Tim Malaysia Ikut Festival Sabang Fair

Sabang, NAD - Festival Sabang Fair (FSF) ke-II yang akan digelar 1-7 Juni 2015, dipastikan bakal seru dan meriah. Selain diikuti 23 kabupaten/kota se-Aceh, pameran kreativitas yang dijadwalkan dibuka Menteri Pariwisata, Arief Yahya, Senin (1/5) malam, juga akan diikuti peserta dari luar Aceh dan luar negeri seperti Malaysia.

Ketua Seksi Festival Seni dan Lomba FSF ke-II Ramlan Yahya SAg, kepada Serambi, Rabu (27/5) mengatakan, selain tim dari 23 kabupaten/kota di Aceh dan provinsi, peserta lain yang sudah mendaftar antara lain berasal dari Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Tim dari Malaysia juga sudah mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam kegiatan ini.

Menurut informasi yang diterima dari Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), kata Ramlan, negara IMTGT (Indonesia, Malaysia, Thailand Grouth Triangle) juga sudah mendaftarkan diri dalam FSF tersebut. “Tidak hanya satu tim, tapi kabupaten/kota berhak mengirimkan dua atau lebih perwakilan tim budaya untuk mengikuti lomba. Mulai 28 Mei rombongan peserta FSF sudah masuk ke Sabang,” katanya.

Ramlan Yahya yang juga Kabid Budaya Disbudpar Kota Sabang menambahkan, FSF ke-II akan dibuka Senin (1/5) malam. Kegiatan ini akan diawali lomba pawai budaya yang diikuti oleh seluruh kabupaten/kota se-Aceh, Selasa (2/6) siang.

Ramlan menyebutkan, persiapan pergelaran FSF 2015 yang dipusatkan di Arena Sabang Fair, sudah mencapai 80 persen. Selain anjungan-anjungan sudah dibersihkan dan direhab oleh kabupaten/kota bersangkutan, pihak BPKS juga sudah menyiapkan tenda untuk kabupaten/kota yang belum memiliki anjungan.

Ramlan menginformasikan, meski Festival Sabang Fair 2015 baru digelar lima hari lagi, tapi penginapan di Sabang sudah mulai penuh. Kamar-kamar di hotel dan losmen dilaporkan sudah di-booking oleh pengunjung dan peserta FSF dari luar daerah.

Karena tak ada hotel dan losmen yang kosong, panitia FSF akan menfasilitasi rumah-rumah masyarakat untuk disewakan sebagai tempat penginapan peserta. Biaya sewa ditanggung kabupaten/kota masing-masing. “Selain hotel dan rumah, ruang-ruang sekolah juga akan menjadi salah satu alternatif,” katanya.

Budaya Melayu Belum Masuk Kurikulum Pendidikan

Pekanbaru, Riau - Budaya Melayu perlu dilestarikan. Salah satu caranya melalui pendidikan. Namun sayangnya para pendidik banyak yang belum memahaminya. Sebanyak 40 guru dari SD, SMP dan SMA menjadi peserta pendidikan dan pelatihan muatan lokal budaya Melayu di Hotel Nilam Sari SMKN 3 Kota Pekanbaru, Kamis (28/5). Kegiatan itu ditaja Dewan Pendidikan Kota Pekanbaru.

Para guru mendapatkan pemahaman tentang pentingnya melestarikan budaya Melayu itu di sekolah. Sebagian besar guru yang menjadi pesertanya berkomentar terkait kendala melestarikan budaya Melayu di sekolah. “Salah satu kendalanya karena muatan lokal budaya Melayu sampai sekarang masih belum masuk kurikulum pendidikan.

Dengan begitu masih sulit untuk menerapkannya bahkan guru-guru juga tidak memiliki bukunya. Buku tentang budaya Melayu ini memang belum ada,” ungkap Ketua Dewan Pendidikan Kota Pekanbaru, Drs H OK Nizami Jamil kepada Riau Pos Kamis (28/5/2015).

Nizami Jamil merasa prihatin dengan kondisi itu. Dirinya berharap pemerintah segera mempersiapkan kelengkapan dokumen dan segala yang diperlukan untuk diperjuangkan di tingkat pemerintah pusat agar muatan lokal budaya Melayu bisa masuk kurikulum pendidikan di sekolah.

“Kami prihatin sampai sekarang muatan lokal budaya Melayu ini belum masuk kurikulum (pendidikan). Itu tugas pemerintah termasuk menyediakan buku dan pendidiknya,” tuturnya.

Jika kondisi seperti ini tidak segera menjadi perhatian pemerintah, maka budaya Melayu bisa punah. “Para guru juga masih banyak tidak mengerti muatan budaya lokal, buku tidak ada dan pengetahuan tidak ada,” katanya.

Koleksi Batik Pekalongan ’Mission Impossible’ Didi Budiardjo

Jakarta - Ada dilema yang muncul seiring dengan populernya batik beberapa tahun lalu. Sejak tahun 2009 lalu, batik mulai menemui masa keemasannya. Saat itu, batik pun mulai banyak digunakan dan diolah jadi baju.

Beberapa tahun kemudian, kegelisahan muncul karena desainer dianggap pilih kasih hanya mengolah batik saja dan melupakan kain tradisional lainnya. Tahun berlalu, desainer mulai mengolah kain lainnya, misalnya tenun.

Seperti hukum alam, saat tenun jadi populer, batik seakan tenggelam. Hal ini menjadikan desainer Didi Budiardjo dan Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) ingin mengangkat kembali kepopuleran batik.

"Tapi kali ini, saya ingin mengangkat batik yang seutuhnya. Saya enggak mau setengah-setengah. Kalau batik enggak ditampilkan dalam kondisi yang terbaiknya maka akan percuma," kata Didi Budiardjo saat konferensi pers fashion shownya di JFFF, Kamis (28/5).

Koleksi terbaru Didi yang dinamai Uri-Uri ini mengangkat tentang batik Pekalongan yang asli. Cut Meutia, Deputy Chairman JFFF mengatakan, batik Pekalongan dipilih jadi tema besarnya karena begitu bicara batik, salah satu yang paling otentik adalah batik Pekalongan. Setidaknya batik ini merupakan salah satu batik terpopuler setelah batik Solo dan Yogyakarta.

"Ada 43 look yang dihadirkan dalam koleksi ini. Dan semuanya memakai batik tulis yang sudah jadi," katanya. Penggunaan bahan yang sudah jadi ini sengaja digunakan karena pembuatan kain batik baru sesuai desainnya ini membutuhkan waktu yang lama.

"Proses membatik itu lama. Saya punya waktu hanya tiga bulan sejak Februari 2015. Dan jangan lupa Februari itu musim penghujan, jadinya enggak mungkin selesai kalau bikin baru," ucapnya. "Saya harus pilih sendiri dari beberapa UKM di Pekalongan tapi harus sesuai standar saya. Jadi bagi saya ini seperti Mission Imposibble."

Sebenarnya batik, bukan bahan baru yang dimainkan Didi. Terhitung sudah beberapa kali ia menggunakan bahan ini dalam koleksinya. Namun bedanya, kali ini ia menghadirkan rancangan batik untuk koleksi resor-nya.

"Ada yang terinspirasi dari laut, budaya Pekalongan itu sendiri. Dan mengarah ke laut, oriental, sampai romantisme Pekalongan di zaman dulu," ujar desainer berkacamata ini.

Ditambahkannya, ia juga terinspirasi dari motif burung layang-layang menukik khas batik Pekalongan di zaman dulu. "Dalam falsafah China, burung layang-layang menukik adalah lambang keberuntungan sudah datang."

Pekanbaru Bangun Pasar Seni dan Budaya

Pekanbaru, Riau - Pemerintah Kota Pekanbaru akan merevitalisasi Pasar Limapuluh untuk dijadikan Pasar Seni dan Budaya yang terletak di Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru.

Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru Mas Irba Sulaiman mengatakan pemerintah pusat akan mengucurkan dana sebesar Rp10 miliar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional Perubahan (APBN-P) tahun ini.

“Sudah ada usulan dana Rp10 miliar di APBN-P untuk pembangunan Pasar Seni dan Budaya. Ini merupakan slah satu program kerja Presiden Joko Widodo,” katanya kepada bisnis, Rabu (27/5/2015).

Pemerintah Kota Pekanbaru juga akan menyertakan dana pendamping Rp400 juta. Sebab, lanjutnya, syarat dana pendamping itu tidak boleh mencapai 5%.

Kondisi Pasar Limapuluh saat ini dalam keadaan terbengkalai. Jadi, dengan adanya revitalisasi tersebut, aset Pemerintah Kota Pekanbaru itu bisa terisi kembali. Di pasar itu akan dibangun 125 kios pedagang yang akan menjual karya seni dan budaya Riau dan mampu menampung puluhan ribu pengunjung. Pasar itu juga bisa menunjang potensi wisata di Kota Pekanbaru.

“Pasar itu menjadi wadah bagi pedagang seni dan budaya seperti lukisan, patung dan sebagainya. Selain menyelamtkan aset, juga bisa menambah pendapatan dan menambah potensi wisata. Target pengunjungnya itu wisatawan dari luar Provinsi Riau hingga wisatawan manca negara,” sambungnya.

Pekanbaru saat ini juga memiliki Pasar Budaya yang terletak di Jalan Ahmad Yani yang terletak di Kecamatan Senapelan. Pemerintah juga merubah pusat oleh-oleh di Jalan HR Soebrantas menjadi pusat penjualan batu akik.

Memelihara Seni Dondang Sayang

Melaka, Malaysia - Dondang sayang merupakan sejenis persembahan balada cinta Melayu tradisio­nal yang mana para penyanyinya bertukar-tukar pantun tanpa persediaan dalam gaya yang riang dan adakalanya menimbulkan suasana lucu.

Kebolehan berpantun bukan sa­haja dimiliki oleh orang Melayu tetapi masyarakat Baba Nyonya, Portugis dan Chitti.

Senario ini jelas dapat dilihat di negeri Melaka, apabila kaum-kaum lain boleh meyanyikan dondang sayang dengan baik sekali.

Dondang Sayang juga dikenali dengan nama Dendang Sayang oleh orang Melaka dan ia membawa dua pengertian iaitu apabila di­sebut ‘berdendang’ bermakna ‘ber­nyanyi’ untuk bersuka-suka atau menghiburkan hati.

Apabila disebut ‘sayang’ ia akan mebawa erti ‘kasih’ iaitu melakukan gerak-laku yang lembut dan penuh mesra.

Melalui dua pengertian tersebut maka bolehlah didefinisikan Dondang Sayang atau Dendang Sa­yang itu lagu ‘Kasih’ atau nyanyian ‘Kasih’.

Dondang sayang wujud di Me­laka sejak kurun ke-16 dan ia dipercayai dipengaruhi muzik tradisio­nal masyarakat Portugis.

Pada zaman pemerintahan Sultan Mansur Shah, nyanyian itu dipersembahkan untuk menghi­bur­kan tetamu dan pedagang yang singgah di Melaka.

Namun begitu, seni persembahan tersebar keluar dari lingkungan istana setelah kejatuhan Kerajaan Melayu Melaka.

Pada masa itu, nyanyian dondang sayang masih merupakan puji-pujian tentang kebesaran Kerajaan Melayu Melaka dan kesedihan kerana kejatuhannya.

Ia kemudian dikembangkan oleh pembesar yang meminati seni ini lalu tersebar pula kepada rakyat jelata.

Terdapat satu perkara yang menarik, iaitu dondang sayang bukan sahaja terdapat di Malaysia malah ia juga dikenali di Singapura dan Indonesia terutama Sumatera.

Namun begitu, terdapat perbezaan yang jelas terutama dari segi lenggok dan loghat nyanyiannya.

Apabila lagu dondang sayang semakin diminati ramai, lagu ini didendangkan dengan iringan rebab, rebana dan tetawak dan kemudian menjadi kegemaran keturunan Ba­ba Melaka.

Manakala di kepulauan Riau, don­dang sayang sering dijadikan persembahan pembukaan sebelum sesuatu acara atau majlis diadakan.

Kini, persembahan dondang sa­yang diiringi alat muzik seperti biola, rebana, gong atau tetawak, gendang dan akordion.

Kebiasaannya persembahan don­dang sayang akan diiringi oleh seseorang pemain biola, rebana, tetawak dan dua orang pemain gendang.

Alat muzik ini merupakan gabungan simbolik yang mencerna satu sejarah kegemilangan negeri Melaka pada masa dahulu.

Era 1950-an adalah zaman peralihan bagi dondang sayang apabila seni persembahan ini semakin diminati ramai.

Dondang sayang mula mendapat tempat yang lebih meluas apabila ia disiarkan menerusi radio, sejak tertubuhnya Jabatan Penyiaran yang dikenali sebagai Radio Malaya ketika itu.

Ramai penyanyi dan pemantun dondang sayang dilahirkan dari pentas bangsawan, antaranya S. M Salim (Tan Sri) dan Normah Salim.

Penghujung era tahun 1950-an, dondang sayang maju setapak lagi apabila mula dipertandingkan di Radio dan Televisyen Malaysia (RTM) sempena majlis sambutan tertentu seperti perayaan hari ulang tahun kemerdekaan negara.

Kini dondang sayang antara seni persembahan yang amat diminati oleh orang ramai.

Popularitinya merentasi gene­rasi terutamanya di negeri Melaka kerana semua peringkat usia mengemari irama dondang sayang ini.

Malah dondang sayang turut dilestarikan oleh beberapa agensi kerajaan seperti Jabatan Warisan Negara dan Jabatan Kebudayaan dan Kesenian Negara serta disokong oleh pertubuhan bukan kerajaan (NGO) yang bergerak secara bersendirian.

Upaya Ilmuwan Kumpulkan Naskah Kuno Suku Batak Dipersulit Warga

Medan, Sumut - Kalangan akademis Sumatera Utara hingga kini masih kesulitan mengumpulkan naskah kuno peradaban suku Batak, Pustaha Laklak (dalam bahasa setempat berarti buku dari kulit kayu berisi pengobatan tradisional, strategi perang, nujum dan lainnya).

"Berdasarkan hasil pengamatan kita, ketertutupan warga masyarakat itu akibat sikap mereka yang masih mensakralkan dan memosisikan naskah-naskah itu sebagai barang berharga tinggi dan tidak bisa sembarangan memberikannya," kata Ketua Departemen Sastra Batak USU Warisman Sinaga kepada wartawan di Medan, Rabu (27/5).

Warisman melanjutkan, sikap demikian juga ditunjukkan warga pada kalangan akademisi dari Program Studi Sastra Batak dan Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya USU, saat melakukan upaya pelacakan naskah sejak April 2011.

Menurut peneliti kelahiran Simalungun, 16 Juli 1962, ini, upaya pelacakan naskah-naskah kuno itu dilakukan secara reguler setiap tahunnya, sejak dia memimpin Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (FIB USU) tahun 2011.

"Pada setiap April sejak 2011, para dosen dan mahasiswa dari program Studi Sastra Melayu turun ke lapangan untuk penelitian bahasa dan mencoba mencari naskah-naskah lama yang ada di tangan masyarakat Melayu."

"Upaya yang sama juga dilakukan dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Batak pada setiap Oktober sejak 2011. Tapi dari sekian kali kita turun ke lapangan, warga masyarakat masih tertutup dengan mengatakan tidak ada naskah padahal sebelum turun ke lapangan, tim kita sudah melakukan survei dan berkesimpulan bahwa diperkirakan terdapat naskah di daerah tersebut," katanya.

Dari perbincangannya dengan Kepala Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Sri Hartini, ada warga yang datang ke museum untuk menawarkan naskah yang ada di tangannya dengan harga tinggi.

Pemkab Basel Hendak Patenkan Budaya Telur Serujo

Bangka, Babel - Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan melalui Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) tengah melakukan proses pengajuan untuk mematenkan secara sah mengenai kebudayaan Telur Serujo khas dari Kabupaten Basel.

"Saat ini kita sedang memperjuangkan warisan budaya nasional khas kabupaten kita yaitu Telur Serujo ke kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk di daftarkan registrasi paten nasionalnya. Nantinya akan menjadi aset sejarah dan budaya kabupaten Basel," ungkap Kepala Disparbudpora Basel, Husni kepada Bangkapos.com, Rabu (27/5/2015).

Selain kebudayaan tersebut, Husni mengaku, pada triwulan ketiga di tahun 2015, pihak Pemkab Basel juga berencana akan melakukan inventarisir seni dan cagar budaya lainnya yang ada di kabupaten Basel.

"Jangan sampai nanti dipatenkan dan dijadikan aset oleh wilayah lain, untuk saat ini memang belum ada yang di klaim oleh daerah lain. Sekarang ini dalam tahap penelitian balai pelestarian seni budaya Provinsi Riau untuk mematenkan budaya Telur Serujo," jelasnya.

Juli 2015, Kabupaten Alor Gelar Festival Pariwisata Bahari

Kupang, NTT - Pemerintah Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), akan menggelar Festival Pariwisata Bahari pada Juli 2015 untuk mewujudkan Kabupaten Alor sebagai kabupaten yang memiliki potensi ekonomi kemaritiman dan pariwisata yang layak dikembangkan.

"Potensi ekonomi kemaritiman dan pariwisata yang mencolok di Kabupaten Alor adalah taman dasar laut yang indah dan bersih, pantai yang pasir putih dan alamiah dan budaya dan kerajinan serta keunggulan pariwisata di Alor kecil tepatnya di Pulau Kepa," kata Bupati Alor, Amon Djobo, ketika dihubungi dari Kupang, Minggu (24/5/2015).

Dalam festival bahari ini akan digelar berbagai tradisi nelayan Alor untuk memperkenalkan budaya dan keunikan-keunikan kehidupan laut para nelayan.

"Para warga nelayan dari berbagai daerah di NTT akan hadir dengan berbagai perlengkapan perabot perahu untuk melakukan berbagai atraksi yang menggambarkan tradisi kehidupan laut orang Alor," katanya.

Selain itu dalam festival tersebut juga akan ditampilkan budaya masyarakat pesisir, tarian-tarian dan atraksi-atraksi seni budaya dan pangan lokal. "Ini semata mau mengangkat masyarakat nelayan. Ini pesta nelayan yang pertama kali diadakan di NTT yang akan diselenggarakan secara rutin setiap tahun," katanya.

Obyek Wisata ini dipilih lokasi Pulau Kepa sebagai lokasi Festival Bahari, karena Pulau Kepa adalah salah satu obyek wisata pantai terindah di Alor.

Menurut Amon Djobo, Festival Bahari ini akan dihadiri juga oleh berbagai tamu pemerintahan baik dari Kementerian Pariwisata, Pemerintah Provinsi dan para wisatawan asing maupun lokal. "Ini momentum kebangkitan pariwisata Alor. Karena itu, kami akan mengundang semua pihak terkait untuk menyaksikan Festival Bahari ini semata-mata lebih memperkenalkan potensi pariwisata Alor di Indonesia, Asia dan dunia Internasional," katanya.

Momentum bersejarah ini harus dipromosikan ke dunia internasional. Jadi saya sebagai pencetus kegiatan ini meminta dukungan semua pihak untuk memberi perhatian terhadap pembangunan pariwisata Alor," katanya.

Saat ini pembangunan infrastruktur untuk kemajuan pariwisata di Alor terus dilakukan. Oleh karena itu, lanjut Amon Djobo, pihaknya meminta dukungan dari semua pihak, baik DPR, Pemerintah Pusat dan Provinsi NTT, pengusaha/pelaku pariwisata dan terutama seluruh warga Alor.

Mantan Ketua Bappeda Alor itu mengatakan pantai di Pulau Kepa, menawarkan kelegaan bagi mereka yang penat dengan keriuhan. Pulau ini memiliki hamparan pasir putih selembut tepung dan lautan biru jernih yang jauh dari keramaian. "Memandang laut di Alor dari pantai Pulau Kepa, ketenangan terasa menenteramkan jiwa," katanya.

"Lautan jernih terlindung dalam barisan perbukitan kokoh di pulau-pulau sekitarnya. Gelombang kecil mengalun lamban bersama perahu-perahu nelayan yang sesekali melintas, ikan-ikan sebesar betis pun tak enggan bermain hingga ke bibir pantai," katanya.

Dia menyebut Pulau Kepa berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat Kota Kalabahi dan dapat ditempuh dalam waktu 10 menit berperahu motor dari Dermaga Alor Kecil.

Dari Bandara Kalabahi di Alor, Pulau Kepa masih berjarak 1,5 jam perjalanan dengan mobil dilanjutkan dengan perahu.

"Pulau Kepa ibarat dunia yang terlupakan oleh laju peradaban. Sentuhan modernitas masih begitu minim. Tak ada jalan beraspal, kendaraan bermotor, atau pun warung yang menjual makanan. Penduduknya pun masih sedikit," katanya.

Perairan Pulau Kepa masuk dalam taman laut Teluk Mutiara yang merupakan salah satu kawasan taman laut terindah di dunia dengan kekayaan keanekaragaman hayati biota laut terbaik di dunia.

300 Penari Dolalak Meriahkan Festival PAUD Hari Ini

Purworejo, Jateng - Sebanyak 300 penari Dolalak akan memeriahkan Festival Gebyar PAUD tingkat Provinsi Jawa Tengah yang dipusatkan di Kabupaten Purworejo hari ini,Kamis (28/5).

“Kegiatan ini rencananya akan dibuka Bunda PAUD Jawa Tengah, Ibu Ganjar Pranowo,” kata panitia kegiatan Khunaenah, Rabu (27/5) sore.

Untuk kegiatan ini, Jalan Setiabudi tepatnya depan pendapa rumah dinas Bupati Purworejo akan ditutup sehari penuh.

Dijelaskan, penyelenggaraan festival ini dilaksanakan secara bergilir setiap tahun. Purworejo sebenarnya sudah dipilih untuk menyelenggarakan ini pada tahun lalu. Namun karena belum siap, baru tahun ini dilaksanakan di Purworejo.

“Ini sudah menjadi jatah Purworejo untuk menjadi penyelenggara,” kata Khunaenah seraya menambahkan, ada dua kepanitiaan, dari provinsi dan kabupaten.

Adapun lokasi perlombaan, rencananya akan memanfaatkan beberapa lokasi di lingkungan kompleks pendapa. Untuk perlombaannya ada dua jenis yakni tingkat Kelompok Bermain (KB) dan kelompok Taman Kanak-kanak (TK). “Masing-masing kelompok ada enam mata lomba yang diselenggarakan,” jelasnya.

Bilik Melayu Tenas Gerbang Menuju Pusat Kebudayaan

Pekanbaru, Riau - Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi Riau mulai berbenah. Tidak ingin gedung megah, Pustaka Wilayah (Puswil) Soeman Hs, tampak bagus dari arsitektur bangunan saja. Namun pelayanan dan manfaat eksistensi gedung tersebut diharapkan benar-benar mampu menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu.

Karena sesuai visi misi Riau 2020, keberadaan Puswil Soeman Hs, sebagai jendela pengetahuan, menurut Kepala BPAD Riau Yoserizal diharapkan mampu menjadi pintu gerbang kebudayaan Melayu.

Salah satunya dengan melengkapi dan menyusun tata letak bilik Melayu serta merubah namanya menjadi bilik Melayu Tenas Effendy.

Terletak di lantai dasar Puswil Soeman Hs, bilik Melayu Tenas Effendy bisa dilihat langsung begitu memasuki gedung megah tersebut. Terdapat beberapa foto budayawan, sastrawan dan penulis Riau yang berkontribusi bagi bumi lancang kuning dalam dunia kesusasteraan.

“Sejak sepekan terakhir, buku-buku dari bilik Melayu di lantai tiga kita pindahkan ke lantai dasar. Kita berharap memberikan penguatan bahwa Riau adalah pusat kebudayaan Melayu, visi misi Riau, perpustakaan tentu harus menjadi gerbang utama,’’ ungkap Yoserizal.

Dalam kesempatan kemarin, Kepala BPAD Riau mendampingi Staf Ahli Gubernur Riau Kasiaruddin. Beberapa foto yang dipajang, salah satunya foto almarhum Tenas Effendy, berikut buku-buku dan karya sastra budayawan lainnya disajikan di sana.

“Sudah lama disarankan, memang semestinya di bawah sehingga bisa dilihat masyarakat sebagai pengetahuan,’’ singkat Kasiaruddin sambil membolak balik salah satu buku.

Pengisian konten lokal di bilik Melayu merupakan salah satu langkah yang akan dimulai Kepala BPAD Provinsi Riau. Demikian pula untuk pengadaan ke depannya akan diprioritaskan konten lokal. Karenanya pilihan referensi buku masih minim.

Seni Angklung Pukau Masyarakat Meksiko

Jakarta - Tepuk tangan meriah membahana di Teatro Angela Peralta di kota San Miguel de Allende, Meksiko, usai Tim Kesenian Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Mexico City memainkan lagu Meksiko, Cielito Lindo, yang dinyanyikan bersama sekitar 400 penonton yang memadati gedung teater akhir pekan lalu.

Pertunjukan musik Angklung oleh Tim Kesenian KBRI Mexico City adalah untuk memeriahkan Festival "16o Encuentro Internacional de Convivencia y Hermandad Universal" pada 23 Mei 2015. Tim Kesenian KBRI juga membawakan lagu Bengawan Solo, My Way, dan Besame Mucho.

Selain disuguhkan dengan kemerduan alunan musik Angklung, Tim Kesenian KBRI yang juga terdiri dari alumni Darmasiswa juga menyuguhkan pertunjukan tari tradisional, yaitu Tari Siutte Manis, Tari Eko Prawiro, Tari Legong Jobong, Tari Ngarojeng, dan Tari Tor-Tor Tandok, ungkap Febby Fahrani dari KBRI Mexico City dalam keterangan tertulis ke VIVA.co.id.

Menurut dia, pertunjukan KBRI di Festival 16o Encuentro Internacional de Convivencia y Hermandad Universal merupakan partisipasi ke-10. Di festival di tahun 2015 ini, KBRI juga melakukan pameran foto satu hari dengan tema ‘Keindahan Panorama Indonesia’ pada tanggal 23 Mei 2015 di lobi Teater Angela Peralta.

KBRI juga melakukan diseminasi informasi dan promosi melalui penyebaran brosur dan pamflet, serta pemutaran video tentang keanekaragaman budaya dan tempat wisata Indonesia.

Untuk memperkenalkan berbagai produk kerajinan dan makanan khas Indonesia, KBRI memfasilitasikan partisipasi Warga Negara Indonesia yang menetap di San Miguel de Allende untuk memamerkan dan menjual berbagai produk kerajinan dan makanan.

Produk seperti pakaian batik, kebaya, kerajinan tas, serta makanan seperti nasi goreng kampung dan bakmi tektek, serta berbagai produk makanan dan minuman ringan mendapatkan respon positif dari masyarakat San Miguel de Allende yang mengunjungi tempat pameran di Central de Plaza de Conde pada tanggal 23 dan 24 Mei 2015.

San Miguel de Allende adalah kota di negara bagian Guanajuato, yang terletak di bagian timur jauh negara bagian Guanajuato di Meksiko tengah. Kota yang memiliki jumlah ekspatriat yang cukup banyak ini (12%-15% dari jumlah populasi) memiliki luas wilayah sebesar 1.537,19 km2.

Kota ini terkenal dengan pengaruh budaya asing, festival budaya, dan karya seni dan sastra. Agrikultur dan industri energi serta mineral dari wilayah ini juga cukup dikenal.

Ribuan Massa Hadiri Pesta Budaya Kerabat Regional IV

Bandar Khalipah, Sumut - Perhelatan pesta budaya kerukunan masyarakat batak Kabupaten Serdang Bedagai (Kerabat Sergai) yang sebelumnya telah dilaksanakan untuk wilayah regional I, II dan III, kembali mengadakan gebyar pesta rakyat ini di wilayah regional IV yang mencakup daerah Kecamatan Bandar Kalipah sebagai tuan rumah kemudian Kecamatan Tebing Tinggi, Tebing Syahbandar dan Kecamatan Dolok Merawan.

Pesta yang berlangsung cukup meriah ini dihadiri ribuan warga masyarakat dari kecamatan tersebut tepatnya dilaksanakan di SMP Swasta Utama Dusun Km 17 Desa Juhar Kecamatan Bandar Khalipah, Senin (25/5/2015). Hadir pada kesempatan tersebut Bupati Sergai Ir. H. Soekirman, Ketua TP. PKK Ny. Hj. Marliah Soekirman, Anggota DPRD Sergai Defriati Tamba, Staf Ahli Bupati, para Kepala SKPD, Camat Bandar Khalipah, Camat Tebing Tinggi, Camat Tebing Syahbandar dan Camat Dolok Merawan, Ketua DPC Kerabat Sergai dan jajarannya, para Kepsek tingkat SMP hingga SMA turut ambil bagian dalam gebyar budaya ini.

Acara pesta diawali dengan penyambutan Bupati Sergai Ir. H. Soekirman yang disambut dengan tortor Batak yang diiringi dengan penyematan pemakaian ulos. Rangkaian pesta seni budaya batak di wilayah regional IV ini secara khusus menampilkan tarian maupun perangkat benda-benda pusaka adat Suku Batak Toba yaitu Mangalehon Tukkot Harajaon Dohot Piso-piso dan Ulos Si Monang-monang bagi Bupati Sergai Ir. H. Soekirman dan Ny. Hj. Marliah Soekirman.

Membuka sambutannya Bupati Sergai Ir. H. Soekirman dihadapan masyarakat menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh masyarakat Tanah Bertuah Negeri Beradat yang terdiri dari multi etnis yang juga turut mendukung dan mensukseskan pelaksanaan pesta seni dan budaya

Menurut Bupati Sergai Ir. H. Soekirman acara semacam ini merupakan sebuah upaya dalam menjaga dan menciptakan karakter dan budaya bangsa yang lebih baik, karena bangsa yang baik adalah yang generasi mudanya mau bertumpu pada kebudayaan daerah dan nasionalnya sebagai upaya membentuk karakter. Budaya itu ibarat jarum jahit yang mempersatukan bagian yang rusak/mempersatukan perbedaan, bukan seperti gunting yang fungsinya memisahkan, ujar Bupati Sergai Ir. H. Soekirman.

Budaya merupakan aset mahal dan berharga nilainya, sebagai identitas yang harus kita pertahankan. Salah satunya dengan cara meningkatkan minat pemuda terhadap seni tradisional. Kaum pemuda sebagai penerus bangsa ini hendaknya untuk terus mempelajari dan meningkatkan minat terhadap seni tradisional tanpa campur tangan kaum pemuda maka budaya yang menjadi bagian khazanah bangsa akan hilang tergerus zaman.

Bupati Soekirman Ir. H. Soekirman juga mengapresiasi besarnya antusiasme masyarakat dan termasuk kalangan generasi muda untuk menyaksikan pagelaran pesta seni dan budaya tersebut, pungkas Bupati Sergai Ir. H. Soekirman.

Sementara itu pada kesempatan yang sama Wakil Ketua DPC Kerabat Sergai CH. Damanik mengatakan momentum kebersamaan yang teraktualisasi dalam penyelenggaraan pesta seni dan budaya Batak ini harus dipertahankan sekaligus dijadikan wahana untuk meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan percepatan pembangunan di Kabupaten Sergai.

Festival Kali Mas Kembalikan Denyut Kehidupan Sungai

Surabaya, Jatim - Puluhan perahu dayung maupun karet bermotor memenuhi ruas Kali Mas, di samping Monumen Kapal Selam, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/5/2015) malam. Malam itu, ruas Kali Mas yang tidak jauh dari Balai Kota Surabaya diterangi bermacam lampu hias.

Tepat pukul 19.00, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama tamu undangan naik ke perahu dan mulai menyusuri Kali Mas. Mereka berangkat dari Monumen Kapal Selam menuju Taman Prestasi di Jalan Ketabang Kali dengan jarak sekitar 1 kilometer.

Tidak lama kemudian belasan perahu hias ikut bergerak menuju Taman Prestasi. Para peserta perahu hias itu sebagian besar memakai bermacam pakaian adat, seperti dari Papua, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Ada pula yang memakai baju dan aksesori bajak laut. Tidak sekadar duduk, sebagian dari mereka juga menari-nari di atas perahu.

Kemeriahan malam itu adalah bagian dari pembukaan Festival Kali Mas yang baru pertama kali diadakan di Surabaya. Festival ini berlangsung pada 16-17 Mei dan menjadi salah satu rangkaian Hari Jadi Ke-722 Kota Surabaya . ”Kami ingin menghidupkan kembali sungai yang menjadi kebanggaan warga Surabaya ini,” kata Rismaharini.

Kali Mas merupakan cabang dari Kali Surabaya yang merupakan bagian Daerah Aliran Sungai Brantas. Kali dengan panjang sekitar 12 km dan lebar 20-35 meter serta bermuara di bagian utara Kota Surabaya ini digunakan sebagai jalur transportasi air pada zaman kolonial Belanda.

Rismaharini ingin sungai yang membelah pusat Kota Surabaya ini juga berfungsi sebagai tempat wisata. Artinya, masyarakat dapat menikmati sungai dari bantaran sungai maupun menyusurinya langsung dengan menggunakan perahu wisata. Ia pernah mengatakan wisata sungai di Surabaya dapat bersaing dengan Kota Bangkok, Thailand.

Taman-taman yang dibangun di tepi Kali Mas, seperti Taman Ekspresi, Taman Prestasi, dan Taman Skatepark & BMX (area Monumen Kapal Selam) sudah mampu menjadi sarana bagi warga untuk menikmati panorama sungai. Apalagi di taman-taman itu sudah tersedia warung-warung makan.

Upaya mengembangkan wisata air di Kali Mas, terutama kegiatan susur sungai, sudah lebih dulu dirintis di Taman Prestasi. Pada 2012, Pemerintah Kota Surabaya mendapat dua kapal wisata dari Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Namun, pendangkalan dan adanya sampah kerap menyulitkan laju perahu.

Susur sungai di Kali Mas juga belum leluasa dilakukan karena belum ada fasilitas untuk mengatur ketinggian air sehingga stabil dan dapat dilalui perahu dengan aman. Perahu wisata dari Taman Prestasi biasanya hanya sampai di Taman Ekspresi di Jalan Genteng Kali yang berjarak 1 km.

”Padahal, kalau diteruskan (penyusuran sungai) sampai ke utara dapat melihat bangunan-bangunan tua nan cantik,” kata Rismaharini. Salah satunya adalah melewati Jembatan Merah, saksi bisu kematian Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris, tahun 1945.

Oleh karena itu, harapan utama Pemkot Surabaya adalah dibangunnya pintu air yang dapat mengatur ketinggian air Kali Mas. Pemkot Surabaya hanya bisa menunggu karena pengelolaan Kali Mas termasuk kewenangan pemerintah pusat.

Pada pembukaan Festival Kali Mas itu, harapan Pemkot Surabaya sedikit terwujud. Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Mudjiadi menyatakan segera mengkaji pembangunan pintu air tersebut.

”Apa yang dilakukan di Surabaya ini memang sesuai dengan program kami, yaitu restorasi sungai,” kata Mudjiadi.

Restorasi sungai, artinya, sungai yang ada tidak hanya bersih dan sehat, tetapi juga dibuat menjadi lebih produktif. Sungai menjadi ruang terbuka hijau baru dan pusat pengembangan perekonomian masyarakat.

Menurut Mudjiadi, pembangunan pintu air itu diharapkan dapat segera dilakukan pada tahun depan. Studi pengkajian pintu air akan dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas.

Warga Surabaya kini menunggu realisasi dari komitmen pemerintah. Misalnya, mendamba tempat rekreasi baru di tengah kota yang mudah diakses semua kalangan. ”Ini agar warga tidak hanya pergi ke mal,” kata Achmad Faruk.

Wayang Bisa Ikut Kembangkan Budaya Populer Indonesia

Depok, Jabar - Seni tradisi, seperti wayang, berpotensi mendukung pengembangan budaya populer Indonesia. Namun, belum ada komitmen pemerintah untuk mendesain budaya populer hingga berdampak bukan hanya pada kelestarian budaya, melainkan dapat menunjang fungsi sosial, ekonomi, dan politik.

"Pemerintah saat ini belum mendesain pengembangan budaya populer yang sangat berpeluang kita peroleh dari wayang," kata Ketua Pengarah Komunitas Wayang Universitas Indonesia Sarlito Wirawan dalam konferensi pers pembukaan Gebyar Wayang Universitas Indonesia 2015 di Depok, Jawa Barat. Sarlito didampingi Ketua Komunitas Wayang Universitas Indonesia Dwi Woro Retno Mastuti dan Ketua Pelaksana Gebyar Wayang Universitas Indonesia Desiree Zuraida.

Menurut Sarlito, salah satu contoh produk pengembangan budaya populer dengan menggunakan wayang sebagai inspirasi ialah pembuatan komik wayang oleh RA Kosasih, beberapa dekade lalu.

"Budaya pop Korea sekarang bisa menonjol juga karena ada desain dari pemerintahnya selama 15 tahun terakhir," katanya.

Merespons

Dwi Woro menyampaikan, kegiatan Komunitas Wayang UI diawali sekitar tahun 2000 untuk merespons maraknya pentas band atau jazz digelar di lingkungan kampus. "Mementaskan wayang di lingkungan kampus UI kemudian menjadi gerakan kebudayaan yang berjalan sampai sekarang," kata Dwi Woro.

Dinamika pementasan wayang terjadi. Pada tahun ini, misalnya, dipentaskan seni tradisi wayang kulit Tiongkok Jawa yang sebetulnya bisa dikatakan sudah punah. Wayang kulit Tiongkok Jawa lahir pada periode 1925-1965.

"Wayang kulit Tiongkok Jawa ini bagian dari kegiatan riset saya. Beberapa tahun terakhir ini mulai dihidupkan kembali di Yogyakarta," kata Dwi Woro.

Dalang Ki Aneng Kiswantoro dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta mementaskan wayang kulit Tiongkok Jawa dalam rangkaian Gebyar Wayang UI kemarin. Menurut Aneng, pementasan wayang berdurasi pendek tersebut mengusung kisah Pengembaraan Sie Jin Kwie, tokoh heroik dalam sejarah Tiongkok yang paling digemari masyarakat di Jawa pada masanya.

"Pada hari berikutnya, ada pementasan wayang potehi dan wayang golek Sunda," kata Dwi Woro. Pada hari kedua dan ketiga, akan dipentaskan semalam suntuk wayang kulit purwa. Selain itu, kegiatan pameran dan sarasehan juga digelar.

Perkembangan wayang

Sarlito mengatakan, pementasan seni wayang memiliki karakter pengembangan seni yang kompleks. Pengembangan dimulai dari seni karawitan dengan seni musik tradisionalnya. Pembentukan karakter wayang dengan seni rupa yang tidak sederhana. Kemudian, seni drama juga berkembang untuk pengisahannya.

"Di dalam pementasan wayang, seperti pernah dipentaskan Komunitas Wayang UI di Jerman pada 2008, bahasa penuturan kisah wayang bukanlah faktor penentu yang menghambat penikmatnya," kata Sarlito.

Penikmat wayang tidak hanya disuguhi bahasa seni tutur yang paling kerap menggunakan bahasa Jawa itu. Pementasan wayang menyuguhkan kelengkapan seni yang dapat dinikmati sekalipun tidak mengerti penyampaian kisahnya yang menggunakan bahasa Jawa.

Hal tersebut menyebabkan wayang dapat populer. "Budaya populer bisa dikembangkan dari wayang. Kabuki di Jepang, misalnya, awalnya dari seni tradisi, kemudian dikembangkan menjadi suguhan seni dan budaya populer sekarang," kata Sarlito.

Bengkalis akan Gelar Rupat Beach Festival 6-7 Juni

Bengkalis, Riau - Pada tanggal 6-7 Juni depan, Pemkab Bengkalis melalui Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) akan menggelar Rupat Beach Festival (RBF) di Kecamatan Rupat Utara. Acara tersebut direncanakan akan dihadiri dan dibuka Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman.

Kepala Disbudparpora Bengkalis Eduar mengungkapkan, Kamis (21/5) Rupat Beach Festival akan dilaksanakan pada tanggal 6-7 Juni 2015 (Sabtu-Ahad). Kegiatan RBF tersebut akan dipusatkan di pantai Desa Teluk Rhu, Kecamatan Rupat Utara yang rencananya akan dibuka oleh Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, serta akan dihadiri Bappeda Riau, Bupati Bengkalis dan jajaran pejabat Pemkab.

“Rupat Beach Festival yang akan dilaksanakan bulan depan disemarakkan dengan berbagai kegiatan, mulai dari festival seni dan budaya tempatan hingga olahraga atau ketangkasan di laut. Acara itu sendiri akan dilakanakan selama dua hari penuh dimulai tanggal 6 Juni dan berakhir tanggal 7 Juni,”papar Eduar.

Di antara rangkaian kegiatan yang dilaksanakan adalah pertunjukan seni dan budaya tempatan dari suku Asli, Melayu dan lainnya. Kemudian ada lomba pacu boat pancung, parade boat pancung serta wim surfing di perairan Rupat yang merupakan jalur pelayaran Selat Melaka.

