Permasalahan Kuliner Indonesia, Miskin Dokumentasi dan Budaya

Jakarta - Bagi budayawan, JJ Rizal, salah satu permasalahan pokok dalam kuliner Indonesia adalah miskinnya dokumentasi terkait kuliner tradisional Indonesia.

Menurutnya, hingga saat ini baru ada sedikit buku yang secara lengkap mendokumentasikan makanan tradisional Indonesia.

"RA Kartini adalah orang pertama di Indonesia yang rajin mengumpulkan resep makanan Indonesia yang akhirnya dibukukan. Setelah itu, muncul Indische Kookboek yang disusun oleh orang Belanda dengan mewawancarai para babu di Batavia," terang JJ Rizal di Jakarta, Kamis (5/3).

Setelah itu, dokumentasi kuliner Indonesia kembali muncul sebagai bentuk eksperimen politik Presiden Soekarno. Bung Karno saat itu meminta Dewan Perancang Nasional (saat ini Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapenas) untuk melakukan riset dan mendokumentasikan kuliner Indonesia.

"Akhirnya selama 7 tahun penyusunannya terbitlah buku Mustika Rasa yang merupakan dokumentasi resep kuliner Indonesia sebanyak 1700 resep," imbuhnya.

Lalu, buku dokumentasi kuliner Indonesia yang lengkap kembali terbit dengan Suryatini N. Ganie (pendiri Majalah Selera) sebagai penyusunnya.

Dalam buku bertajuk "Mahakarya Kuliner: 5000 Resep Masakan & Minuman di Indonesia”, memuat 5000 resep kuliner tradisional Indonesia dengan waktu penyusunan 20 tahun dan terbit pada 2010.

"Setelah itu belum ada lagi dokumentasi kuliner Indonesia yang otentik dan lengkap," tuturnya.

Dengan begitu, JJ Rizal menyimpulkan bahwa terdapat dua masalah dalam mengembangkan kuliner tradisional, yakni miskinnya dokumentasi dan juga hingga saat ini kuliner masih dianggap sebagai persoalan rasa saja bukan budaya.

"Saat ini anak-anak kita seakan tidak akrab atau semakin jauh saja dari kuliner Indonesia. Padahal Presiden kita terdahulu sudah memprediksi akan ada krisis pangan di Indonesia pada tahun-tahun mendatang, sehingga ia meluncurkan buku Mustika Rasa. Ia tahu bahwa kuliner adalah masalah serius," pungkasnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts