Bocah 8 Tahun Gagahi Kakak Kelasnya

Kekerasan seksual kini tidak pandang bulu, siapapun, umur berapa pun bisa menjadi pelaku atau korban. Seperti yang terjadi di Oklahoma, Amerika Serikat, seorang anak gadis berusia 10 tahun diperkosa adik kelasnya yang baru berumur 8 tahun.

Diberitakan News Channel 4, akhir pekan lalu, gadis yang tidak disebutkan namanya itu diserang oleh bocah tersebut di toilet SD Edgemere. Namun yang paling mengejutkan, bocah itu dibantu oleh kakak perempuannya, 8, kawan sekelas korban.

Korban menangis dan berlari pada ibunya yang menjemputnya. Dengan kaki dan dengkul gemetar, dia menceritakan horor yang dia alami.

"Dia menangis. Saya keluar mobil dan bertanya ada apa, dan dia berkata 'mama mereka menyentuh saya di bawah sini,'" kata ibu korban.

Korban mengatakan, kawan sekelasnya memeganginya sementara adiknya memerkosanya. "Bocah kecil itu menurunkan celananya, lalu memelorotkan celana anak saya," kata ibu korban lagi.

Polisi yang datang lantas membawa korban ke rumah sakit untuk diperiksa. Hasil medis menunjukkan korban mengalami kekerasan seksual. Polisi masih menyelidiki kasus ini.

"Saya tidak hanya menyalahkan anak-anak, saya juga menyalahkan guru-guru yang seharusnya melindungi anak-anak kami di sekolah," tegas ibu korban. (ita)

Dukun Cabul Gagahi Siswa SMP

SUBANG - Para orang tua dituntut meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak mereka. Ini menyusul maraknya kasus pencabulan terhadap anak dan remaja di sejumlah daerah, termasuk Kabupaten Subang.

Setelah sebelumnya ditangkap seorang guru ngaji yang diduga telah mencabuli santrinya, kini aparat kepolisian kembali menangkap seorang pria yang berprofesi sebagai dukun yang diduga telah mencabuli anak dibawah umur.

Kapolres Subang, AKBP Chiko Ardwiatto mengatakan, pelaku diketahui berinisial B, warga Desa Koranji Kecamatan Purwadadi. Pria berusia 40 tahun ini diduga telah mencabuli korbannya yang masih berusia 16 tahun.

"Pelaku berprofesi sebagai dukun di kampungnya,” ungkap Kapolres.

Ditambahkan Kapolres, korban merupakan siswi SMP di salah satu Kecamatan Purwadadi. Pelaku yang juga masih tetangga korban, mulai melancarkan aksinya dengan merayu dan mengajak korban main.

Saat akan diberlakukan tidak senonoh oleh pelaku, korban sempat menolak. Namun akibat tenaga korban yang tidak sebanding dengan pelaku, korban pun mengaku pasrah.
Setelah itu, korban yang tidak terima diperlakukan seperti itu melaporkan kejadian tersebut kepada orang tuanya. Orang tua korban yang tidak terima dengan perlakukan pelaku terhadap anaknya pun langsung melaporkan kasus tersebut ke kepolisian.

“Barang bukti yang kami amankan berupa baju korban, baju pelaku, dan ada air mani pelaku,” jelas Kapolres.

Akibat perbuatannya, pelaku dijerat dengan pasal 81 dan 82 Undang-undang perlindungan anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara. (ygo/din)

Ditinggal Kerja di Sawah, Istri “Dicangkul” Teman

TEMAN yang berubah jadi “seniman” memang membahayakan. Contohnya Zaini, 40, dari Purwodadi Grobogan (Jateng) ini. Di kala Risman, 39, temannya dari kecil kerja di sawah, dia malah demenan dengan istrinya, Kuntari, 36. Ini sungguh seru dan saru, karena saat kepergok, keduanya didapati sedang bugil.

Seniman adalah pekerja seni. Bagaimana dengan seniman yang mengandung makna: senang istri teman? Dia juga pekerja seni. Tapi bukan berkaitan dengan seni budaya, melainkan seni bagaimana nyimpekke (cari lengah) suami dari wanita yang sedang dijadikan obyek demenan tersebut. Ini merupakan keahlian tersendiri, yang memerlukan bakat dan keuletan. Jika tidak, ya cepat ketahuan.

Keuletan seperti itu rupanya sangat dimiliki oleh Zaini. Sebetulnya dia sudah lama mengincar Ny. Kuntari, yang sekarang merupakan istri sahabatnya dari kecil di Desa Depok, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Tapi karena kalah cepat dengan Risman, belum sempat “nembung” atau minta, keburu hubungan Risman – Kuntari sudah dideklarasikan (baca: nikah). Ya sudah, tunggu peluang berikutnya.

Kebetulan nasib membawa mereka tidak ke mana-mana. Bukan ke Prabowo atau ke Jokowi seperti Partai Demokrat, tapi maksudnya: tetap sama-sama tinggal sekampung, hidup sebagai petani. Dengan demikian menyebabkan mereka bertiga selalu kontak dan ketemu. Dan di mata Zaini, belakangan Kuntari kok semakin mengasyikkan saja. Rupanya, meski sudah punya istri sendiri, cintanya pada istri teman tak juga tergantikan.

Jika ada ungkapan “panen mata pailan gulu” (kenyang lihat saja), itulah nasib Zaini. Tiap hari selalu melihat Kuntari, tapi ibarat eksposisi yang tak bisa dieksekusi. Lama-lama dia jadi nekad, bagaimana bisa menaklukkan bini Risman ini sehingga mau bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya. “Kalau kamu telaten lama-lama bakal panen,” begitu setan memberi motifasi, lagaknya seperti Mario Teguh saja.

Nah, Zaini pun mulai menggebrak. Di kala Risman pergi ke sawah, dia suka merayu-rayu agar menanggapi aspirasi urusan bawahnya. Tentu saja Kuntari menolak, karena sudah punya suami. Katanya, dirinya bukan politisi jadi tak bisa main dua kaki seperti Golkar. Kalaupun main “empat kaki” itu cukup dengan suami, karena itu sebuah kewajiban.

Tapi Zaini tak menyerah. Dia terus ngglibet mendekati Kuntari di kala suaminya tak di rumah. Dia terus berusaha meyakinkan, bahwa koalisi yang dibangun kali ini adalah demi perubahan. Zaini pun bilang, tidak akan merebut posisi Risman sebagai kepala rumahtangga. “Tapi berilah aku sedikit “kue coklat” yang penuh nikmat dan mupangat itu,” lagi-lagi Zaini merayu dengan mantap.

Agaknya agitasi Zaini membawa hasil. Terbukti di kala Risman sedang ke sawah untuk membajak sawah, Zaini merapat ke rumah Kuntari. Dan aksi mesum yang selama ini sangat ditunggu-tunggu, berhasil diwujudkan dalam karya nyata. Dia berhasil menggauli Kuntari bak suami istri saja, dan istri Risman ini nampaknya menyerah pasrah.

Enak bagi Zaini – Kuntari, tentu tak nyaman bagi Risman.Siang itu di kala membajak sawah dengan kerbaunya, hatinya menjadi tidak tenang. Entah kenapa. Dia lalu memutuskan pulang lebih cepat. Tiba di rumah, lho…..lho, dia melihat dengan mata kepala sendiri, istrinya sedang “dicangkul” oleh Zaini. Dia pun berteriak lantang dan tetangga datang berhamburan. Tak ayal lagi pasangan mesum yang kepergok dalam kondisi bugil itu dilaporkan ke polisi. Sekedar untuk pemanasan, sebelum diserahkan ke pihak yang berwajib Zaini sempat dihajar dulu.

Zaini nyangkulnya pakai pacul kolong atau pacul bawak? (KR/Gunarso TS)

Dua karyawan pengadilan tepergok mesum, hakim hentikan sidang

Seorang hakim pengadilan Italia menunda sidang kasus pembunuhan setelah memergoki dua karyawan lembaga hukum itu malah melakukan hubungan seks di tengah-tengah proses peradilan.

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Selasa (20/5), Hakim Anna Ivaldi menyuruh jaksa berhenti berbicara setelah dia melihat sepasang kekasih dimabuk cinta tengah melakukan hubungan suami-istri di sebuah ruangan persis di samping area peradilan berlangsung.

Sepasang kekasih itu menyangka kaca ruangan yang hitam bisa menyamarkan kegiatan mereka, namun mata hakim lebih tajam dan masih bisa melihat keduanya bermesraan. "Salah satu pelaku sudah menikah," ujar karyawan pengadilan lain enggan disebutkan namanya.

Hakim akhirnya memberhentikan sidang untuk sementara waktu. Kedua pegawai mesum itu segera ditindak.

Pengertian Seni dan Budaya

A. Pengertian Budaya

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta (Buddayah), dan bentuk jamaknya adalah Budi dan Daya.
1. Budi : artinya akal, pikiran, nalar
2. Daya : artinya usaha, upaya, Ikhtiar
Jadi kebudayaan adalah segala akal pikiran dalam berupaya atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

B. Pengertian Seni:

Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).
adapun beberapa teori seni rupa menurut beberapa tokoh :
1. Ki. Hadjar Dewantara
Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan bersifat indah, menyenangkan dan dapat menggerakan jiwa manusia,

2. Herbert Read
Aktivitas menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan,

3. Ahdiat Karta Miharja
Kegiatan rohani yang merefleksi pada jasmani, dan mempunyai daya yang bisa membangkitkan perasaan/jiwa orang lain.


C. Cabang-cabang Seni ada 5 yaitu :
1. Seni Rupa
2. Seni Tari/gerak
3. Seni Suara/Vocal/Musik
4. Seni Sastra
5. SeniTeater/drama

D. Macam-Macam Seni Rupa :
Seni Rupa Menurut Fungsinya :
a. Seni Rupa Murni (Fine Art) :
Seni rupa yang diciptakan tanpa mempertimbangkan kegunaannya atau seni bebas (Free Arat).
Contoh : seni lukis, seni patung, seni grafika dll.

b. Seni Rupa Terapan/pakai (Applied Art):

1. Seni lukis
Karya seni dua demensi yang bisa mengungkapkan pengalaman atau perasaan si pencipta. Pelukis yang sedang sedih akan tercipta karya yang bersifat susah, sedangkan pelukis yang sedang gembira akan tercipta karya yang riang. Karya tersebut terlihat pada goresan, garis-garis dan pewarnaan.

2. Seni Kriya
Karya seni terapan yang mengutamakan kegunaan dan keindahan (estetis) yang bisa menarik konsumen. Seni kriya/kerajinan (handy Craff) ini biasanya untuk hiasan dan cenderamata. Karena karya ini termasuk karya yang di perjual belikan dan berguna bagi kehidupan masyarakat sehari- hari baik untuk alat rumah tangga maupun untuk hiasan.
Bahkan satu desain kriya ini bisa di produksi dalam jumlah banyak oleh industri dan di pasarkan sebagai barang dagangan.

3. Seni Patung
Seni Patung termasuk karya 3 Demensi. Karya seni ini termasuk seni murni yang diciptakan untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan dari seniman yang mempunyai nilai estestis yang tinggi.

4. Seni Dekorasi
Karya seni yang bertujuan menghias suatu ruangan agar lebih indah. Contoh : Interior (dalam ruang : kamar, ruang pertemuan, panggung, dll)
Eksterior (luar ruang : taman, kebun)

5. Seni Reklame
Reklame berasal dari Bahasa Latin (Re dan Clamo) artinya berteriak berulang-ulang. Tujuannya untuk mempengaruhi, mengajak, menghimbau orang lain. Contoh : iklan, spanduk,

poster, Spanduk, Plank dll

E. Macam-Macam Seni Suara/Musik :
1. Musik klasik
2. Musik jazz
3. Musik pop
4. Musik bosa
5. Musik rock
6. Musik tradisional, dll.

F. Macam-Macam Seni Tari/Gerak :
1. Tari klasik
2. Tari kreasi baru
3. Tari tradisional
4. Tari modern, dll.

G. Macam-Macam Seni Sastra :
1. Puisi
2. Cerpen
3. Prosa
4 Pantun, dll.

H. Macam-Macam Seni Teater/Drama :
1. Teater lama
2. Teater komedi
3. Teater baru
4. Sendratasik (seni drama dan musik)

Seni Budaya Karawitan

Jari-jari mungil itu “menari” lincah di atas instrumen gamelan. Ada yang menabuh gendang dan saron, ada juga yang memukul bonang. Para anak kecil itu terlihat kompak memainkan alat-alat musik khas Jawa tersebut.

Ya, begitulah aktivitas latihan seni karawitan anggota Laksita Mardhawa, Sabtu (6/10) pekan lalu. Saban Sabtu, sejak pukul satu siang hingga sore hari, komunitas ini rutin menggelar latihan di sebuah rumah yang dijadikan sanggar seni di Jalan Denpasar Raya Nomor 19, Kuningan, Jakarta Selatan.
Laksita Mardhawa lahir dari tangan Bekti Budi Hastuari. Kecintaan perempuan yang akrab disapa Arie ini terhadap seni dan budaya, khususnya Jawa, mendorongnya membuat wadah yang kelak menjadi sarana banyak orang untuk mempelajari seni dan budaya Jawa. Bersama sahabatnya, Danang Purbaningrat yang masih keturunan keraton Yogyakarta, Arie mendirikan Laksita Mardhawa pada 21 Januari 2011.
Menurut Arie, laksita memiliki arti keindahan. Sedang mardhawaberarti memanjang ke depan. Sesuai artinya, harapannya, komunitas ini menjadi wadah untuk melestarikan seni dan budaya Jawa yang indah sepanjang masa. “Saya tidak ingin seni dan budaya Jawa terkikis karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang arti penting budaya,” kata wanita berusia 47 tahun ini.
Saat ini, Arie menilai, sebagai negara yang kaya dengan seni dan budaya, Indonesia sedang berada di tengah peradaban ultramodern. Arus seni dan budaya asing mengalir deras ke Tanah Air. Celakanya, masyarakat kita terbilang instan mengadopsi seni dan budaya asing.
Walhasil, rasa cinta masyarakat kita terhadap seni dan budaya sendiri makin lama memudar. “Semakin banyak remaja zaman sekarang yang tidak mengenal budaya leluhurnya. Mereka lebih suka segala sesuatu yang berbau impor,” ujar pengusaha di bidang head huntertenaga kerja ini.
Berangkat dari masalah itu, Arie mulai melakukan “gerilya” melalui sosial media guna menjaring anggota Lakshita Mardhawa. Cara itu mendapat respons positif dari para peselancar di dunia maya. Mereka tertarik untuk menjadi anggota komunitas serta latihan seni dan budaya Jawa setiap Sabtu di sanggar Laksita Mardhawa.
Awalnya, Arie mengaku, Laksita Mardhawa sekadar untuk memfasilitasi hasrat kerabatnya yang ingin mengenal seni dan budaya Yogyakarta, tapi tidak mengetahui di mana tempatnya. Meski tujuan awal hanya mengenalkan seni dan budaya Yogyakarta, sekarang, komunitas ini juga mempromosikan seni dan budaya Jawa lainnya seperti Solo.

Seni membatik
Makanya, selain seni karawitan dan menari, komunitas ini juga mengenalkan seni membatik. Di sini, anggota komunitas bisa belajar membuat pelbagai pola batik di atas selendang, scarf, taplak meja, dan media lainnya. “Dalam seni batik ada filosofi kesabaran, ketelatenan, dan keuletan si pembuatnya. Ini bisa melatih kepribadian seseorang,” terang Arie.
Bukan cuma belajar membatik, anggota Laksita Mardhawa juga kerap bertukar informasi mengenai perkembangan batik terkini, terutama dari ragam pola dari batik-batik yang ada di Indonesia, tak cuma Jawa. “Negara kita sangat kaya akan pola batik. Setiap daerah punya pola batik beragam dan memiliki ciri khas,” ungkap Arie.
Anda tertarik bergabung dengan komunitas ini? Syaratnya cukup gampang, kok. Anda tinggal ikut latihan seni saja yang rutin digelar Laksita Mardhawa setiap Sabtu. Anda tak perlu mahir memainkan kesenian Jawa, cukup punya minat dan cinta budaya Jawa.
Yang menarik, komunitas ini juga tidak membatasi usia bagi masyarakat yang berminat bergabung dengan mereka. Bahkan, Arie bilang, program latihan seni dan budaya Jawa ini sengaja ditujukan bagi anak usia dini. Tujuannya adalah agar memori terhadap seni dan budaya Jawa lebih terpatri di dalam diri anak-anak.
Dengan syarat yang mudah itu, wajar jika anggota Laksita Mardhawa terus bertambah. Latar belakang anggotanya pun beragam; mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa, karyawan, eksekutif perusahaan, pengusaha, hingga para ibu rumahtangga. Saat ini, anggotanya masih berasal dari Jakarta.
Oh, iya, komunitas ini memungut iuran anggota. Setiap anggota dikenai iuran sebesar Rp 25.000 untuk satu kali latihan. Kenapa iuran dipungut setiap kali datang dan tidak sebulan sekali? Menurut Arie, hal itu agar tidak membebani anggota. Sebab, bisa saja, anggota hanya datang latihan satu kali dalam sebulan. Nah, “Kalau sebulan latihan hanya sekali, tapi bayar iurannya sama, itu, kan, membebani,” tutur Arie.
Salah satu yang bergabung dengan komunitas ini ialah Estu Susanto. Dia bergabung dengan Laksita Mardhawa karena memang mencintai seni dan budaya Jawa.
Maklum, ayah satu anak ini adalah penyabet gelar PhD bidang budaya dari Universitas Harvard, Amerika Serikat. “Selain menambah banyak teman, bergabung dengan Laksita Mardhawa bisa memperkaya wawasan soal budaya bangsa sendiri,” kata Estu.
Dayu Rengganis juga punya alasan serupa. Dengan bergabung menjadi anggota Laksita Mardhawa, Direktur Operasional PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) ini berharap bisa berperan menjaga serta melestarikan seni dan budaya Jawa. Soalnya, pencurian seni dan budaya sebuah bangsa sangat rentan terjadi. Ini buntut dari kebijakan yang dibuat UNESCO terkait aturan kepemilikan seni dan budaya.
Dayu menuturkan, kebijakan organisasi budaya dunia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu menyatakan, warisan budaya diberikan kepada orang atau sebuah kelompok yang menciptakan, memublikasikan, dan melestarikan.
Jadi, UNESCO tidak mempermasalahkan dari mana asal-muasal seni atau budaya tersebut. “Meskipun tidak menciptakan, kalau dia yang memublikasikan atau melestarikan, dia berhak mengklaim kesenian atau kebudayaan itu berasal dari mereka. Ini mengkhawatirkan,” keluh Dayu yang bergabung dengan Laksita Mardhawa sejak Maret 2012 lalu.
Estu menambahkan, selama ini, masyarakat kita juga menganggap budaya tidak ada hubungannya dengan pembangunan bangsa. Padahal, anggapan itu jelas salah. Sebab, “Korelasi antara budaya dengan pembangunan bangsa memiliki hubungan erat,” ujarnya.

Pertunjukan seni
Di luar kegiatan rutin latihan seni karawitan dan menari, komunitas ini juga menggelar pergelaran seni dan budaya. Salah satunya adalah pertunjukan dengan tajuk Pujastungkara Agung yang berarti persembahan besar. Dana untuk menyelenggarakan kegiatan ini berasal dari para sponsor.

Ada tiga program utama Pujastungkara Agung.
Pertama, lomba menulis untuk pelajar tingkat sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi dengan tema Mengapa Budaya Tradisi Harus Lestari?. Lomba penulisan artikel ini bertujuan untuk merangsang pemikiran kritis para generasi muda tentang bagaimana pelestarian budaya tradisi memiliki arti penting di dunia modern. Lomba ini berlangsung dari 10 Agustus hingga 7 Oktober 2012.
Kedua, persembahan seni tari tradisi Keraton Ngajogjakarta Hadiningrat. Keunikan dari tarian ini yaitu selalu diiringi dengan penjelasan historis dan filosofis dalam bentuk narasi oral maupun visual. Tujuannya untuk memudahkan penonton yang berasal dari latar belakang budaya lain atau warga asing untuk mencerna isi dan makna pertunjukan itu. Acara ini akan digelar pada 27 Oktober 2012 di Nusa Indah Theater, Balai Kartini, Jakarta. Harga tiket berkisar Rp 300.000–Rp 1 juta per orang.
Ketiga, pembuatan dan pemutaran film dokumenter berjudulBedhaya, The Sacred Dance. Ini merupakan film dokumenter yang dibesut dengan sebuah rancangan detail, plus elaborasi sejarah dan filosofis tari bedhaya.
Film dokumentar ini rencananya tayang di saluran televisi internasional dan TV berbayar, serta di pusat-pusat kebudayaan dan sekolah. “Kami berharap Pujastungkara Agung akan memiliki dampak jauh lebih kuat daripada hanya sebuah pertunjukan semalam,” imbuh Estu yang menjadi produser Pujastungkara Agung.
Meski menggelar event berskala besar, Arie menegaskan, tujuan utama komunitas ini bukan untuk mencari untung, lo. Karena itu, semua dana yang masuk termasuk dari iuran anggota bakal dikembalikan lagi untuk keperluan anggota dalam menjalankan kegiatan.
Arie menjelaskan, dana tersebut digunakan untuk membayar jasa guru pelatihan seni dan budaya Jawa yang direkrut pengurus komunitas. Misalnya, guru latihan seni tari, karawitan, dan membatik. Untuk kesenian karawitan, guru pembimbingnya adalah ayah Arie yang sudah berumur 82 tahun. Sedangkan guru membatik didatangkan dari Museum Tekstil, dan untuk menari dari Institut Seni Indonesia (ISI).

Sumber Mingguan KONTAN, Edisi 15 - 21 Oktober 2012

Sejarah Musik Karawitan, Jenis music karawitan

Karawitan berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, berbelit – belit, tetapi rawit juga bararti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis ( dalam laras slendro dan pelog ) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memilikia fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.mengandung nilai-nilai histories dan filsofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan jawa merupakan salah satu seni budaya yang siwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara Hipotesis, masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan. Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk kategori pusaka.

mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing

Definisi Seni Karawitan
Sebelum istilah karawitan mencapai popularitas di masyarakat seperti sekarang ini, dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, sudah sering terdengar kata rawit yang artinya halus, indah-indah (Prawiroatmojo, 1985:134). Begitu pula sudah terdengar kata ngrawit yang artinya suatu karya seni yang memiliki sifat-sifat yang halus, rumit, dan indah (Soeroso: 1985,1986). Dari dua hal tersebut dapat diartikan bahwa seni karawitan berhubungan dengan sesuatu yang halus, dan rumit. Kehalusan dan kerumitan dalam seni karawitan tampak nyata dalam sajian gending maupun asesoris lainnya.

Suhastjarja (1984) mendefinisikan seni karawitan adalah musik Indonesia yang berlaras non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya sudah menggunakan sistim notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, sifat pathet, dan aturan garap dalam bentuk instrumentalia, vokalis dan campuran, enak didengar untuk dirinya maupun orang lain.

Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada beberapa kakawin Jawa Kuno. Arti kata gamelan, sampaio sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalahalat untauk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan, barang yang sering digembal namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-gembel atau dipukul-pukul (Trimanto,1984).

Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat.

Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing (Trimanto, 1984).
( Diambil dari buku Seni Karawitan Jawa, Dr. Purwadi, M.Hum dan Drs. Afendy Widayat. 2006 )

Jenis music karawitan

degung yang dikenal oleh kalangan masyarakat luas khususnya daerah jawa barat, music tradisisonal yang mempunyai nilai music berliku dengan iringian kendang sunda dan suling music degung ini biasanya di tampilkan dalam acara pernikahan atau acara yang memiliki khusus music tradisional music degung juga terlahir dari daerah jawa barat yang mempunyai unsure filosofis dan simbolisme tentang kehidupan jaman sebelum masehi dan lirik syair nya memiliki nada yang lembut dan halus biasa yang menyanyikan lagu degung wanita yang setengah baya, music degung dalam juga termasuk music kotemporer karena di dalam gaya karakteristik music degung berbagai variasi yang digunakan didalam notasinya dan instrument nya, adapula yang menyebutkan music degung music yang bernada pentatonic.

Kacapi suling music yang terlahir dari music karawitan yang mempunyai khas karakteristik musiknya yaitu hanya memainkan alat musiknya 2 alat yaitu kacapi suling dan music tersebut juga tidak memiliki syair vocal hanyalah music instrumental yang bergumandang suling dan kacapi.

Ngawih adalah sebutan dari vocal didalam music karawitan ngawih tersebut mengandung suara yang khas dan suara yang bergumandang halus dan lembut dan menjiwai perasaan

Musisi music karawitan
Aki Dadan merupakan salah seorang putra Mang Endu (Endu Sulaeman Apandi), Seniman Cianjuran. Sebagaimana silsilah para leluhur, Mang endu pernah menjadi murid R. Ece Madjid. Tokoh Cianjuran jaman dahulu kala yang sangat dekat dengan Dalem R.A.A Wiranatakusumah. (Bahkan sempatdiboyongke Bandung serta dinikahkan dengan R. Siti Munigar). Sesuai dengan katerangan Aki Dadan pada suatu ketika, bahwa bibit buit Si Aki pada dasarnya merupakan para abdi Dalem Cianjur dahulu dalam bidang Seni Budaya.Jadi Si Aki sendiri lahir dan sejak masa kanak-kanak dibesarkan, dalam Iingkungan tokoh-tokoh Mamaos Cianjuran. Ia mengaku banyak berguru dan mendalami Seni Mamaos Cianjuran dari Endu Sulaeman Apandi, ayahnya sendiri serta Ibu Anah Ruhanah. Sedangkan pendidikannya sendiri, sebenamya lulusan STM. Namun tidak pernah dimanfaatkan, karena kecintaannya terhadap Seni Mamaos Cianjuran.Mulai aktif menyebarkan Mamaos Cianjuran, sejak usia 16 tahun. Terus berkelana memenuhi undangan untuk manggung, dihampir seluruh pelosok Jawa Barat, DKI, Banten bahkan hingga ke wilayah Sumatera dan Bali. Sedangkan pengalaman yang paling berkesan menurutnya, ketika ia terpilih menjadi salah seorang duta kesenian melanglang ke Jepang serta ke Roma, Italy pada tahun 1970.

Alat alat music karawitan
Gendang atau dalam bahasa sunda disebut "Kendang" merupakan salah satu alat musik tradisional daerah sunda, Jawa Barat. Alat musik kendang ini terbuat dari bahan kayu nangka atau mangga, namun ada juga yang menggunakan batang pohon kelapa.Kendang mempunyai dua ujung yang berbeda lebar diametenya, ukuran diameter ujung yang satu lebih besar dari ujung yang lain. Kedua ujung itu ditutup oleh bahan kulit yang bisanya terbuat dari kulit sapi, kerbau atau kambing.Karena permukaan samping kendang itu halus, maka kendang biasanya dililit dengan tali yang di rajut sedemikian rupa,adapun fungsi tali tersebut berguna agar kendang tidak mudah bergeser ketika dimainkan. Sebagai penunjang bisanya juga di letakan pada sanggahan dari kayu untuk mengatur posisi tinggi rendahnya gendang yang disesuaikan dengan kenyamanan si penabuh.Ukuran kendang sendiri ada dua jenis, yaitu kendang besar dan kendang kecil atau disebut kulantir. Fungsi dari kendang utamanya adalah untuk mengatur ritme atau tempo dari permainan musik sunda.  
Kacapi salah satu alat music ysunda yang di gunakan dengancara di petik dan memiliki notasi da mi na ti la da dan bentukpanjang menggunakan senar seperti halnya gitar namun kacapi ini sering di gunakan untuk karawitan dan memiliki senar yang terbilang 23 senar ,macam macam kacapi bereneka ragam kacapi indung,kacapi pelog dan kacapipupuh,

Suling alat music tiup yang menggunakan notasi da mi na ti la da sama halnya dengan kacapi namun berbeda penggunaan permainannya suling tersebut bisa membantu dalam menyamakan nada kacapi bila mana kacapi tersebut fals(tidak enak di dengarnya) suling ini mempunyai lubang nada 6 dan berbagai macam suling yang di gunakan.

Perkembangan music karawitan

Berdasarkan sejarah, keberadaan gamelan sudah berabad-abad lamanya. Hal ini dapat dibuktikan dari tulisan-tulisan, maupun prasasti-prasasti di dinding candi yang ditemukan. Perkembangan selanjutnya dari masa ke masa mengalami perubahan, baik bentuk, jenis, maupun fungsinya. Dari yang sangat sederhana, menjadi sederhana, kemudian menjadi lebih komplit. Bukti tertua mengenai keberadaan alat-alat musik tradisional Jawa dan berbagai macam bentuk permainannya dapat ditemukan pada piagam Tuk Mas yang bertuliskan huruf Pallawa. Keserdehanaan bentuk, jenis dan fungsinya tentu berkaitan erat dengan pola hidup masyarakat pada waktu itu. Pada piagam tersebut terdapat gambarsangka-kala, yaitu semacam terompet kuno yang digunakan untuk perlengkapan upacara keagamaan (Palgunadi, 2002:7).

Kehidupan seni karawitan sejauh ini sudah mengalami perjalanan sejarah yang panjang bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar, seperti Majapahit, dan Mataram. Dibawah kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut, gamelan (seni karawitan) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sehingga menarik para ilmuwan asing untuk mempelajari dan mendokumentasikan. Banyak penemuan-penemuan hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan asing. Sebagian hasil penemuan tersebut selanjutnya digunakan untuk mempelajari seni karawitan.
Perkembangan yang terjadi pada dunia seni karawitan menggambarkan bahwa seni karawitan merupakan suatu produk kebudayaan yang selalu ingin berkembang, menyesuaikan dengan kondisi jaman. Hal ini sesuai dengan kodratnya, bahwa seni karawitan sebagaimana cabang seni pertunjukan tradisi lainnya dikategorikan dalam jenis senikomunal, yaitu seni yang lahir dari, oleh, dan untuk masyarakat. Keberadaan dan perkembangannya tergantung pada kondisi masyarakat. Dalam konteks yang lain dapat dikategorikan dalam bentuk seni yang patronage, yaitu seni jenis yang mengabdi kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap sebagai payungnya. Sehingga keberadaan dan perkembangannya tergantung pada penguasa.
Pada jaman kerajaan perkembangan seni karawitan berjalan pesat. Peran Raja sebagai penguasa tunggal sangat menentukan hidup dan matinya suatu bentuk seni. Seperti yang diutarakan dalam puisi abad ke-14 kakawin Negarakertagama, kerajaan Majapahit mempunyai lembaga khusus yang bertanggung jawab mengawasi program seni pertunjukan (Sumarsam, 2003:19). Begitu pentingnya seni pertunjukan (karawitan) sebagai suatu pertanda kekuasaan raja adalah keterlibatan gamelan dan teater pada upacara-upacara atau pesta-ria kraton (Sumarsam, 2003:11).
Perkembangan seni karawitan berlanjut dengan munculnya Kerajaan Mataram. Pada jaman ini dianggap sebagai tonggak seni karawitan, terutama untuk gaya Yogyakarta dan Surakarta. Tidak hanya penambahan jenis-jenis gamelan saja, melainkan fungsi seni karawitanpun mengalami perkembangan. Disamping sebagai sarana upacara, seni karawitan juga berfungsi sebagai hiburan. Dahulu seni karawitan produk kraton hanya dinikmati di lingkungan kraton. Selanjutnya karena keterbukaan kraton dan palilah Dalem, seni karawitan produk kraton sudah berbaur dengan masyarakat pendukungnya.Dari realita tersebut terlihat begitu kuatnya peran penguasa dalam menentukan keberadaan suatu bentuk kesenian. “Sabda pandhito ratu” merupakan kebiasaan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan pada saat itu. Eksistensi dan perkembangan kesenian di masyarakat, keadaannya, penciptaannya, pelaksanaannya tergantung pada kegiatan para pendukung, dan adat kebiasaan yang berlaku. Popularitas suatu cabang seni bertalian erat dengan kegemaran orang banyak pada suatu waktu, hidup suburnya berkaitan dengan penghargaan, bantuan materiil dari penguasa (Djojokoesoemo, tt.:132-133).

