21 Mei, Dunia Rayakan Hari Keragaman Budaya

Jakarta - Tanggal 21 Mei di Indonesia lebih familiar diperingati sebagai Hari Reformasi. Pada tanggal ini, 17 tahun lalu, Orde Baru berhasil ditumbangkan. Tapi, tahukah Anda bahwa 21 Mei juga diperingati sebagai Hari Dialog dan Keragaman Budaya di seluruh dunia?

Persatuan Bangsa-Bangsa menetapkan 21 Mei sebagai Hari Dunia untuk Keragaman Budaya untuk Dialog dan Pembangunan sejak 2002. Peringatan ini berawal saat UNESCO telah mengeluarkan Deklarasi Universal tentang Keragaman Budaya. Melalui Resolusi PBB Nomor 57/249, ditetapkanlah 21 Mei sebagai hari untuk merayakan keragaman di seluruh dunia.

Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova berharap Hari Dialog dan Keberagaman Budaya dapat mengingatkan akan kekayaan budaya yang ada di dunia dan sikap saling menghargai. "Saat ini, keberagaman budaya berada di bawah ancaman kelompok ekstrimis yang mencoba menghancurkan kelompok minoritas," kata Bokova dalam situs resmi PBB yang diakses pada Rabu, 20 Mei 2015.

Menurut Bokova, perbedaan budaya harusnya menjadi sumber kekayaan bukan perpecahan. Selain itu, dialog antarbudaya juga harus ditingkatkan agar tiap kelompok dapat saling memahami. "Dialog dapat menghilangkan kesalahpahaman dan membangun perdamaian," ujar dia lagi.

PBB mencatat sebanyak 75 persen dari konflik besar yang terjadi di dunia saat ini berakar pada dimensi kultural. PBB pun mencanangkan dialog untuk menjembatani budaya demi menciptakan perdamaian. Tindakan sederhana yang disarankan PBB untuk merayakan keberagaman budaya antara lain mengunjungi pameran kebudayaan, mendengarkan musik dari kebudayaan berbeda, mengundang tetangga beda agama atau suku untuk makan bersama, atau menonton film yang berkisah seputar budaya berbeda.

Indonesia sendiri tercatat sebagai salah satu negara paling beragam di dunia. Badan Pusat Statistik menyebut ada 1.128 suku di Indonesia yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau.

Konflik antarkelompok budaya tersebut tak jarang mengemuka. Sebut saja konflik antara etnis Dayak dan Madura di Sampit, konflik antara kelompok Kristen dan Islam di Ambon, serta peristiwa Mei 1998 yang berimbas kebencian pada etnis Tionghoa.

-

Arsip Blog

Recent Posts