PSK Tua Masih Mampu Tiga Kali

Penjaja Seks di Tasikmalaya tidak terbatas pada wanita-wanita muda. Yang paruh baya juga tersedia. Bahkan, ada yang usianya sudah memasuki angka 50 tahun. Himpitan ekonomi menjadi alasan utama. Selain tidak memiliki keahlian lain, mereka juga susah mencari pekerjaan lain.

Ibarat menu, nampaknya dunia malam Tasikmalaya ingin memberikan layanan super komplit. Mau yang ABG banyak, mau yang tajir juga ada. Buat yang menggemari perempuan-perempuan usia paruh baya, ternyata juga tersedia cukup banyak.Untuk PSK yang sudah memasuki usia uzur memang tidak lagi mangkal di tempat mewah, seperti karake, hotel atau kafe. Sekalipun ada juga untuk beberapa orang. Namun, paling banyak mereka mangkal di sekeliling pedagang kaki lima. Mereka bisa didapati di kawasan Jl Mayor Utarya, hingga jalan Pemuda Kota Tasik.

Meski mangkal di strata kelas yang berbeda, PSK uzur ini seakan juga ingin tampil eksis. Mereka tak jarang berdandan menor, dengan pewangi yang menyentak. Sesekali mereka tak malu-malu menggoda lelaki yang melintas di dekatnya.

Sesekali mereka memberhentikan pengemudi sepeda motor yang melintas. Tangannya diacungkan untuk menyetop kendaran yang lewat. Jika ada pria hidung belang yang berminat akan berhenti. Setelah itu terjadi tawar menawar di pinggir jalan, mereka akan siap tidur di hotel yang tidak jauh dari lokasi tempat mangkal.

Kami menjumpai Warnih, bukan nama sebenarnya. Usianya 50 tahun. Perempuan yang memiliki kandungan lemak super besar itu mengaku berasal dari salah satu kampung di Kabupaten Tasikmalaya. Sejak tahun 2000 dia mengadu nasib ke Kota Tasikmalaya. Karena tak punya keahlian lain, janda beranak tiga itu terpaksa menjual diri.

“Sebenarnya saya mengadu nasib ke kota ini bukan jual diri tapi ingin menjadi pelayan toko atau kerja apa saja yang halal. Namun setelah saya di kota malah hidup susah dapat pekerjaan juga tidak,” katanya. Merasakan hidupnya yang terus susah, dia kemudian memutuskan untuk menjadi pemuas napsu lelaki hidung belang. Hal itu tak lepas dari perjumpaannya dengan salah seorang yang menawarinya untuk melayani tamu di salah satu hotel.

“Sebenarnya saya sudah lama begini, banyak pengalaman yang senang dan sedih selama menjadi seperti ini,” katanya yang sudah lima kali ditangkap Satpol PP Kota Tasikmalaya. “Tapi tak kapok habis mau bagaimana lagi,” tuturnya.

Warnih juga menyadari bahwa usianya kini sudah tak muda lagi. Walau begitu dia tetap tampil percaya diri. Tubuhnya dirawat agar terlihat menarik. Wajahnya yang keriput dipermak dengan bedak tebal agar saat malam hari terlihat putih. Cara itu dianggapnya bisa menarik perhatian, karena bisa mengaburkan kekurangannya. Hanya saja, usahanya itu tetap saja lebih banyak gagalnya. Karena tetap saja yang memakai “jasanya” hanya pria tua atau pemuda kere.

Karena usianya sudah tua, banyak anak muda yang tadinya akan memakai jasanya malah lari setelah mengetahui bahwa dia sudah tua. “Tarip yang pasang itu Rp 100 ribu, bila ia nawar Rp 20 rebu saya juga suka mau,” terangnya yang banting harga. Karena harganya murah, terkadang dia melayani napsu pria hidung belang sembari berdiri di tempat gelap. “Atau di hotel yang murah yang hanya bayar Rp 30 ribu,” ucapnya.

Warnih mengaku, setelah usianya tak muda lagi, saat ini dia sudah tak sanggup lagi melayani banyak pria. Dia hanya kuat tiga kali. “Saya tidak kuat banyak-banyak,” akunya yang memiliki langganan khusus pria seumuran dengannya. Sekali main, kata dia, lelaki itu membayarnya Rp 50 ribu.

Selain Warnih, ada lagi PSK yang juga sudah tak muda. Mereka bernama Siti (38) yang biasa di panggil Sarah dan Wati (40) biasa di panggil Wiwit. Keduanya nongkrong di kawasan yang sama dengan Warnih. Sarah mengatakan dirinya tidak memasang tarif khusus untuk bisa membuang syahwat para lelaki hidung belang, karena dirinya sudah merasa tua dan sulit untuk bisa mendapatkan para lelaki yang ingin memakai jasanya. ”Kalau ada yang minta main saja, sudah lumayan, karena pasti dibayar, dan saya tidak menargetkan,” ujarnya yang rela dibayar Rp 100 ribu sekali main.Sarah yang selalu nongkrong setiap malam hanya bisa bersabar dan menunggu keberuntungan ada lelaki yang ingin menggunakan jasanya.

”Saya sehari belum tentu melayani. Usia saya tidak mendukung jadi peminat kurang,” ujar janda itu seraya memperlihatkan perutnya yang berlemak.Sarah yang mengaku telah menjadi wanita penjaja seks komersial sejak usia 19 tahun ini. Dia sampai saat ini masih menyimpan harapan bisa menikah dan memiliki keluraga, tetapi dirinya sulit untuk meninggalkan pekerjaan ini. ”Ya mau gimana lagi sudah enak sih mas,” tuturnya seraya mengisap rokok.

Sementara itu Wiwit (40) menuturkan, dirinya saat ini sudah tidak melayani para lelaki hidung belang. Dia naik kelas menjadi mamih. Dia sering diminta untuk menyiapkan PSK. ”Mana ada orang yang mau maen dengan saya, paling tukang becak, tapi saya tidak mau, lebih baik jadi penyalur saja, lumayan suka dapat tips,” akunya.

Wiwit pun mengatakan dirinya bisa menyediakan PSK yang dimuali dari usia remaja, yang umurnya berkisar antara 18 – 25 tahun. Tetapi kata Wiwit para PSK yang remaja tersebut tidak pernah mangkal di sekitar kawasan dekat kantor bekas pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya tersebut. ”Kalau yang remaja khusus yang memesan dan tak pernah mangkal di jalan,” ungkapnya.

”Untuk PSK di sini tidak bisa dibawa keluar dan kalau bisa harus dengan saya sebagai pendamping dan harganya pun dua kali lipat,” ujarnya sembari mengatakan tarif harga untuk PSK remaja berkisar antara Rp 250 ribu – Rp 300 ribu untuk sekali main. ”Tergantung usianya yang lebih muda, lebih mahal,” tandasnya. (tsk/aj/jpnn)

-

Arsip Blog

Recent Posts