Potensi Industri Budaya RI Bisa Kalahkan Sektor Bisnis

NUSA DUA - Potensi kebudayaan di Indonesia diyakini suatu saat bakal mengalahkan sektor bisnis lainnya karena masih banyak kekayaan budaya yang dimiliki belum terdata secara lengkap.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Wiendu Nuryanti mengakui masih banyak potensi hak kekayaan intelektual (HAKI), yang belum terdata secara baik.

Badan Pusat Statistik (BPS) sampai saat ini juga belum memiliki data pasti dan lengkap tentang potensi industri kebudayaan di Tanah Air baik produk kreatif dan benda seni lainnya. Indonesia masih miskin dengan data-data yang konkrit mengenai ekspresi budaya yang bisa dipatenkan menjadi HAKI.

"Potensi hak kekayaan intelektual bisa saja melebihi berbagai industri lainnya karena Indonesia memiliki beragam keunikan budaya yang belum dipatenkan," tegas Wiendu saat konferensi pers dalam diskusi menjaring aspirasi dari masyarakat menjelang Wolrd Cultural Forum WCF, di Nusa Dua, Senin (22/10/2012).

Menurutnya, bila semua potensi itu digarap lebih optimal maka ekspresi budaya Indonesia yang telah dipatenkan bisa menjadi kekuatan ekonomi baru ke depan.

Saat ini, Indonesia perlu belajar dari Amerika yang nilai ekspresi seni budaya lebih besar dari perolehan ekspor otomotif dan berbagai sektor manufaktur lainnya.

Jika terus dioptimalkan, bukan tidak mungkin Indonesia akan lebih besar dari Amerika, dan bisa menjadi kekuatan ekonomi, karena perolehan nilai tambah yang cukup tinggi.

Bahkan, daripada mengoptimalkan industri manufactur yang mendatangkan limbah dan polusi, akan lebih baik meninggalkan industri yang memba limbah kembali pada kekuatan industri yang berbasiskan budaya.

"Kekuatan industri yang mengkepresikan budaya harus dikembangkan dengan mematenkan potensi seni budaya dan lainnya itu menjadi Haki," katanya.

Dipihak lain, dia menepis anggapan bahwa Kebudayaan telah terpinggirkan dari pariwisata. Sebab, tidak ada pariwisata di dunuia ini tanpa kebudayaan.

Apalagi Indonesia termasuk Bali, harus disadari sejak awal tidak mungkin tidak memikirkan sisi kebudayaan dalam membangun sektor pariwisata.

Bila ekspresi seni budaya yang merupakan penciptaan komunal, maka hal tersebut menjadi kewajiban dan tanggungjawa pemerintah untuk mengurusnya.

Pemerintah akan mendampingi dan mendata berbagai ekspresi, penemuan, dan karya cipta mulai perorangan, desa ke desa dan seterusnya.

"Data kebudayaan saat ini sedang disusun agar bisa didaftarkan dan dipatenkan," tutupnya.

Sumber :http://travel.okezone.com/read/2012/10/22/407/707554/potensi-industri-budaya-ri-bisa-kalahkan-sektor-bisnis

Jokowi Akan Ikuti Kirab Budaya

JAKARTA, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akan menjadikan DKI Jakarta sebagai pusat kebudayaan. Langkah pertamanya adalah pergelaran kirab budaya yang akan diselenggarakan pada Minggu (28/10/2012). Jokowi mengatakan, di acara itu, dia tidak hanya sebagai pemberi sambutan, tetapi juga sebagai peserta kirab budaya.

Saya nanti ikut juga jalan-jalannya menjadi peserta. Kalau nanti pakai pakaian apa, ya, belum
-- Jokowi

"Saya nanti ikut juga jalan-jalannya menjadi peserta. Kalau nanti pakai pakaian apa, ya, belum," kata Jokowi di Balaikota DKI, Selasa (23/10/2012).

Dia mengatakan, kegiatan kirab budaya tersebut akan dia laksanakan secara rutin. Dia juga akan menjadikan Monas sebagai sebuah tempat untuk seni budaya, terutama di hari libur.

Krisbudiharjo, ketua pelaksana kirab budaya, mengatakan, acara tersebut sebagai langkah awal Kota Jakarta sebagai kota pusat budaya Nusantara. "Nanti akan ada arak-arakan festival dari Thamrin menuju ke Monas," katanya.

Krisbudiharjo mengatakan, kirab budaya itu merupakan pergelaran festival budaya untuk merayakan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada Minggu (28/10/2012). Tema yang diambil untuk kirab budaya kali ini adalah antidiskriminasi dan kesetaraan. Kirab budaya ini akan dimulai pukul 07.00 WIB mulai dari Balaikota DKI-Thamrin-Monas.

"Kirab ini gratis. Akan ada tari-tarian berbagai daerah di jalan, Monas ada panggung hiburannya. Soal anggarannya, patungan panitia," kata Krisbudiharjo.

Sumber:
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/23/15525047/Minggu.Jokowi.Akan.Ikuti.Kirab.Budaya

Wiendu Nuryati : Jangan Jadikan Seni Budaya Sebagai Label

WAKIL Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryati, membuka Gelar Budaya Nasional 2012 di Bundaran Tugu Api Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Minggu (28/10).

Dalam acara pembukaan, Wiendu mengimbau agar masyarakat memelihara warisan budaya – jangan sekadar dijadikan label saja, tapi dimaknai sebagai sumber hidup bagi pertumbuhan kebudayaan Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika.

“Meleburnya antara penghayatan –pengetahuan –seni budaya merupakan sebuah keutuhan yang memberikan tuntutan sekaligus tontonan bagian dari sistem pengetahuan dan pendidikan masyarakat adat. Kita tidak akan membiarkan seni tradisi ini mati di telan zaman dan kita berusaha merevitalisasi seni dan budaya Indonesia ,” tegas Wiendu.

Sementara Ketua Panitia Gelar Budaya Nusantara 2012 Suprapto Suryodarmo mengatakan dalam Gelar Budaya Nusantara di tampilkan secara utuh ritus-ritus pangan dari delapan komunitas adat seperti upacara Randang Lingko dari masyarakat adat Manggarai Nusa Tenggara Timur, rangkaian upacara adat Dumaan dari suku Dayak Kayaan Bahau Kalimantan Timur, upacara Saren taun dari Kasepuhan Cisungsang Banten.

“Pagelaran ini merupakan aspek tontonan dari Gelar Budaya Nusantara 2012,” jelas Suprapto.

Lebih lanjut Suprapto menambahkan, pagelaran ini menampilkan beberapa bentuk kesenian tradisional dan kontemporer dari beberapa daerah di Indonesia serta ritus-ritus pangan dari berbagai negara sahabat seperti Filipina, Meksiko, Amerika, Venezuela dan India.

“Dengan adanya Gelar Budaya Nusantara 2012 dapat di harapkan masyarakat lebih mencintai budaya negeri ini dan ritus-ritus budaya pangan Nusantara yang utuh dan komprehensif antara berbagai sistem pengetahuan adat sekaligus sebagai ekspresi seni serta budaya,” ujarnya.

Sumber :http://www.harianterbit.com/2012/10/28/wiendu-nuryati-jangan-jadikan-seni-budaya-sebagai-label

Ular Dandaung

Di kisahkan pada dahulu kala ada sebuah kerajaan besar dan termasyhur di wilayah Kalimantan Selatan. Letak kerajaan tersebut diapit dua buah gunung dan dialiri sebuah sungai besar. Tanahnya sangat subur dan rakyatnya hidup makmur. Hasil kekayaan alamnya melimpah ruah. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raya yang adil dan bijaksana. Beliau mempunyai permaisuri dan tujuh putri yang cantik. Kekayaan alam yang dimiliki bukan untuk kepentingan keluarga Raja, melainkan untuk kesejahteraan rakyat. Rakyat mengolah lahan pertanian sesuai dengan hak yang mereka miliki. Tidak pernah terjadi sengketa antar penduduk. Mereka hidup rukun dan damai.

"Ada burung raksasa!", teriak penduduk negeri yang melihat burung raksasa itu. Mereka tidak tahu darimana asalnya burung raksasa yang tiba-tiba datang mengamuk itu. Burung raksasa itu sangat menakutkan, paruhnya besar dan tajam mengkilat. Sekali mematuk manusia langsung menemui ajal.

Cakarnya dapat langsung mencengkram puluhan orang dan dibuat tak berdaya. Kepak sayapnya membuat hampir seluruh wilayah negeri menjadi gelap gulita. Seluruh rakyat negeri itu menjadi panik dan kalang kabut.

"Kita harus melawan burung raksasa itu?" kata Mahapatih kepada Sri Baginda Raja. Sri Baginda Raja segera mengirim ribuan prajurit pilihan untuk menghancurkan burung raksasa itu. Bermacam senjata diarahkan ke tubuh burung raksasa itu, namun sia-sia. Bahkan burung raksasa itu semakin membabi buta, mengamuk bagai banteng terluka. Tak seorang prajuritpun selamat, demikian penduduk negeri. Sawah dan ladang menjadi porak poranda. Keadaan negeri yang rukun dan damai itu, bagaikan kalah perang.

Melihat kerajaan yang sudah hancur luluh lantak dan tak ada lagi rumah, sawah, maupun harta benda yang tersisa, semuanya itu membuat rakyat menjadi semakin tersiksa. Maka dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, prajurit dan rakyat yang sempat melarikan diri bahu membahu menyusun kekuatan dan mengumpulkan senjata apa saja untuk melawan burung raksasa yang jahat itu. Berkat kekompakan dan kerjasama antara prajurit dan rakyat yang mati-matian melawan burung raksasa, akhirnya burung raksasa kelelahan dan menghentikan serangannya. Rakyat bersyukur kepada Tuhan untuk sementara terhindar dari serangan burung raksasa.

Beberapa hari kemudian, mereka dikejutkan oleh kedatangan seekor ular raksasa. Ular itu membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidah berbisa dihadapan keluarga Raja yang sangat ketakutan.

"Jangan takut Baginda, hamba tidak akan membunuh Baginda dan keluarga, asalkan Baginda sudi mengabulkan permohonan hamba," kata ular itu sambil mendesis.

Mendengar ucapan ular raksasa yang memberi tanda tidak akan membahayakan keluarganya, Sri Baginda memberanikan diri berkata pada ular raksasa. "Siapakah engkau ? Dan apa keinginanmu ?," tanya Baginda Raja.

"Nama hamba Ular Dandaung," jawab ular raksasa dengan penuh hormat.

"Hamba ingin memperistri salah seorang putri Baginda," lanjutnya.

Tentu saja keluarga Raja terperanjat. Bahkan putri sulung dan kelima adiknya menjerit ketakutan sambil merangkul ibundanya. Namun, Sri Baginda tenang dan berusaha menguasai keadaan agar jangan sampai suasana menjadi kacau. Sri Baginda berpikir sejenak sambil mengatur nafas. Beliau ingin mencari jalan keluar yang terbaik, sebab bila beliau salah langkah, pasti jiwa mereka terancam.

"Aku tidak menolak, tetapi juga tidak menerima permintaanmu," kata Sri Baginda setengah kebingungan.

"Aku harus bertanya kepada putri-putriku," tambahnya. Mendengar jawaban Sri Baginda itu, mata Ular Dandaung bersinar-sinar seperti mengharapkan kepastian dari salah seorang putri Raja.

Namun putri-putri Raja dari yang sulung sampai putri keenam tidak mau menerima pinangan Ular Dandaung.

"Aku tidak mau kawin dengan ular yang menjijikkan !,". "Cih !. Lebih baik aku mati, daripada kawin dengannya", begitulah kata-kata yang keluar dari putri-putri Baginda Raja.

Akhirnya,"Aku bersedia menjadi istrinya," jawab Putri Bungsu sambil bersimpuh di depan ayahandanya.

Akhirnya, Putri Bungsu dan Ular Dandaung diumumkan sebagai suami istri yang sah. Tentu saja banyak ejekan maupun cemooh dari keenam kakaknya, namun ia jawab dengan senyuman manis.

Pada suatu malam, Putri Bungsu tiba-tiba terbangun dan terkejut melihat yang berada di sampingnya bukan Ular Dandaung, melainkan seorang pemuda tampan dan gagah perkasa berbusana Raja.

"Jangan terkejut, aku suamimu. Kau telah menolongku bebas dari kutukan," kata Ular Dandaung meyakinkan. Setelah Putri Bungsu tenang, Ular Dandaung kemudian bercerita bahwa ia dikutuk karena kesalahannya. Ia akan terbebas dari kutukan apabila dapat memperistri seorang putri raja, dan ia berhasil.

Melihat kejadian itu, keenam kakak Putri Bungsu menyesal. Namun nasi telah menjadi bubur.

Ular Dandaung ternyata seorang yang sakti mandraguna. Melihat kerajaan mertuanya porak poranda ia langsung turun tangan. Ia segera mencari tempat Burung Raksasa. Terjadilah pertempuran hebat. Ular Dandaung mengerahkan segala kesaktiannya dan akhirnya berhasil membinasakan burung raksasa. Sejak saat itu, desa tersebut menjadi aman dan tenteram kembali.

Moral : Setiap kejadian buruk yang menimpa pasti akan ada hikmahnya. Kerelaan dan keikhlasan serta tujuan mulia Putri Bungsu menerima Ular Dandaung menjadi suaminya menjadikan sesuatu menjadi baik kembali. Jadi, apa yang tampak buruk pada lahirnya belum tentu buruk pada isinya.

Sumber : Cerita Asli Indonesia Elexmedia

Asal Mula Huruf Jawa

Alkisah, di Dusun Medang Kawit, Desa Majethi, Jawa Tengah, hiduplah seorang pendekar tampan yang sakti mandraguna bernama Aji Saka. Ia mempunyai sebuah keris pusaka dan serban sakti. Selain sakti, ia juga rajin dan baik hati. Ia senantiasa membantu ayahnya bekerja di ladang, dan menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Ke mana pun pergi, ia selalu ditemani oleh dua orang abdinya yang bernama Dora dan Sembada.

Pada suatu hari, Aji Saka meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mengembara bersama Dora. Sementara, Sembada ditugaskan untuk membawa dan menjaga keris pusaka miliknya ke Pegunungan Kendeng.

“Sembada! Bawa keris pusaka ini ke Pegunungan Kendeng. Kamu harus menjaganya dengan baik dan jangan berikan kepada siapa pun sampai aku sendiri yang mengambilnya!” pesan Aji Saka kepada Sembada.

“Baik, Tuan! Saya berjanji akan menjaga dan merawat keris pusaka Tuan!” jawab Sembada.

Setelah itu, berangkatlah Sembada ke arah utara menuju Gunung Kendeng, sedangkan Aji Saka dan Dora berangkat mengembara menuju ke arah selatan. Mereka tidak membawa bekal pakaian kecuali yang melekat pada tubuh mereka. Setelah setengah hari berjalan, sampailah mereka di sebuah hutan yang sangat lebat. Ketika akan melintasi hutan tersebut, tiba-tiba Aji Saka mendengar teriakan seorang laki-laki meminta tolong.

“Tolong...!!! Tolong...!!! Tolong...!!!” demikian suara itu terdengar.

Mendengar teriakan itu, Aji Saka dan Dora segera menuju ke sumber suara tersebut. Tak lama kemudian, mereka mendapati seorang laki-laki paruh baya sedang dipukuli oleh dua orang perampok.

“Hei, hentikan perbuatan kalian!” seru Aji Saka.

Kedua perampok itu tidak menghiraukan teriakan Aji Saka. Mereka tetap memukuli laki-laki itu. Melihat tindakan kedua perampok tersebut, Aji Saka pun naik pitam. Dengan secepat kilat, ia melayangkan sebuah tendangan keras ke kepala kedua perampok tersebut hingga tersungkur ke tanah dan tidak sadarkan diri. Setelah itu, ia dan abdinya segera menghampiri laki-laki itu.

“Maaf, Pak! Kalau boleh kami tahu, Bapak dari mana dan kenapa berada di tengah hutan ini?” tanya Aji Saka.

Lelaki paruh baya itu pun bercerita bahwa dia seorang pengungsi dari Negeri Medang Kamukan. Ia mengungsi karena raja di negerinya yang bernama Prabu Dewata Cengkar suka memakan daging manusia. Setiap hari ia memakan daging seorang manusia yang dipersembahkan oleh Patihnya yang bernama Jugul Muda. Karena takut menjadi mangsa sang Raja, sebagian rakyat mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.

Aji Saka dan abdinya tersentak kaget mendengar cerita laki-laki tua yang baru saja ditolongnya itu.

“Bagaimana itu bisa terjadi, Pak?” tanya Aji Saka dengan heran.

“Begini, Tuan! Kegemaran Prabu Dewata Cengkar memakan daging manusia bermula ketika seorang juru masak istana teriris jarinya, lalu potongan jari itu masuk ke dalam sup yang disajikan untuk sang Prabu. Rupanya, beliau sangat menyukainya. Sejak itulah sang Prabu menjadi senang makan daging manusia dan sifatnya pun berubah menjadi bengis,” jelas lelaki itu.

Mendengar pejelasan itu, Aji Saka dan abdinya memutuskan untuk pergi ke Negeri Medang Kamukan. Ia ingin menolong rakyat Medang Kamukan dari kebengisan Prabu Dewata Cengkar. Setelah sehari semalam berjalan keluar masuk hutan, menyebarangi sungai, serta menaiki dan menuruni bukit, akhirnya mereka sampai di kota Kerajaan Medang Kamukan. Suasana kota itu tampak sepi. Kota itu bagaikan kota mati. Tak seorang pun yang terlihat lalu lalang di jalan. Semua pintu rumah tertutup rapat. Para penduduk tidak mau keluar rumah, karena takut dimangsa oleh sang Prabu.

“Apa yang harus kita lakukan, Tuan?” tanya Dora.

“Kamu tunggu di luar saja! Biarlah aku sendiri yang masuk ke istana menemui Raja bengis itu,” jawab Aji Saka dengan tegas.

Dengan gagahnya, Aji Saka berjalan menuju ke istana. Suasana di sekitar istana tampak sepi. Hanya ada beberapa orang pengawal yang sedang mondar-mandir di depan pintu gerbang istana.

“Berhenti, Anak Muda!” cegat seorang pengawal ketika Aji Saka berada di depan pintu gerbang istana.

“Kamu siap dan apa tujuanmu kemari?” tanya pengawal itu.

“Saya Aji Saka dari Medang Kawit ingin bertemu dengan sang Prabu,” jawab Aji Saka.

“Hai, Anak Muda! Apakah kamu tidak takut dimangsa sang Prabu?” sahut seorang pengawal yang lain.

“Ketahuilah, Tuan-Tuan! Tujuan saya kemari memang untuk menyerahkan diri saya kepada sang Prabu untuk dimangsa,” jawab Aji Saka.

Para pengawal istana terkejut mendengar jawaban Aji Saka. Tanpa banyak tanya, mereka pun mengizinkan Aji Saka masuk ke dalam istana. Saat berada di dalam istana, ia mendapati Prabu Dewata Cengkar sedang murka, karena Patih Jugul tidak membawa mangsa untuknya. Tanpa rasa takut sedikit pun, ia langsung menghadap kepada sang Prabu dan menyerahkan diri untuk dimangsa.

“Ampun, Gusti Prabu! Hamba Aji Saka. Jika Baginda berkenan, hamba siap menjadi santapan Baginda hari ini,” kata Aji Saka.

Betapa senangnya hati sang Prabu mendapat tawaran makanan. Dengan tidak sabar, ia segera memerintahkan Patih Jugul untuk menangkap dan memotong-motong tubuh Aji Saka untuk dimasak. Ketika Patih Jugul akan menangkapnya, Aji Saka mundur selangkah, lalu berkata:

“Ampun, Gusti! Sebelum ditangkap, Hamba ada satu permintaan. Hamba mohon imbalan sebidang tanah seluas serban hamba ini,” pinta Aji Saka sambil menunjukkan serban yang dikenakannya.

“Hanya itu permintaanmu, hai Anak Muda! Apakah kamu tidak ingin meminta yang lebih luas lagi?” sang Prabu menawarkan.

“Sudah cukup Gusti. Hamba hanya menginginkan seluas serban ini,” jawab Aji Saka dengan tegas.

“Baiklah kalau begitu, Anak Muda! Sebelum memakanmu, akan kupenuhi permintaanmu terlebih dahulu,” kata sang Prabu.

Aji Saka pun melepas serban yang melilit di kepalanya dan menyerahkannya kepada sang Prabu.

“Ampun, Gusti! Untuk menghindari kecurangan, alangkah baiknya jika Gusti sendiri yang mengukurnya,” ujar Aji Saka.

Prabu Dewata Cengkar pun setuju. Perlahan-lahan, ia melangkah mundur sambil mengulur serban itu. Anehnya, setiap diulur, serban itu terus memanjang dan meluas hingga meliputi seluruh wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Karena saking senangnya mendapat mangsa yang masih muda dan segar, sang Prabu terus mengulur serban itu sampai di pantai Laut Selatan tanpa disadarinya,. Ketika ia masuk ke tengah laut, Aji Saka segera menyentakkan serbannya, sehingga sang Prabu terjungkal dan seketika itu pula berubah menjadi seekor buaya putih. Mengetahui kabar tersebut, seluruh rakyat Medang Kamulan kembali dari tempat pengungsian mereka. Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi Raja Medang Kamulan menggantikan Prabu Dewata Cengkar dengan gelar Prabu Anom Aji Saka. Ia memimpin Kerajaan Medang Kamulan dengan arif dan bijaksana, sehingga seluruh rakyatnya hidup tenang, aman, makmur, dan sentosa.

Pada suatu hari, Aji Saka memanggil Dora untuk menghadap kepadanya.

“Dora! Pergilah ke Pegunungan Kendeng untuk mengambil kerisku. Katakan kepada Sembada bahwa aku yang menyuruhmu,” titah Raja yang baru itu.

“Daulat, Gusti!” jawab Dora seraya memohon diri.

Setelah berhari-hari berjalan, sampailah Dora di Pegunungan Gendeng. Ketika kedua sahabat tersebut bertemu, mereka saling rangkul untuk melepas rasa rindu. Setelah itu, Dora pun menyampaikan maksud kedatangannya kepada Sembada.

“Sembada, sahabatku! Kini Tuan Aji Saka telah menjadi raja Negeri Medang Kamulan. Beliau mengutusku kemari untuk mengambil keris pusakanya untuk dibawa ke istana,” ungkap Dora.

“Tidak, sabahatku! Tuan Aji berpesan kepadaku bahwa keris ini tidak boleh diberikan kepada siapa pun, kecuali beliau sendiri yang datang mengambilnya,” kata Sembada dengan tegas.

Karena merasa mendapat tanggungjawab dari Aji Saka, Dora pun harus mengambil keris itu dari tangan Sembada untuk dibawa ke istana. Kedua dua orang abdi bersahabat tersebut tidak ada yang mau mengalah. Mereka bersikeras mempertahankan tanggungjawab masing-masing dari Aji Saka. Mereka bertekad lebih baik mati daripada menghianati perintah tuannya. Akhirnya, terjadilah pertarungan sengit antara kedua orang bersahabat tersebut. Mereka sama kuat dan tangguhnya, sehingga mereka pun mati bersama.

Sementara itu, Aji Saka sudah mulai gelisah menunggu kedatangan Dora dari Pegunung Gendeng membawa kerisnya.

“Apa yang terjadi dengan Dora? Kenapa sampai saat ini dia belum juga kembali?” gumam Aji Saka.

Sudah dua hari Aji Saka menunggu, namun Dora tak kunjung tiba. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyusul abdinya itu ke Pegunungan Gendeng seorang diri. Betapa terkejutnya ia saat tiba di sana. Ia mendapati kedua abdi setianya telah tewas. Mereka tewas karena ingin membuktikan kesetiaannya kepada tuan mereka.

Untuk mengenang kesetiaan kedua abdinya tersebut, Aji Saka menciptakan aksara Jawa atau dikenal dengan istilah dhentawyanjana, yang mengisahkan pertarungan antara dua abdinya yang memiliki kesaktiaan yang sama dan tewas bersama. Huruf-huruf tersebut juga dikenal dengan istilah carakan.

sumber: kaskus

Tambahan :
Ada referensi lainnya (namun saya lupa sumbernya) mengatakan bahwa Ajisaka dan kedua abdinya berasal dari India. Bertualang ke Pulau Jawa namun sebelum sampai di Jawa, sempat singgah di suatu pulau di laut Jawa dan minta kepada salah satu abdinya untuk menjaga keris saktinya di pulau itu.

Mungkin legenda ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa huruf Jawa (juga, Bali dan beberapa huruf lainnya di Nusantara)adalah turunan dari huruf Brahmic dari India.

Istilah Carakan berasal dari urutan abjad huruf jawa yang dimulai dari Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Lengkapnya adalah:

Hanacaraka,
Dathasawala,
padhajayanya,
Magabatanga.

Yang merupakan huruf atau aksara Silabel (aksara sukukata) sebanyak 20 aksara. Sedangkan untuk huruf Bali hanya 18 aksara, dimana aksara dha = da dan tha = ta (Aksara Bali lumrah : Hanacaraka, Datasawala, Magabanga, Pajayanya).

Urutan aksara diatas yang berupa syair mempunyai arti yaitu:

Hanacaraka = Ada Utusan, atau abdi;
Dathasawala = membawa khabar atau surat;
Padhajayanya = sama-sama sakti;
Magabatanga = semuanya menjadi mayat.

Padi Sebesar Kelapa

Dahulu kala di daerah Teluk Pandak terdapatlah sebuah padi sebesar buah kelapa. Masyarakat setempat tidak pernah tahu dari mana asalnya. Padi itu ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar rumahnya. Padi yang ditemukan itu bukanlah padi lengkap dengan batangnya, namun hanya sebuah biji padi sebesar kelapa lengkap dengan cangkangnya. Penduduk Teluk Pandak percaya bahwa padi itu merupakan titisan dari Dewi Sri. Mereka seperti mendapatkan berkah dengan turunnya padi itu ke tempat mereka.

Saat musim tanam tiba, masyarakat membawa padi sebesar kelapa tersebut ke sawah yang akan ditanami. Setelah padi di tanam, masyarakat berkumpul untuk melakukan doa bersama agar padi yang ditanam mendapat berkah dari Tuhan. Sekelompok muda-mudi membawakan tari Dewi Sri. Tarian itu diiringi oleh lagu yang bersyair doa dan pujian kepada Tuhan. Lagu itu mereka namakan dengan Nandung. Kulit padi mereka pukul-pukul sebagai gendang pengiring tarian Dewi Sri.

Waktu terus berjalan. Musim panen pun tiba. Masyarakat kembali berkumpul dan bersama-sama melakukan panen. Panen pertama ini mereka lakukan hanya untuk sebagian kecil padi yang akan digunakan untuk acara makan bersama. Saat akan menuai padi, mereka menimang-nimang padi titisan Dewi Sri itu sambil melantunkan puji-pujian kepada Tuhan atas keberhasilan tanaman mereka. Padi yang sudah dituai kemudian diirik dengan kaki. Setelah itu padi dijemur. Setelah menjadi beras, padi itu dimasak dan dipersiapkanlah sebuah acara makan bersama. Dalam acara itu padi sebesar kelapa itu kembali dibawa. Sebelum makan mereka melagukan syair-syair yang intinya adalah syukuran, doa mohon keberkahan, dan keselamatan kepada Tuhan. Acara makan pun selesai. Keesokan harinya masyarakat secara bersama-sama memanen seluruh padi.

Setelah seluruh padi selesai dipanen, tumbuhlah anak padi dari bekas batang padi yang tinggal. ini lebih kecil. Mereka menamakan padi yang lebih kecil itu dengan Salibu. Padi itu ukurannya lebih kecil dari ukuran padi biasa. Salibu itu kemudian di panen. Setelah dipisahkan dari cangkangnya, Salibu kemudian digonseng dan ditumbuk hingga berbentuk emping. Proses menggonseng hingga menumbuk Salibu dilakukan oleh muda-mudi dari sore hingga malam hari. Selama proses itu tidak jarang ada muda-mudi yang akhirnya berjodoh. Emping dari Salibu kemudian dimakan bersama-sama dalam acara pernikahan muda-mudi yang berjodoh itu.

sumber :
http://yayasanlangit.blogspot.com
http://sayaindonesia.com/viewtopic.php?f=765&t=894&sid=681e6b8eca389fbb453b1796ac17f6bc

Jokowi-Dubes Malaysia Bahas Festival Budaya

Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) melanjutkan kegiatannya dengan bertemu Dubes Malaysia untuk Indonesia, Dato Syed Munshe Afdzaruddin Bin Syed Hassan. Jokowi mengajak Malaysia mengirim delegasinya saat festival budaya mendatang.

"Kita bicara nanti ingin menggerakkan antara warga Jakarta dan Kuala Lumpur, people to people. Jadi yang konkret. Tadi sudah dibicarakan karena 2013 bulan Juni nanti ada Jak Carnaval, ada Monas Performing Arts. Kami minta agar dikirim banyak delegasi karnaval dan seni budaya dari Malaysia dan beliau sanggupi karena ini masih panjang," papar Jokowi.

Hal ini disampaikan Jokowi usai pertemuan di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (29/10/2012).

Dengan begitu, Jokowi berharap masyarakat Indonesia dan Malaysia saling mengetahui budaya-budaya dua negara.

"Ini people to people biar tahu. Nanti, rakyat Indonesia tahu, ini lho budaya Malaysia. Nanti kita juga akan kirim ke sana dalam jumlah yang banyak. Ini juga dalam rangka membangun sisi pariwisata," ujar Jokowi.

Menurut dia, ada juga pembahasan khusus yang dibahas dengan Dubes Malaysia.

"Tetapi tidak perlu disampaikan. Yang khusus dan tertutup ada, kalau yang terbuka ya itu tadi," kata Jokowi.

Dubes Malaysia untuk Indonesia, Dato Syed Munshe Afdzaruddin Bin Syed Hassan mendukung penuh usulan Jokowi.

"Kita coba seperti yang Pak Gubernur sampaikan tadi. Jadi ini aktivitas rakyat. Kita merakyatkan aktivitas-aktivitas antara DKI Jakarta dan Kuala Lumpur. Kita juga akan satukan ini. Dari situ, kita akan dapat membuang dan meninggalkan persepsi yang tidak baik," kata Munshe.

Menurut Munshe, aktivitas budaya itu sangat bagus buat kedua negara.

(aan/nrl)
Sumber :http://news.detik.com/read/2012/10/29/114743/2074906/10/jokowi-dubes-malaysia-bahas-festival-budaya?9922032

Pertunjukan Seni Budaya Upaya "Hidupkan" Yogyakarta

YOGYAKARTA - Badan Pengembangan Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) mengeluhkan masih minimnya fasilitas pendukung untuk pengembangan pariwisata di Kota Gudeg tersebut. Dampak terasa pada kunjungan wisatawan juga lamanya mereka tinggal.

“Saat ini, lama tinggal wisatawan di Yogyakarta rata-rata dua hari. Karena itu, agar long of stay meningkat maka perlu dukungan dari pemerintah,” papar ketua BP2KY Dedy Pranawa Eryana, baru-baru ini.

Dedy mengatakan, salah satu dukungan yang diharapkan dari Pemerintah Kota (pemkot) Yogyakarta adalah dukungan dari sektor seni dan budaya, terutama pertunjukan pada malam hari di tempat-tempat wisata, seperti Malioboro maupun kampung wisata yang ada. Dengan pertunjukkan tersebut, Yogyakarta diharapkan akan "hidup" sepanjang hari.

“Dengan menghidupkan seni budaya pada malam hari tentunya akan menjadi sajian wisata yang menarik sehingga bisa memperpanjang lama tinggal wisatawan. Dan, ini membutuhkan dukungan dari pemerintah,” tandasnya. Menurut Dedy, dengan meningkatkan lama tinggal wisatawan di Yogyakarta, bukan hanya akan berdampak pada pelaku dunia wisata, juga terhadap keberadaan Yogyakarta itu sendiri. Sebab secara tidak langsung, kegiatan tersebut akan mempromosikan Yogyakarta sebagai salah satu tujuan pariwisata di Indonesia.

“Untuk semakin mengenalkan Yogyakarta, bisa digarap dengan menghidupkan seni budaya. Karena itu, kami juga sangat mengharapkan XT Square segera dioperasionalkan. Apalagi salah satu konsepnya mengusung pertunjukan seni lokal,” katanya.

Selain itu, untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan di Yogyakarta, BP2KY juga melakukan terobosan baru, di antaranya bekerjasama dengan biro perjalanan wisata guna mengembangkan wisata alternatif. Misalnya dalam mengunjungi tempat wisata tidak hanya di Yogyakarta, namun juga tempat wisata lain yang ada di wilayah DIY.

“Contohnya, untuk pengembangan wisata di Yogyakarta selatan, yakni dengan mengunjungi Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTHY), satu paket dengan kunjungan ke Kandang Menjangan, yang ada di Krayak, Sewon, Bantul dilanjutkan dengan kunjungan ke tempat wisata terdekat dan pada malam harinya dapat menikmati pertunjukkan seni dan budaya,” jelasnya.

Untuk itu, BP2KY juga sangat mendukung dengan adanya kegiatan warm trip ke Yogyakarta, terutama yang dilakukan oleh para jurnalis mancanegara. Sebab secara tidak langsung liputan mereka akan mengenalkan Yogyakarta di negaranya masing-masing. Salah satunya seperti yang saat ini sedang dilakukan jurnalis dari Australia.

Kepala Seksi Kerja Sama Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Yogyakarta Budiyono mengakui bahwa pengembangan industri pariwisata di sektor seni dan budaya belum optimal. Selain belum dapat secara rutin menggelar seni pertunjukan tersebut, untuk tempatnya juga tidak merata. Namun begitu, tetap akan berusaha mengakomodasi hal tersebut. Salah satunya dengan memfasilitasi komunitas atau kelompok seni yang akan pentas pada malam hari di sepanjang Malioboro.

“Pada prinsipnya, kami siap memberikan fasilitas, terakhir Dewan Teater Yogyakarta juga meminta fasilitas untuk dapat pentas di sepanjang Malioboro pada malam hari. Permintaan ini seiring dengan perkembangan teater yang semakin baik,” janjinya.

Sumber : http://travel.okezone.com/read/2012/10/27/407/709847/pertunjukan-seni-budaya-upaya-hidupkan-yogyakarta

Pertunjukan Budaya, Siswa SMAN 5 Bandung Pukau Penonton di AS

Sepuluh siswa SMA Negeri 5 Bandung yang sedang mengikuti program belajar di Senior Height High School, di kota Fort Worth, sekitar 500 km utara Houston, Sabtu malam lalu (27/10/2012) memukau masyarakat penonton di Houston dan sekitarnya.

Pertunjukan Budaya, Siswa SMAN 5 Bandung Pukau Penonton di AS
Mereka menampilkan pertunjukkan lagu, presentasi dan tarian Indonesia di Konsulat Jenderal RI Houston antara lain tari Merak, Kuda Lumping dan Selendang. Sejumlah penari dari masyarakat Indonesia di Houston juga ikut memeriahkan malam budaya Indonesia itu.

Pertunjukan seni budaya Indonesia itu disaksikan sekitar 200 orang, termasuk pejabat pemerintah setempat, Konsul Jenderal dan Konsul negara sahabat, antara lain Korea, Belanda, Swiss, perwakilan kantor Senator dan tokoh masyarakat Houston lainnya.

Konsul Jenderal RI di Houston, Al Busyra Basnur mengatakan bahwa pertunjukan pelajar SMA itu tidak hanya dalam rangka mempromosikan seni dan budaya Indonesia di luar negeri. Mereka juga sekaligus menunjukkan kepada masyarakat Amerika Serikat, khususnya Houston dan sekitarnya bahwa generasi muda Indonesia sangat mencintai, menghargai dan mampu menampilkan seni budayanya dengan baik didepan publik.

“Pertunjukan mereka sangat bagus, bahkan memukau masyarakat Houston”, kata Konjen Al Busyra Basnur dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Senin(29/10/2012).

Sekitar dua minggu mereka di Arlington Height High School, Fort Worth, mereka tidak hanya belajar di kelas bersama murid-murid AS lainnya. Mereka juga mempromosikan seni dan budaya Indonesia dalam berbagai pertunjukan seni dan budaya Indonesia di kota berpenduduk hampir 800.000 itu.

Pelajar SMA Negeri 5 Bandung itu didampingi oleh dua guru, yaitu Benny Amran Hamid dan Sri Kurniatin Setiawati.

Sejumlah 50 orang masyarakat Indonesia yang tergabung dalam Kerukunan Masyarakat Indonesia (KMI) di Dallas, sekitar 500 km di utara Houston, juga datang ke KJRI Houston untuk menyaksikan malam budaya Indonesia tersebut dan bersilaturahmi dengan KJRI Houston. Mereka datang bersama keluarga masing-masing.

“Kami senang sekali diundang oleh KJRI Houston, apalagi karena sebagian besar dari kami belum pernah berkunjung ke KJRI”, kata Donny Tigor Hardono, Ketua KMI Dallas.

“Pameran foto di KJRI Houston menambah pengetahuan dan wawasan kami pula”, tambah Donny mengomentari pameran foto keindahan Indonesia dan kegiatan KJRI yang diselenggarakan KJRI di ruang utama gedung itu.

Minggu pagi (28/10/2012), masyarakat Indonesia di Dallas itu makan pagi dan beramah tamah dengan Konjen RI di kediaman Konjen. Mereka antara lain membicarakan kegiatan KMI ke depan bersama KJRI Houston.

“Masyarakat Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan berbagai program dan kegiatan KJRI Houston”, kata Konjen Al Busyra Basnur.

Sumber:http://www.tribunnews.com/2012/10/30/pertunjukan-budaya-siswa-sman-5-bandung-pukau-penonton-di-as

Ancol Gelar Pesta Seni

JAKARTA, Taman Impian Jaya Ancol akan mengggelar pesta seni dan budaya yang menampilkan hasil karya masyarakat dari berbagai lapisan.

Kegiatan ini bertema "Seni Rupa sebagai Jalan Menuju Budaya Masyarakat yang Sehat," kata Direktur Rekreasi PT Pembangunan Jaya Ancol, Winarto, dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa.

"’Event’ tahunan yang juga dikenal dengan Ancol Art Festival atau Jambore Seni Rupa Nasional yang memasuki pelaksanaan ke-17 itu, lebih diisi dengan kegiatan berkesenian dari dan untuk masyarakat yang lebih luas," kata Winarto.

Menurut dia, Jambore Seni Rupa Nasional merupakan wadah griya kreasi bagi para seniman dalam memamerkan dan memasarkan karya-karya seninya, sekaligus wadah para komunitas seniman untuk bertemu dan bersosialisasi.

"Kegiatan ini sengaja digelar agar masyarakat umum bisa melihat, memperlakukan dan menghargai sebuah karya seni sehingga tak hanya menjadi tontonan semata, tapi mempunyai nilai ekonomis yang bisa menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat," kata Winarto.

Sebanyak lebih 200 peserta, kata dia, diperkirakan akan memeriahkan ’event’ yang akan menjadi pentas seni dan budaya menarik untuk dinikmati masyarakat.

"Ribuan lukisan dan kerajinan seni rupa hasil seniman dari berbagai daerah akan menjadi tontonan yang menarik, selain keragaman kuliner khas rakyat," ujar dia.

Ia mengatakan pihaknya ingin berpartisipasi melalui kegiatan tersebut agar Jakarta menjadi kota seni budaya.

"Kalau Jakarta menjadi kota yang berkesenian dan kebudayaan maka Jakarta akan menjadi kota yang lebih ramah bagi penduduknya," ujar dia.

Ia mengatakan, ’event’ tahunan tersebut akan berlangsung pada 2-11 November di Pasar Seni Ancol, dan direncanakan akan dibuka oleh Gubernur DKI Joko Widodo. Acara pembukaan ini juga akan dimeriahkan dengan aksi seni lukis dari para penderita penyakit schizophrenia, dengan konsep lesehan budaya.

"Ancol Art Festival adalah salah satu wujud komitmen kami memajukan dunia seni rupa nasional melalui penyediaan panggung dan ajang yang nyaman bagi komunitas kreatif seni dan budaya, sekaligus untuk memberi jawaban atas kebutuhan ruang publik bagi pelaku kreatif di bidang tersebut," kata Winarto.

Dalam kesempatan yang sama, budayawan Mohammad Sobari mengatakan karya seni bisa menghasilkan pesona, kedamaian dan keharuan, sehingga bisa membawa orang yang melihatnya kepada suasana kontemplasi, dalam konteks mencintai kemanusiaan.

"Lukisan bisa menghasilkan kedamaian, keharuan, dan pesona karena merupakan daya pikir yang tak tergerus oleh zaman," kata dia.

Ia mengatakan pasar seni membangun komunitas dan masyarakat karena di dalamnya ada produksi dan konsumen.

Sumber : http://oase.kompas.com/read/2012/10/31/00261274/Ancol.Gelar.Pesta.Seni?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Pergelaran Seni Budaya Betawi di Jepang

TOKYO - Ada yang berbeda di SokaUniversity, Tokyo. Dua keluarga pasangan pengantin berhadapan saling berbalas pantun, diteruskan dengan aksi main pukulan atau silat oleh dua jawara, merobohkan jawara dari pihak pengantin wanita yang jadi palang pintu bagi pengantin pria.

Tari Yapong Betawi yang dibawakan mahasiswi Jepang

Itulah awal dari pagelaran Palang Pintu Betawi yang dipersembahkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta dan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), dalam misi kebudayaan bertajuk “Malam Budaya dan PersahabatanIndonesia – Jepang”.

Sebanyak 500 tamu yang terdiri dari para pemerhati budaya, mahasiswa, musisi Jepang, members dan para petinggi Soka Gakkai International, Soka Gakkai Jepang, Soka University serta perwakilan dari Soka Gakkai Indonesia, dibuat terpukau oleh rangkaian pertunjukan seni budaya Betawi, yang terdiri dari upacara pengantin, tarian dan musik pop bersama artis pop ibukota. Pada akhir petunjukan mereka memberikan standing applause.

Pentas tari dan pengantin Betawi yang memukau warga Tokyo, Jepang, pekan lalu.

Tari Semarak Jakarta dan Jakartaku Harapanku diiringi musik garapan Armen Suwandi, berhasil memadukan alat musik Betawi seperti kong ahyan, kromong dan gendang dengan biola, gitar, dan sampe dariKalimantan.

Musisi pop Dwiki Darmawan, mengiringi Ita Purnamasari membawakan laguBengawan Solo yang populer di Jepang.


Musisi Dwiki Dharmawan dan kolaborasi musik Betawi dan Kalimantan

Kejutan dari mahasiswa Soka University, selain mempersembahkan tarian Saat Musim Gugur Bunga mereka juga mempersembahkan tari Yapong, yaitu tarian Betawi yang mampu mereka kuasai dengan baik.

TERHARU

Direktur Eksekutif Min-On Concert Association, Mr. Hiroyasu Kobayashi, menyatakan keharuan dan kebanggaannya saat menutup pertunjukan malam itu. “Saya melihat kesenian Betawi sebagai kesenian tradisional memiliki banyak kemajuan. Saya juga merasakan dalam musik Betawi ada kemiripan dengan musik Jepang.Adasemacam rasa persaudaraan di dalamnya,” ucapnya. Kobayashi pun berharap kelak kesenian tradisional Betawi bisa tampil di Min-On.

Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), H. Tatang Hidayat, SH, menyatakan, setelah sering bersinergi dengan Soka Gakkai Indonesia dalam berbagai event kebudayaan, LKB berharap bisa menjalin kerjasama dengan Soka Gakkai Internasional, untuk bersama-sama terlibat dalam pelestarian budaya, merawat warisan leluhur, membentuk karakter generasi yang berbudaya, dan sekaligus mewujudkan perdamaian dunia melalui misi kebudayaan.

Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan kebudayaan Pemprov DKI Jakarta, Sukesti Martono, yang ikut mengawal tim dari Indonesiajuga berharap, seniman Indonesiadapat tampil di Pusat Budaya Min-On. Tujuannya agar bersama-sama bisa menjaga kelestarian dan memacu berkembangnya seni budaya tradisional, serta meningkatkan apresiasi masyarakat dunia, kususnya warga Jepang, terhadap seni budaya Indonesia. Termasuk Betawi. (CA/dms).

Sumber : http://www.poskotanews.com/2012/10/31/sukses-pergelaran-seni-budaya-betawi-di-jepang/

Art Hour, Pentas Seni Budaya Indonesia dalam Kemasan Modern

BANDUNG, Berangkat dari keinginan untuk mengembangkan seni dan budaya sebagai ajang pengaktualisasian diri, Divisi Seni dan Budaya (Senbud) dari Keluarga Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen (KMSBM) ITB menggelar Art Hour, sebuah pertunjukan yang berkonsep pentas seni dan budaya. Acara yang dihelat pada Kamis (01/11/12) ini menyemarakkan Lapangan Cinta dengan dekorasi-dekorasi hangat yang mampu menyedot perhatian massa kampus.

Art Hour merupakan acara perdana dari Divisi Senbud KMSBM pada Badan Kepengurusan KMSBM 2012. Dengan mengusung tema "Corak Indonesia", ditampilkan berbagai pertunjukan musik, tari, serta teater dengan ciri khas budaya Indonesia. Tema ini diangkat dengan tujuan untuk menanamkan kecintaan terhadap kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan, yaitu melalui pentas seni dan budaya dalam kemasan yang lebih modern tanpa meninggalkan esensi kebudayaan yang terkandung di dalamnya.

Menurut Anandistya Mahesrava Rani, Ketua Divisi Senbud KMSBM, ITB memiliki banyak minat dan bakat dalam bidang seni penampilan mulai dari musik, drama, hingga tari, baik modern maupun tradisional. Art Hour merupakan salah satu wadah dimana segala seni tersebut dituangkan dalam satu pentas kolektif. "Secara ideal, pentas ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan menyalurkan minat serta bakat mahasiswa," jelas Anandistya.

Namun, yang membedakan Art Hour dengan acara-acara serupa seperti Open House Unit ataupun Pekan Seni dan Budaya adalah diselipkannya sisi creativepreneur yang disajikan dalam bentuk talkshow. "Creativepreneur inilah yang mencirikan SBM dan menjadi pembeda Art Hour dengan acara-acara kesenian lainnya," tutur Anandistya. Talkshow ini diisi oleh Sammaria Simanjuntak, seorang sutradara dan pemrakarsa PT. Kepompong Gendut, sebuah rumah produksi yang baru saja selesai memproduksi sebuh filmnya, "Demi Ucok".

Art Hour menyuguhkan delapan performer seni dengan berkolaborasi bersama beberapa unit kebudayaan ITB dan performer himpunan. Beberapa unit yang ikut bekerja sama mengisi Art Hour adalah Studi Teater Mahasiswa (STEMA) ITB yang menampilkan drama teater, tarian-tarian kolaborasi antara Unit Budaya Lampung dan Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa, dan penampilan dari Unit Kesenian Minangkabau. Voicenotes, sebuah band asuhan unit musik Apresiasi Seni, tak ketinggalan ikut meramaikan Art Hour dengan membawakan beberapa lagu.

"Semoga teman-teman yang menghadiri Art Hour ini dapat memperoleh wawasan tambahan mengenai seni dan budaya. Tidak hanya mengenai khazanah kekayaan budaya bangsa, tapi juga dalam kewirausahaan di bidang seni-budaya,"tutup Anandistya.

Sumber :http://www.itb.ac.id/news/3718.xhtml

Empat Bangunan Bersejarah di Desa Lingga Direnovasi

Medan, Empat bangunan bersejarah yang terletak di Desa Budaya Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo direnovasi oleh World Monument Fund (WMF) yang bekerjasama dengan Badan Warisan Sumatera (BWS).
Empat bangunan bersejarah yang direnovasi ini yakni dua Rumah Adat Lingga yang biasanya dipakai masyarakat Karo sebagai tempat tinggal mereka, satu Sapo Ganjang yang merupakan tempat pengumpulan padi dari hasil panen masyarakat Karo, dan satu Griten yang merupakan tempat persemayaman arwah-arwah bagi masyarakat Karo.

Reserch and Education Directur WMF, Erica Avrami mengatakan bahwa perenovasian empat bangunan bersejarah tersebut dalam rangka menyelamatkan Rumah Adat Lingga yang sejauh ini hampir mengalami kepunahan.

"Pada perenovasian ini kita bekerjasama dengan Badan Warisan Sumatera (BWS) dan Pemerintah Kabupaten Karo untuk menyelamatkan salah satu budaya karo yang hampir punah," ucapnya.

Dalam perenovasian ini, pihak WMF mengatakan akan menghabiskan dana sebesar 62.000 dollar AS. "Waktu pengerjaannya sudah dimulai dari Oktober kemarin dan direncanakan akan selesai pada Maret 2013 mendatang," ucap Erika.

Menambahkan Erika, Wakil Ketua I BWS, Dr Asmyta Surbakti, M.Si menyatakan dalam perenovasian bangunan bersejarah tersebut, WMF, BWS dan pihak-pihak terkait lainnya tidak akan mengubah nilai-nilai luhur dari budaya itu.

"Jadi ini hanya sekedar merenovasi biasa, tidak mengurangi nilai-nilai budaya yang ada. Bangunan lamanya tetap berdiri kokoh. Hanya saja kita memperkuat bangunan yang ada," ucapnya.

Dengan perenovasian tersebut, diharapkan Asmyta kedepannya Desa Budaya Lingga menjadai desa objek daya tarik wisata (ODTW) Pariwisata Posmodern.

Menurutnya, Desa Lingga banyak menyimpan budaya yang luar biasa, mulai dari hasil kerajinan dan tradisi masyarakatnya, sejarah, arsitektur rumah adatnya, makanan tradisionalnya yang unik, serta seni musik dan pakaian tradisionalnya yang indah.

"Perenovasian ini juga tidak sembarang dilakukan, karena sebelum perenovasian ini WMF sebagai lembaga yang prihatin terhadap budaya melakukan penelitian terlebih dahulu terhadap Rumah Adat Lingga. Beruntung sekali, Rumah Adat Lingga bisa terpilih untuk direnovasi dari 67 situs budaya lainnya yang ada di dunia," ucapnya.

Di Indonesia sendiri, Rumah Adat Lingga merupakan situs budaya yang kelima direnovasi oleh WMF. Sebelumnya WMF telah merenovasi situs Tanah Lot Temple yang berada di Bali, Taman Sari yang berada di Yogyakarta, Omohata yang berada di Nias, dan Masjid Bubuk Pare yang terletak di Padang.

Pantauan Analisa di Desa Lingga, Selasa (30/10), beberapa bagian rumah yang akan dilakukan renovasi adalah atap dari bangunan rumah adat tersebut, kemudian kayu pondasi dari bangunan rumah adat itu juga akan ditambah dengan kayu yang lebih kuat, serta bagian rumah lainnya yang terlihat sudah rusak akn diperbaiki. (ns)

Sumber : http://www.analisadaily.com/news/read/2012/11/05/85497/empat_bangunan_bersejarah_di_desa_lingga_direnovasi/#.UJczc2_A-bM
-

Arsip Blog

Recent Posts