Sabtu, Keraton Gelar Kirab Tujuh Gunungan Garebek Maulud

Yogyakarta - Sebanyak tujuh gunungan Garebek Maulud akan dikirab dari Pagelaran Keraton Kasultanan Yogyakarta, Sabtu (3/12/2014). Uniknya, mulai tahun 2015 ini, seluruh pegawai pemerintah wajib berbusana dan berbahasa Jawa setiap kali kirab gunungan digelar.

Seperti biasa, setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Keraton akan mengarak dan membagikan tujuh gunungan. Lima diantaranya dihantarkan ke Masjid Gedhe Kauman, satu ke Pura Pakualaman dan satunya untuk Pemda DIY di Kepatihan.

Gunungan-gunungan itu berisi berbagai jenis makanan, sayuran, kacang-kacangan, buah dan lain sebagainya. Setelah dikirab dan didoakan, gunungan akan diperebutkan oleh khalayak ramai.

Perebutan gunungan paling meriah biasanya terjadi di Masjid Gedhe Kauman. Wajar, karena ada lima gunungan yang dibagi. Warga negara asing pun acap mengikuti tradisi tahunan itu.

Sedangkan gunungan untuk abdi dalem keprajan di Pemda DIY akan diserahkan pada Sekda DIY di Bangsal Wiyotoprojo, Kepatihan. Setelah itu, warga boleh berebut gunungan di depan Masjid Sulthoni.

Tapi akan ada hal spesial mulai mulai 2015. Sebagai penguatan status keistimewaan DIY, Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X menerbitkan Pergub 87 No 2014.

"Isinya, setiap upacara garebek, pegawai pemerintah diwajibkan pakai baju adat Jawa," papar Kabag Humas Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY, Iswanto, Kamis (1/1).

Dalam Pergub dijelaskan, pegawai pria diwajibkan mengenakan surjan motif lurik atau polos lengkap dengan blangkon, kain jarik yang diwiru, lonthong (sabuk bahan satin polos), epek, keris dan selop. Sedangkan untuk pegawai wanita wajib berkebaya tangkepan lurik atau polos, mengenakan jarik wiru, gelung tekuk serta selop.

Kecuali untuk pegawai wanita muslim, boleh mengenakan kebaya dan jarik serta jilbab. Tanpa gelung tekuk.

-

Arsip Blog

Recent Posts