaya melahirkan adanya buku panduan syair akan diikuti oleh 20 peserta antara lain Prof. Madya Dr. Indirawati Zahid dan Prof. Madya Dr. Muhammad Nasir Hasyim dari Universiti Malaya, disamping H Tenas Effendy dan Al Azhar.

-

Arsip Blog

Recent Posts