Juga ada lomba panjat pinang di tepi pantai, jalan santai mengitari kawasan Teluk Rhu hingga Tanjung lapin dihamparan pasir putih seluas 12 kilometer. Tujuan dari RBF kata Eduar, sebagai bahagian promosi menjual keindahan Pantai Rupat dengan pasir putihnya sebagai destiniasi utama masyarakat Riau yang menyukai wisata bahari.

Apalagi saat ini infrastruktur jalan menuju Rupat Utara dari kelurahan Tanjung Kapal Kecamatan Rupat via jalan darat sudah cukup bagus, dengan jarak tempuh dari pelabuhan roro Tanjung Kapal hanya 1,5 jam ke TeluK Rhu.

“Sarana penunjang lainnya adalah kapal fery penyeberangan roro dari Tanjung Kapal-Kota Dumai PP sudah dilayari dua kapal. Sehingga ke depan kami menargetkan wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang ke Rupat meningkat drastis, sekaligus memberikan multi plier efek kepada perekonomian masyarakat tempatan,”terang Eduar lagi.

Ditambahnya, soal RBF pihak Disbudparpora Bengkalis sudah melakukan eksepose dua hari lalu di Pemprov Riau yang dihadiri langsung Plt Gubri Arsyadjuliandi Rachman dan jajaran Pemprov Riau.

“Pak Gubri sangat tertarik dengan paparan kami dan beliau berencana untuk datang langsung ke Rupat membuka acara tersebut dan hal itu sudah kami laporkan ke Pak Sekda Bengkalis,” jelas Eduar.

Mendikbud Ingin Naskah Kuno menjadi Warisan Dunia

Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan pemerintah ingin semua naskah kuno yang ada di Tanah Air bisa menjadi warisan dunia melalui pengukuhan dari UNESCO.

"Saat ini, ada sekitar 10.300 naskah kuno yang usianya sudah ratusan tahun," ujar Anies usai acara penyerahan piagam pengukuhan di Perpusnas di Jakarta, Senin.

Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan dan harus dimanfaatkan untuk proses pembelajaran.

"Naskah kuno ini menunjukkan tradisi tulis-menulis sudah ada sejak dahulu kala."

Anies menginginkan agar naskah-naskah kuno tersebut dapat dikukuhkan menjadi warisan budaya dunia.

"Kami juga ingin merangsang proses kreatif. Memunculkan nilai dalam konteks kekinian yang dikembangkan dari naskah kuno," jelas dia.

Anies Baswedan menyerahkan piagam pengukuhan Negarakertagama dan Babad Diponegoro sebagai warisan dokumenter atau ingatan dunia (MoW) Badan Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) kepada Kepala Perpustakaan Nasional.

MoW atau disebut dengan warisan dokumen diartikan dengan ingatan manusia dari peradaban kuno dan modern serta sebagian besar warisan budaya dunia.

Negarakertagama dan Babad Dipanegara merupakan naskah kuno beraksara dan berbahasa Jawa.

Negarakertagama dan Babad Dipanegara dikukuhkan sebagai oleh warisan dokumenter melalui sidang UNESCO di Korea Selatan 18 - 21 Juni 2013.

Negarakertagama ditulis oleh Mpu Prapanca pada lembaran lontar, yang berisi kesaksian pemerintahan Majapahit pada masa Raja Hayam Wuruk (abad ke-14).

Dalam kitab tersebut, dijabarkan mengenai ide modern tentang keadilan sosial, kebebasan beragama, keamanan pribadi, dan kesejahteraan rakyat dijunjung tinggi.

Naskah itu juga memberi kesaksian mengenai sikap demokratis dan keterbukaan otoritas di depan rakyat pada zaman yang masih menganut keabsolutan rakyat.

Negarakertagama hilang bersama reruntuhan Majapahit hingga akhirnya ditemukan kembali oleh seorang Belanda yang kemudian dibawa ke Belanda untuk dipelajari.

Di Belanda, kitab disimpan di perpustakaan Universitas Leiden dan dikembalikan ke Indonesia pada 1973.

Babad Dipanegara diajukan sebagai MoW pada 2010. Babad Dipanegara berisi biografi yang ditulis sendiri oleh seorang bangsawan Jawa, pahlawan nasional dan pejuang Islam dari Yogyakarta, Pangeran Diponegoro (1785-1855). Babad Dipanegara ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro selama masa pengasingan di Sulawesi Utara (1831-1832).

Babad Dipanegara adalah sebuah dokumen pertama dalam sastra Jawa modern yang memperlihatkan kepekaan yang mendalam pada kondisi dan keadaan lokal pada masa itu.

Program Akar Zapin Kita Tarik Golongan Belia

Lumut, Malaysia - Program Siri Jelajah Merdeka AEON Akar Kita Zapin 2015 yang diadakan di kompleks membeli belah AEON Seri Manjung dekat sini baru-baru ini berjaya menarik minat golongan belia untuk mengenal dan meminati kesenian tradisional Melayu khususnya tarian zapin.

Pengerusi Jawatankuasa Pelancongan, Kesenian dan Kebudayaaan negeri, Nolee Ashilin Mohd. Radzi berkata, program itu juga dapat mengangkat budaya bangsa Me­layu serumpun.

Beliau berkata, menerusi program itu khazanah kesenian dan kebudayaan Melayu dapat dipelihara dan terus kukuh terpelihara.

"Program Akar Kita Zapin ini telah dilancarkan pada Disember 2012 di Ampang Point, Kuala Lumpur dan siri jelajah pada tahun ini bermula di negeri Perak," katanya ketika berucap pada majlis tersebut di sini baru-baru ini.

Turut hadir Yang Dipertua Majlis Perbandaran Manjung (MPM) Datuk Zamri Man dan Pengerusi Persatuan Tatihseni Malaysia merangkap Pengasas dan Pengarah projek, Noraniza Idris.

Menurut Nolee Ashilin, program itu yang mendapat sokongan penuh daripada Kementerian Pelancongan Malaysia diteruskan dua tahun berturut-turut bermula tahun lalu.

Beliau berkata, tahun ini program tersebut bermula di AEON Taiping baru-baru ini, melibatkan lebih 1,000 penyertaan dan penyertaannya meningkatkan kepada 1,800 orang di Manjung.

Kata beliau, program itu turut disertai pelbagai pe­ringkat usia.

"Program seperti ini akan terus melonjak industri pelancongan negeri Perak kerana terdapat juga pelancongan asing yang menyaksikan persembahan ini," katanya.

Galeri Nasional Gelar Pameran ART-CHIPELAGO

Jakarta - Galeri Nasional Indonesia menggelar Pameran Seni Rupa Nusantara 2015 bertajuk ART-CHIPELAGO pada 25 Mei-7 Juni 2015.

"Ini memang plesetan dari art dan archipelago," kata salah satu kurator, Suwarno Wisetrotomo, di Galeri Nasional Indonesia, Senin.

Para perupa yang dipilih tim kurator menerjemahkan semangat kenusantaraan melalui karya lukis, instalasi, seni grafis, keramik, komik, video art, multimedia dan karya lainnya dalam pameran ini.

Tim kurator yang berisi Suwarno Wisetrotomo, Asikin Hasan dan A Sujud Dartanto menyeleksi 385 perupa dari 25 provinsi Indonesia menjadi 97 perupa dari 23 provinsi.

Selain Indonesia, perhelatan ini juga mengundang perupa dari Malaysia dan Filipina yang menggenapi jumlah seniman menjadi 106 orang dalam agenda dua tahunan ini.

Selain itu, ada pula diskusi "Dari Identitas ke Pasca-identitas" pada Selasa, 26 Mei 2015 di ruang Pembicara yang akan hadir adalah akademisi seni rupa Nano Warsono dan penulis seni Azzad Diah Ahmad Zabidi serta kurator Sujud Dartanto sebagai moderator.

Indonesia Harus Kembangkan Seni Budaya

Jakarta - Indonesia memiliki potensi seni budaya yang sangat tinggi. Namun, kekayaan dan keragaman potensi seni budaya yang ada belum dimanfaatkan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terbukti, hingga kini masih banyak seniman yang terpaksa hidup secara pas-pasan.

Kondisi tersebut patut disayangkan. Di berbagai negara, seni dan budaya sudah dieksploitasi sehingga memberikan keuntungan bagi masyarakat. Contoh seperti itu antara lain bisa ditemukan di Korea dan India.

Pernyataan itu disampaikan Krisna Mukti, anggota F PKB MPR RI ketika menyampaikan pemikirannya pada acara Seminar Kebangsaan, Kajian Tentang Hubungan Pilar Kebangsaan Dengan Aspek Ketatanegaraan dan Ekonomi, yang berlangsung di Ball room Hotel Aryaduta, Pekan Baru Provinsi Riau, Senin (25/5).

Seminar Kebangsaan hasil kerjasama MPR RI dengan Yayasan Garda Bangsa Pekanbaru, ini mengetengahkan tema Mengokohkan Indonesia Untuk Terwujudnya Rakyat Sejahtera.

Selain Krisna Mukti seminar kebangsaan juga menghadirkan empat pembicara yang lain. Yaitu Lukman Edy, anggota FPKB MPR RI, Yanuar Prihatin, anggota FPKB MPR RI, M. Asril Anas anggota DPD RI dan Abdul Wahid Ketua DPW PKB Provinsi Riau.

Di Korea menurut Krisna Mukti pemerintah sangat mendukung berkembangnya K Pop. Akibatnya kesenian korea itu berkembang sangat pesat hingga ke luar negeri. Bahkan K Pop mampu berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi Korea hingga 30 persen. Demikian pula seni budaya di India.

"Banyak wisatawan yang berkunjung ke Korea untuk menyaksikan K Pop secara langsung, dan itu membuat pariwisata Korea berkembang pesat", kata Krisna Mukti menambahkan.

Karena itu menurut Krisna Mukti, ke depan Indonesia harus mengembangkan potensi seni budayanya secara baik. Apalagi, keberadaan seni budaya tidak akan pernah habis, seperti pada pengelolaan gas dan minyak bumi. Terlebih jelang pelaksanaan masyarakat ekonomi Asean akhir 2015 nanti.

29 Mei, Mahasiswi Gayo Gelar "Gayo Art Women"

Banda Aceh, NAD - Para mahasiswi asal Gayo akan menggelar serangkaian kegiatan kolosal dari perempuan pedalaman yang dikemas dalam event bertajuk "Gayo Art Women". Kegiatan tersebut menyangkut perempuan, hutan, dan perdamaian yang berlangsung 29 Mei 2015 di Gedung AAC Dayan Dawood, Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh. "Gayo Art Women" itu pertunjukan seni dari seniman-seniman perempuan senior asal Gayo. Dan sebelum acara puncak, tanggal 24 Mei juga akan digelar seminar menyangkut perempuan, budaya, dan pendidikan yang dilaksanakan di Gedung DPR Aceh," kata Sekretaris Panitia, Reny Fharina, Sabtu (23/5)

Acara tersebut, kata Reny Fharina, direncanakan akan melibatkan sekitar 100 perempuan untuk menyuarakan perdamaian, perempuan, dan hutan. Juga menampilkan seni-seni tradisional yang digarap kolosal tentang perlawanan gajah pada alam yang gundul, perlawanan perempuan pada hutan yang dirambah, dan masa depan genarasi Aceh yang bermodalkan alam semesta. "Disini akan dikemas penggabungan seni tradisional dengan melibatkan seniman kawakan Gayo ibu Ramlah, ibu Hidayah, dan Pencipta Syair-syair Gayo, ibu Maya Tawar," lanjut Reny Fharina yang didampingi Ketua Panitia, Rizki Hawailena.

Gayo Art Women merupakan pertemuan seniman perempuan untuk membahasakan lingkungannya, dan bersuara untuk masa depan Aceh. Bebebrapa seniman Gayo yang selama ini berkiprah diluar Gayo akan terlibat dalam penggarapan seni pertunjukan tersebut, dan merupakan seni pertama dengan melibatkan seniman perempuan Gayo secara total.

Jaga Marwah Aceh

Ibu Gubernur Aceh, Hj Niazah A Hamid meminta kepada panitia agar tetap menjaga marwah Aceh, apalagi pelaksana dan penampilan yang disajikan diisi oleh seniman-seniman perempuan. "Perempuan harus tetap menjaga martabat. Dan acara Gayo Art Women adalah acara positif yang tetap harus menunjukan sikap santun dari perempuan," ujar Niazah A Hamid, saat menyampaikan pesan kepada panitia Gayo Art Women dihadapan puluhan panitia acara tersebut di Meuligoe Gubernur Aceh, Banda Aceh, Jumat tanggal 8 Mei 2015 pagi.

Disebutkan Niazah, perempuan Aceh ke depan harus dapat memberi citra positif dan berperan dalam membangun daerah secara total. "Perempuan-perempuan Aceh adalah perempuan kreatif yang harus mampu menghadapi tantangan, terutama turut mendorong pembangunan daerah," ujar Umi, sapaan Ibu Gubernur Ibu Gubernur Aceh Hj Niazah A Hamid. Umi sangat merespon positif kegiatan yang diinisiasi oleh mahasiswi Gayo di Banda Aceh, bahkan akan membantu maksimal. "Insya Allah akan kita bantu, nanti apabila ada kendala di dalam prosesnya agar segera memberitahukan langsung, supaya acaranya tidak terkendala," pinta Umi.

Acara Gayo Art Women akan menampilkan sejumlah seniman senior perempuan asal Gayo yang akan membawa kata hati perempuan pedalaman lewat seni bertajuk perempuan, hutan, dan perdamaian.

Ketua Panitia, Rizki Hawailena juga menjelaskan, Gayo Art Women adalah acara puncak dari serangkaian kegiatan seperti seminar tentang perempuan, budaya,dan pendidikan yang digelar pada tanggal 24 Mei di Gedung DPR Aceh di Banda Aceh. "Ada beberapa acara menyangkut perempuan, karena ke depan perempuan harus lebih berperan dalam pembangunan Aceh," ujar Hawailena.

Dalam pertemuan dengan ibu Niazah A Hamid, turut didampingi Kepala Dinas Sosial Aceh Drs Alhudri,MM. Sementara panitia yang hadir sekitar 15 orang antara lain Ketua Panitia Rizky Hawailena, Sekretaris Reny Fharina, bendahara Tiyara Yusma dan sejumlah anggota panitia lainnya.

Festival Siti Nurbaya Kebangkitan Permainan Anak Nagari

Padang, Sumbar - Festival Siti Nurbaya (FSN) ke-V tahun 2015 di Kota Padang Padang Sumatera Barat (Sumbar) memperlombakan selaju sampan dengan peserta kali ini 64 tim.

Ketua FSN ke-V Alamsyah di Padang, Jumat, mengatakan, selaju sampan tersebut merupakan kali pertama diperlombakan semenjak FSN mulai diselenggarakan secara rutin di kota itu.

"Empat kali Festival Siti Nurbaya sebelumnya tidak memperlombakan selaju sampan," kata dia.

Dia mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan di Batang Arau Kecamatan Padang Selatan, 21-24 Mei.

Dijelaskan, kegiatan tersebut dilaksanakan atas desakan dari masyarakat yang menginginkan adanya olahraga masyarakat Kota Padang dimasukkan dalam iven tahunan itu.

"Mereka mengajukan proposal untuk mengadakan selaju sampan, dan proposal kami direspon sehingga olahraga itu terlaksana," kata dia.

Dia menyebutkan untu dapat mengikuti perlombaan itu, pendaftaran peserta sudah dilaksanakan sejak satu bulan yang lalu dan berakhir pada 18 mei 2015.

"Dari 64 tim tersebut akan dibagi dalam empat grup, untuk satu sampan terdiri dari 12 orang dimana mereka akan mendayung dengan panjang lintasan 400 meter," kata dia.

Sementara untuk penentuan pemenang adalah peserta yang berhasil menusuk balon berbentuk labu dengan sempurna, dimana balon itu diletakkan di garis finish.

"Walau tim sudah mencapai labu-labu dahulu namun tidak berhasil menusuk dengan baik maka dinyatakan kalah. Hanya tim yang menusuknya dengan sempurna yang dinyatakan menang," katanya.

Sebelumnya Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah mengatakan festival yang diselenggarakan secara rutin itu merupakan upaya membangkitkan permainan anak nagari yang sulah hilang.

Museum Nasional Promosikan Mainan Tradisional

Jakarta - Museum Nasional di Jakarta mengadakan lokakarya dan pameran untuk mempromosikan mauinan tradisional Indonesia dalam merayakan ulang tahunnya ke-237 sekaligus Hari Museum Internasional.

Seksi promosi Museum Nasional, Oting Rudy Hidayat, pada Sabtu mengemukakan bahwa generasi muda saat ini kurang mengetahui permainan tradisional karena mereka cendurung menyukai permainan yang individual.

"Mainan tradisional saat ini sudah sedikit terlupakan, kami ingin mencoba mengangkat kembali dan menggairahkan permainan tradisional," katanya, di Jakarta.

Ia menimpali, "Kami mencoba mengingatkan kembali kepada anak-anak karena mereka merupakan aset yang harus kita isi, terutama dalam hal budaya."

Oting mengatakan, lokakarya permainan tradisional di Museum Nasional untuk mempertahankan jati diri bangsa.

"Kalau sudah mengenal, kemudian akan mengapresiasi dan menjadi jati diri," ujarnya.

Ia pun menyatakan, "Menumbuhkan hal tersebut tidak mudah, harus mulai dari kecil, perlu proses dan waktu, dan keterlibatan berbagai pihak."

Museum Nasional dalam acara tersebut melibatkan Komunitas Hong yang fokus di bidang permainan tradisional.

Komunitas yang berbasis di Bandung tersebut menyiapkan tujuh permainan tradisonal, antara lain bedil jepret, bedil karet, dam-daman, kelom batok, rorodaan, babalonan sarung dan kolecer/kitiran.

Selain mainan tradisonal, Komunitas Hong bersama dengan Museum Nasional juga menyediakan lokakarya membuat mainan tradisional keris-kerisan yang terbuat dari janur dan melukis layang-layang.

"Tujuh permainan ini selain mudah dan mengasyikkan, juga sekarang sudah jarang ditemukan," kata Cecep Imansah, Koordinator Lapangan Komunitas Hong.

Senja yang membawa dua orang anaknya Zonataqwa (8) dan Taqy Alghaeits (10) menyambut positif acara tersebut.

"Bagus sekali acaranya, biasanya anak-anak kalau diajak ke museum males, pengen cepat pulang, tapi sekarang pada betah, enggak mau pulang," katanya menambahkan.

Upaya Lestarikan Kesenian, Disporabudpar Langsa Gelar Piasan Raya

Langsa, NAD -Sebagai bagian upaya pelestarian kesenian yang ada di Kota Langsa, pihak Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) setempat akan menggelar Piasan Raya Kesenian yang dijadwalkan berlangsung, Selasa (26/5) mendatang.

“Piasan Raya merupakan wujud kepedulian terhadap keberlangsungan dan pelestarian beragam kesenian yang ada di Langsa. Semua unsur terlibat dalam even ini,” ungkap Kadisporabudpar Kota Langsa, Drs Syafrizal, ketika berbincang dengan wartawan, Minggu (24/5) malam di Langsa.

Dikatakan, sejumlah sanggar seni yang ada di daerah itu akan ambil bagian. Mulai sanggar yang ada di sekolah, kampus maupun sanggar umum lainnya. “Kita upayakan semua komponen turut serta,” terang Syafrizal.

Tempat pelaksanaannya di kawasan hutan kota desa Paya Bujuk Seulemak Kecamatan Langsa Baro. Selain even kesenian, kata dia, peserta dan pengunjung juga bisa menikmati suasana wisata alam.

Destinasi wisata tahun 2017 yang dicanangkan terus dioptimalkan, salah satunya melalui kegiatan piasan raya, jelas sang Kadis.

Sedikitnya penampilan yang sudah terdata di panitia meliputi tarian tradisonal, musik, puisi, stand up comedy, drama, dan lainnya.

Untuk tahun anggaran 2015, kata Syafrizal, pihaknya melaksanakan sejumlah program yang terkait dengan pembinaan kepemudaan, olah raga, kebudayaan dan pariwisata. Untuk piasan seni, lanjutnya, merupakan program bidang kebudayaan.

Piasan raya, sambung alumni APDN ini, juga melibatkan beberapa organisasi mitra kerja Dispora diantaranya Dewan Kesenian Aceh Kota Langsa, assosiasi pelaku pariwisata dan seniman gaek Langsa lainnya.

“Kita himbau masyarakat untuk bisa berkunjung ke lokasi acara. Tanpa ada pungutan biaya apapun. Ini juga menjadi ajang rekreasi warga,” tukas Syafrizal.

Festival Bergodo Keprajuritan Rakyat Semarak

Sleman, DIY - Lebih dari 30 group bergodo se DIY mengikut Festival Bergodo Keprajuritan Rakyat yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY, Minggu (24/5). Mengambil start dari Lapangan Pemda, mereka lalu jalan kaki menuju Lapangan Denggung Sleman.

Iringan musik khas terdengar terus mengalun pelan. Musik ini mengiringi jalannya tim yang tampak kompak. Mulai dari pakaian hingga cara berjalan. Tombak dan panah juga tidak luput mereka bawa, sebagai ciri bergodo. Tidak hanya berjalan, mereka juga menampilkam sejumlah atraksi dalam bentuk langkah macak

.

Widihasto selaku sekretaris panitia mengatakan, ada 31 tim bergodo dari seluruh Yogyakarta yang ikut ambil bagian pada event yang baru dua kali dilangsungkan ini. Tahun lalu, Kota Yogyalarta bertindak sebagai tuan rumah. Tahun ini giliran Kabupaten Sleman dan tahun depan kegiatan serupa direncanakan akan berlangsung di Kabupaten Bantul.

"Bergodo keprajuritan rakyat ini merupakan imitasi dari bergodo keraton. Sebab mereka murni dari masyarakat dari tingkat desa hingga kecamatan. Dibutuhkan kerjasama antar tim agar selama berjalan, mereka tetap bisa kompak. Sebab mereka diharuskan untuk berjalan," ujarnya.

Dalam setiap tim bergodo, terdiri antara 40-60 orang. Tujuan diselenggarakan kegiatan ini selain untuk melestariman kebudayaan juga untuk memperkenalkan bergodo kepada generasi muda. Sebab, tidak dapat dipungkiri selama ini yang sering terlibat aktif dalam bergodo sudah berusia lanjut. "Padahal bergodo di Yogyakarta ini sangat beda dengan daerah lain," jelasnya.

Salah satu bergodo yang ambil bagian dalam festival ini, yakni Kyai Selarong dari Pajangan Bantul. Berbeda dengan tim lainnya, mereka menampilkan replika Pangeran Diponegoro yang naik kuda sambil membawa keris. Ini sebagai simbol perjuangan Pangeran Diponegoro pada zaman penjajahan dulu.

"Kita bikinnya sekitar dua pekan. Kita sengaja menampilkan sosok Pangeran Diponegoro, agar generasi muda dapat ikut merasakan perjuangannya dulu," jelas Jumari.


32 Kab/Kota Akan Ramaikan Festival Jamu dan Kuliner 2015 di Magelang

Semarang, Jateng - Perhelatan Festival Jamu dan Kuliner 2015 dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah kembali akan digelar. Kali ini acara bertempat di Alun-alun Kota Magelang pada 5-7 Juni mendatang. Dalam acara itu ditampilkan diantaranya seperti pameran produk jamu, festival kuliner, pentas seni dan budaya dan bhakti sosial.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Prasetyo Aribowo mengatakan, tujuan kegiatan festival jamu dan kuliner tahun ini selain untuk dijadikan sarana promosi produk jamu dan kuliner juga kedepannya membuat jamu sebagai destinasi wisata di Jawa Tengah karena di Jawa Tengah sangat kuat dengan produk jamu dan berbagai turunan variannya dan kuliner sebagai budaya yang hidup di Jateng.

Adapun peserta dalam festival jamu ini merupakan anggota Gabungan Pengusaha Jamu (GPJ), Usaha Kecil Menengah (UKM) jamu dan 97 kuliner ditampilkan yang akan meramaikan festival jamu dan kuliner. Adapun peserta merupakan ukm jamu dari 32 kab/kota di Jawa Tengah, 14 anggota Gabungan Pengusaha Jamu (GPJ) dan pihak swasta. Tahun lalu hanya 24 kab/kota sekarang 32 kab/kota yang ikuti festival jamu. “Sedangkan tiga daerah ini yang belum mendaftar yakni Pekalongan, Grobogan dan Brebes. Kami coba untuk menghubunginya dalam sisa waktu dalam satu minggu ini,” katanya, Jumat (22/5).

Festival ini sekaligus sebagai dukungan provinsi dalam rangka menyukseskan program “Ayo ke Magelang 2015!”. Yang membedakan dengan tahun sebelumnya, pada festival kali ini akan ada pojok konsultasi untuk peserta bisa berkonsultasi terkait segi kemasan, perizinan dan peningkatan produk jamu di Jawa Tengah.

Kemah Budaya Nasional Siap Digelar

Siak, Riau - Helat Kemah Budaya Nasional (KBN) 2015 yang dipusatkan di Bumi Perkemahan (Buper) Tengku Buang Asmara, 3-8 Juni mendatang telah dipersiapkan oleh tuan rumah dengan mantap. Kesiapan ini, tak hanya pada sesi pelaksanaan acara, namun persiapan yang menyangkut teknis pelaksanaan secara keseluruhan.

“Sejak pelaksanaan KBN tahun 1999, sampai sekarang, baru kali ini saya lihat tuan rumah yang lakukan persiapan dengan baik, tak ada campur tangan Kwarnas,’’ ujar Ketua Bina Masa Kwarnas Pramuka Yusa, di sela-sela rapat finalisasi persiapan KBN di Raja Indra Pahlawan Room (RIPR) Kantor Bupati Siak, Kamis (21/5).

Hadir dalam kesempatan itu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, Ketua Kwarda Pramuka Riau Azaly Djohan SH, Ketua Kwarcab Pramuka Siak Drs H Alfedri MSi, Ketua Harian Drs H Jamaluddin MSi, dan panitia pelaksana.

Dari ekpose yang disampaikan Ketua Kwarcab Pramuka Siak yang juga Wakil Bupati Siak Drs H Alfedri MSi telah terkover dengan jelas, kesiapan tuan rumah. Koordinasi dan juga progres yang dipersiapkan bersama Kwarnas berjalan baik. ‘’Saya tak perlu khawatir lagi,’’ ujar dia.

Disampaikan Yusa, sejak 1999 KBN digelar, sampai tahun kemarin diselenggarakan di Solo, Kwarnas ikut andil dalam persiapannya. Beda dengan di Siak, semuanya berjalan baik tanpa perlu Kwarnas turun tangan. ‘’Saya cukup ongkang-ongkang kaki saja,’’ kata dia sambil tertawa.

Konsep acara yang mengedepankan unsur kebudayaan lokal Melayu, sangat relevan. Apalagi Siak dari sejarah merupakan pusat tumbuh berkembangnya kebudayaan Melayu.

Selain itu sebutnya, keunikan acara yang disiapkan panitia dinilai menarik, berupa atraksi gajah yang ikut berperan saat acara berlangsung. Keikutsertaan peserta KBN di Siak, sangat variatif. Baru kali ini, melibatkan tiga negara tetangga, Malaysia, Brunai dan Thailand. ‘’Ini sangat menarik,’’ puji dia.

Jelang helat yang dalam hitungan hari ini, tentu semuanya harus dipersipkan. ‘’Saya pesankan dan ingatkan kembali, jangan sampai ada yang lupa,’’ kata dia.

Ketua Kwarcab Pramuka Siak Drs H Alfedri MSi mengatakan, pelaksanaan KBN sudah siap digelar. Dari progres laporan panitia di masing-masing bidang semuanya sudah dilakukan persiapan.

Walau sudah dipersiapkan, namun perlu dilakukan evaluasi kembali, agar jangan sampai nantinya ada yang terabaikan dan juga tak dipersiapkan.

“Ini adalah iven nasional,’’ pesan dia.

Sebab itu, selaku tuan rumah yang dipercayakan harus dapat menyiapkan persiapan secara utuh, dan baik. Apalagi nantinya, seluruh provinsi di tanah air berdatangan ke Siak.

Yuk, Berakhir Pekan dengan Mengenal Budaya Sikka

Jakarta - Indonesia memiliki beragam kesenian dan kebudayaan yang keindahannya tak perlu diragukan lagi. Beragam cara dilakukan untuk memperkenalkan serta melestarikan kesenian dan kebudayaan itu kepada masyarakat luas. Sebuah acara bertajuk “Plewo Doi” hadir mengajak masyarakat untuk mengenal lebih dekat kesenian dan kebudayaan khas Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Banyak kesenian Indonesia yang masih terpendam bahkan sudah hilang. Kami ingin mencoba mengangkat tenun ikat pewarna alam yang selama ini tidak pernah terdengar dan terlihat di masyarakat luas," ujar Co-founder Noesa, Cendy Mirza, Kamis (21/5/2015).

Plewo Doi merupakan festival yang dibuat untuk menghadirkan potensi-potensi lokal dalam unsur kebudayaan Indonesia. Plewo Doi sendiri berarti memperkenalkan diri dalam Bahasa Sikka. Dalam acara ini, beragam kebudayaan Sikka coba dihadirkan, mulai dari proses tenun ikat hingga pewarnaan pewarnaan natural.

"Tujuannya untuk mengedukasi masyarakat luas tentang pembuatan tenun ikat, pewarnaan alam, arti motif yang terkandung dalam kain ikat dan juga memberikan ruang kepada pengrajin di daerah agar bisa membawa dan memperkenalkan karyanya ke masyarakat yang lebih luas," tambahnya.

Festival yang digagas oleh studio Noesa ini memiliki beberapa rangkaian acara, termasuk workshop yang telah diselenggarakan pada 2-13 Mei 2015 lalu. Workshop tersebut meliputi workshop tenun, workshop ikat, workshop pintal, hingga workshop pewarnaan. Tak berhenti sampai di situ, Plewo Doi masih memiliki rangkaian acara lain yang akan digelar pada 22-24 Mei 2015, salah satunya adalah pameran seni.

"Pameran ini menjadi ruang bagi para pecinta dan pemerhati seni dan juga budayawan untuk bergabung dan secara aktif memberi dukungan dalam upaya pelestarian seni dan budaya di Indonesia," lanjut Cendy.

Dalam acara yang digelar di Dia.lo.gue Artspace Kemang itu juga akan ada penampilan seni tradisional Sikka, mulai dari tari hingga penampilan musik. Beberapa tari yang akan dipentaskan adalah Tari Bitek Wua Ta’a, Tari Roa Muu, Tari Tua Reta Lou, dan Tari Leke. Sementara ada juga pertunjukkan akustik dari Junior Soemantri, serta pertunjukkan musik Gambus dan Lagu Manunggo.

Bagi yang masih penasaran mengikuti workshop, masih tersedia satu workshop lagi mengenai pewarnaan menggunakan bahan-bahan alami. Pewarnaan tersebut menggunakan daun indigo untuk warna biru, akar mengkudu untuk warna kuning, daun mangga untuk warna hijau, serta kuning yang menggunakan kunyit.

Pengunjung juga akan diperkenalkan dengan salah satu tradisi bersirih dari Sikka, yakni sirih pinang. Sirih pinang merupakan rokok yang terbuat dari daun papirus dicampur dengan bahan-bahan lainnya. Akan ada pameran dan juga bazar yang turut meramaikan festival ini.

Dengan adanya acara ini, Cendy berharap nantinya semakin banyak lagi masyarakat Indonesia, khususnya anak muda yang tertarik dan peduli pada kesenian budaya Indonesia dan bisa bersama-sama mengangkat kebudaayan Indonesia agar tidak hilang dimakan waktu.

Gorontalo Utara Gelar Festival Saronde Dukung Sail Tomini

Gorontalo - Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara akan menggelar Festival Saronde untuk mendukung Sail Tomini dan Festival Boalemo.

Bupati Gorontalo Utara Indra Yasin, Jumat, mengatakan Festival Saronde akan menjadi ajang welcome party bagi ratusan wisatawan penyuka wisata kapal layar yang akan menghadiri ajang Sail Tomini.

"Beruntung Gorontalo Utara mendapat kehormatan menjadi salah satu titik singgah "rally yacht" sehingga kesempatan ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin," ujar bupati.

Festival Saronde sebagai ajang tahunan di kabupaten ini yang biasanya digelar Februari, sengaja diundur awal September untuk mendukung kemeriahan Sail Tomini.

Mengingat kegiatan ini menjadi peluang emas bagi daerah untuk promosi potensi wisata bahari dan potensi kerajinan tangan khas daerah ini.

"Kegiatan ini diharapkan mendongkrak kunjungan wisatawan di Provinsi Gorontalo khususnya Pulau Saronde," ujarnya.

Festival ini akan dikemas lebih menarik, dengan menampilkan pagelaran tarian tradisional, pameran kerajinan tangan dan komoditi kelautan serta perikanan.

OUM, DBP Kerja Sama Martabatkan Bahasa Melayu

Kuala Lumpur, Malaysia - Kerjasama antara Open University Malaysia (OUM) dengan Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) berupaya melahirkan lebih ramai pakar dalam bahasa Melayu di samping memartabatkan bahasa berkenaan ke peringkat antarabangsa.

Ketua Pengarah DBP, Datuk Dr. Awang Sariyan berkata, ini adalah inisiatif terbaik dalam usaha mengangkat bahasa berkenaan ke peringkat global melalui program Ijazah Sarjana Muda Pengajian Melayu dan Ijazah Sarjana Muda Pengajaran (Pendidikan Rendah) dengan pengkhususan Bahasa Melayu yang bakal ditawarkan di Universiti Pengajian Antarabangsa Beijing (BFSU, Beijing, China

Katanya, pelajar-pelajar yang mengikuti pengajian tersebut berpeluang mendapat pengiktirafan ilmiah dan mempunyai kepakaran dalam pengajian bahasa tersebut, sekali gus mampu melestari, memperkenal serta memperkasa penggunaan bahasa berkenaan kepada komuniti bukan masyarakat Melayu.

“Saya yakin dengan pendekatan dan penyampaian yang disediakan oleh pihak OUM bersama-sama DBP melalui pelbagai program, latihan, input dan aktiviti berasaskan pengetahuan akademik bahasa Melayu, dilihat mampu menarik minat bangsa lain untuk mendalami keunikan dan keindahan bahasa tersebut serta budaya yang diamalkan penuturnya.

“Saya lihat perkara ini akan memberi impak positif kepada pelajar di Universiti Beijing agar mereka mampu menguasai, mengamalkan bahasa Melayu dan fasih bertutur menggunakan bahasa tersebut ,” katanya.

Beliau berkata demikian dalam sidang akhbar selepas majlis menandatangani memorandum persefahaman (MoU) antara OUM dengan DBP bagi menawarkan Program Bahasa Melayu dan Program Pengajian Melayu di China dekat sini hari ini.

Yang turut hadir Presiden OUM, Prof. Emeritus Tan Sri Anuwar Ali; Timbalan Ketua Pengarah (Dasar) DBP, Prof. Dr. Zaharani Ahmad; Naib Presiden Kanan OUM, Prof. Datuk Dr. Mansor Fadzil; Ketua Akademi DBP, Dr. Amran Joned dan Ketua Pegawai Operasi Kumpulan Meteor OUM, Prof. Dr. Ahmad Hashim.

Menurut Awang Sariyan, pihaknya bersama-sama dengan OUM akan saling bertukar kepakaran dan berkongsi maklumat dalam hal-hal pengajaran dan pembelajaran bahasa Melayu bagi memastikan matlamat memartabatkan bahasa tersebut berjaya.

Sementara itu, Anuwar berkata, pihaknya akan menyediakan program-program yang bersesuaian dengan pengajian bahasa Melayu sekiranya mendapat kelulusan secepat mungkin dari Universiti Beijing berkenaan penawaran bidang di universiti berkenaan.

Katanya, pihaknya menyasarkan pengajian Bahasa Melayu yang pertama akan bermula pada awal tahun depan sejurus mendapat kelulusan dan melihat program tersebut bakal mendapat potensi besar melalui program jarak jauh dan pendekatan e-Learning.

“Kami juga menyediakan platform e-Learning yang memudahkan pelajar untuk mengakses pembelajaran pada bila-bila masa dengan menggunakan internet. Pengajian melalui e-Learning ini merupakan satu nilai tambah yang terbaik, malah sedikit-sebanyak membantu dan tidak tertumpu kepada pengajaran secara bersemuka bersama-sama tenaga pengajar.

“Saya berharap kerjasama ini dapat mencapai matlamat dalam menyemarak dan memperkukuh pengajian bahasa Melayu agar dapat berkembang dan diangkat sebagai bahasa antarabangsa untuk digunakan di negara-negara lain,” katanya.

Besok, Goa Lawa Gelar Pentas 3 Kesenian Unik

Purbalingga, Jateng - Pemerintah menggelar pementasan seni tradisional di obyek wisata Goa Lawa, Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, pada Minggu 24 Mei 2015. Kesenian yang ditampilkan untuk menarik kunjungan wisatawan itu terdiri dari Lengger Calung, Thek-thek (kentongan), dan seni Tandak Lesung.

Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Prayitno mengatakan, pentas seni tradisi tiga jenis ini merupakan yang pertama digelar di Goa Lawa. Biasanya, hiburan di Goa Lawa dilakukan melalui pementasan musik dangdut.

“Pada hari-hari libur, kami biasanya bekerjasama dengan Kelompok Sadar Wisata Desa Siwarak, untuk menampilkan musik kenthongan. Karena animo penonton lumayan antusias, maka kami menambah dengan pentas lengger calung, dan seni Tandak Lesung,” kata Prayitno, Jumat 22 Mei 2015.

Prayitno mengatakan, untuk grup seni lengger calung menampilkan grup dari Desa Tlahab Lor, Kecamatan Karangreja. Sedang seni Tandak Lesung ditampilkan dari 18 kecamatan se-Purbalingga.

“Setiap kelompok seni Lesung beranggotakan 10 orang, mereka diberi kesempatan tampil selama tujuh menit per kelompok. Pihak kami menyediakan delapan buah lesung dari kayu mahoni. Nantinya yang juara, lesungnya sebagai hadiah,” kata Prayitno.

Menurut Prayitno, jika animo pengunjung pada penampilan perdana ini membludak, maka pemerintah akan mengagendakan pementasan seni tradisional secara rutin di obyek wisata tersebut.

"Prinsipnya, kami ingin menghibur wisatawan, mereka berlibur untuk refreshing, makanya harus kami layani dengan baik, dan bisa memiliki kenangan setelah berkunjung ke Goa Lawa,” ujarnya.

Prayitno menambahkan, pada pementasan seni tradisi ini, akan dilakukan kampanye sapta pesona sadar wisata. Kampanye ini melibatkan seluruh pelaku wisata di obyek wisata Goa Lawa. Mereka terdiri dari tukang parkir, pedagang kaki lima, pemilik warung, pengelola, penjual souvenir, pemandu wisata, sampai petugas kebersihan.

“Kami tidak ingin ada pengunjung kecewa karena sikap pelayan wisata di Goa Lawa. Jika kecewa mereka tentu akan memiliki kesan yang kurang baik, dan dampaknya tentu pada jumlah kunjungan wisatawan,” kata Prayitno menambahkan.

Fakhrunnas Keynote Speaker Seminar di Medan

Pekanbaru, Riau - Sastrawan Riau Fakhrunnas MA Jabbar dan Kritikus Sastra Indonesia Korrie Layun Rampan, menjadi pembicara kunci (keynote speaker) dalam Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia “Sejarah Sastra, Kelampauan dan Kesinambungan Masa Depan’’ yang digelar di Universitas Muslim Nusantara, Medan, Kamis (21/5). Selain itu juga tampil pembicara Suyadi San dan Mihar Harahap dengan moderator Shafwan Hadi Umry.

Fakhrunnas MA Jabbar kepada wartawan, Rabu (20/5) menyatakan, pihak panitia dari Universitas Muslim Nusantara sudah meminta jauh hari. Dia diminta menyampaikan makalah yang bertajuk Kebangkitan Sastra Indonesia Abad 21: Kelampauan dan Kesinambungan Masa Depan. “Ini merupakan kehormatan bagi saya dan tanah Melayu Riau karena diundang di forum seminar di negeri orang yakni Provinsi Sumatera Utara,’’ ucap Fakhrunnas sebelum berangkat menuju Medan.

Salah seorang panitia seminar, Shafwan Hadi Umry menjelaskan seminar bahasa dan sastra yang digelar di Universitas Muslim Nusantara, Medan, dilaksanaan serangkaian dengan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2015. Oleh sebab itu, tema-tema makalah yang ditampilkan sangat berkaitan dengan semangat kebangkitan khususnya di bidang bahasa dan sastra Indonesia.

Fakhrunnas merupakan salah seorang sastrawan nasional asal tanah Melayu Riau yang hingga kini masih terus berkarya berupa cerpen, puisi, kiritik dan esai serta artikel yang dipublikasikan di berbagai media. Sastrawan kelahiran Airtiris, Kampar, 18 Januari 1959 ini telah menghasilkan 4 buku puisi, 3 buku cerpen dan 3 buku biografi.

-

Arsip Blog

Recent Posts