Perajin Giriloyo Bantul Dilarang Buat Batik Cap

Yogyakarta - Tidak ada yang tahu secara pasti sejak kapan sebenarnya kerajinan batik khas Giriloyo itu dirintis. Penggelut batik sekarangpun jawabannya hampir sama ketika ditanya muasal batik di wilayah itu. Warga Giriloyo sepakat jika batik Giriloyo merupakan warisan leluhur kampung itu yang diyakini memberikan kesejahteraan.

Sebagai warisan budaya bernilai seni tinggi, perkembangannya berjalan dinamis. Masyarakat yang awalnya berkemampuan terbatas dalam membuat batik. Kini serangkaian terobosanpun dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas produk kerajinan tangan itu.

Pemilik Sanggar Batik Sri Kuncoro Karangkulon Giriloyo Desa Wukirsari Imogiri Bantul, Imarohmengungkapkan, sebelum dekade 1980an mayoritas warga sebatas jadi buruh dengan mengolah batik kasaran dan dijual ke Kota Yogyakarta. Perlahan tapi pasti, tahun 1982 warga mulai dikenalkan dengan metode pewarnaan batik sintetis atau dengan bahan kimia. Momentum itu sekaligus menjadi tonggak dibentuknya kelompok-kelompok pengrajin di Giriloyo.

Imaroh mengungkapkan, dengan bertambahnya wawasan tersebut produk yang dihasilkan makin inovatif dan mampu menyesuaikan permintaan konsumen. Bahkan antara 1985-1990 Giriloyo sudah kesohor sebagai pusat kerajinan batik terkemuka di Bantul bahkan Dunia. "Waktu saya ingin betul, banyak wisatawan dari Malaysia datang ke Giriloyo untuk melihat proses pembuatan batik," ujar perempuan 47 tahun itu.

Sebagai daerah penghasil produk unggulan Bantul, Giriloyo tidak lelah berbenah dengan orientasi meningkatkan kualitas produk. Pada tahun 2006, bahkan batik Giriloyo mampu diproduksi dengan pewarna alam yang memanfaatkan daun, biji-bijian serta kulit kayu. Sampai sekarang keunggulan warna alam terus dipertahankan lantaran menjadi primadona konsumen ketimbang batik warna kimia. "Batik warna alam menjadi keunggulan tersendiri dari daerah ini," ujarnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts