Budaya Cuci Negeri di Kota Ambon Harus Dilestarikan

Ambon, Maluku - Budaya Cuci Negeri sudah merupakan salah satu budaya dari masyarakat Maluku yang mesti terus dilestarikan. Budaya tersebut sudah mengakar dalam kehidupan sosial masyarakat yang berlangsung turun temurun, baik pada sebuah desa ataupun negeri.

Sebagai bagian integral dari kepulauan Maluku, Kota Ambon memang memiliki banyak nilai budaya salah satunya adalah budaya Cuci Negeri.

Cuci Negeri tidak hanya memiliki makna bersihkan lingkungan hidup, atau sumur zaman para leluhur, tetapi mengandung makna yang lebih luas yakni, pemikiran dan seluruh perasaan warga di negeri tersebut.

“Cuci Negeri itu sendiri memiliki makna luas. Tidak hanya bersihkan lingkungan hidup bersihkan sumur jaman leluhur atau tempat dimana para leluhur mulai mendiami satu negeri atau desa, tapi juga pemaknaan baru yakni mengandung pengertian yang lebih luas. Termasuk memperhatikan diri, pikiran dan perasaan seluruh warga di negeri tersebut,” jelas Senator asal Maluku, Jhon Piries kepada wartawan pekan kemarin.

Ia mengungkapkan, ada dua negeri di Kota Ambon setiap tahun melakukan upacara Cuci Negeri, yakni Soya, yang mela­kukan awal Desember dan Naku 29 Desember.

Untuk acara Cuci Negeri di Negeri Naku 29 Desember 2014, turut hadir pada kesempatan itu Walikota Ambon, Richard Louhenapessy, Asisten I Pemkot Ambon, Jopi Tepalawtin, Kadis Pariwisata, Hendrik Sopacua, Camat Leitimur Selatan, Richard Luhukay dan Kapolsek Leitimur Selatan.

Walikota dan rombongan disambut dengan cakalele adat, yang dipimpin oleh kapitannya, Antoni Warela, dan Malesinya (Wakil Kapitan), Arnold Alfons. Selain cakalele disambut tifa totobuang yang dibawah pimpinan Steward Gasperz, Samuel Pesiwarisa, dan Handri de Fretes.

Dalam upacara penyambutan Walikota dan rombongan, Walikota diterima oleh kepala adat Negeri Naku, Samuel Pesiwarisa dan pejabat Pemerintah Negeri Naku, Andi de Fretes. Selain upacara Cuci Negeri Naku, dilaksanakan juga festival perkusi dibawah pimpinan Gidion Pieris.

Festival perkusi diikuti kurang lebih 110 personil yang terdiri dari 35 tifa, 15 rebana atau hadrat, totobuang, toleng-toleng 30 buah. Dan klefer 10 buah ditambah dengan paduan suara ibu-ibu sebanyak 50 orang.

Asisten I Jopi Tepalawatin dan Kadis Pariwisata dan Camat Leitimur Selatan, Richard Luhukay sangat bangga dengan tampilan atraksi perkusi. Mereka berjanji perkusi Naku akan ditampilkan pada Hut Kota Ambon 7 September 2015 mendatang maupun acara-acara festifal musik di Kota Ambon pada masa yang akan datang.

-

Arsip Blog

Recent Posts