Rektor ISI Buka Peringatan Hari Tari Dunia

Solo, Jawa Tengah - Rektor Institut Seni Indonesia Solo, Prof Dr Sri Rochana Widyastutiningrum, membuka peringatan Hari Tari Dunia yang disemarakkan Solo Menari 24 Jam yang melibatkan lebih dari 3.000 penari.

Usai membuka peringatan Hari Tari Dunia di halaman Rektorat ISI Solo, Rabu, dia mengatakan, gelaran ini mengandung banyak makna dan tujuan untuk bangsa dan negara.

Salah satu manfaat itu adalah para maestro tari di Tanah Air dan untuk lebih memasyarakatkan tari kepada generasi muda. "Melalui kegiatan tari ini akan dapat membentuk watak bangsa yang lebih baik," katanya.

Minat masyarakat seni tari atas gelaran Solo Menari 24 Jam ini, kata dia, sangat tinggi. Panitia penyelenggara bahkan sampai menolak peserta karena terlalu banyak calon partisipan yang ingin berpartisipasi.

"Tahun lalu gedung-gedung yang ada di kampus ISI banyak yang tidak dipakai, tetapi sekarang semuanya digunakan untuk kegiatan ini dan belum lagi di mal-mal dan di Jalan Jenderal Sudirman yang dipasang panggung besar dan lain-lain," katanya.

Peringatan Hari Tari Dunia yang dimulai dari pukul 06.00 WIB ini diawali penampilan empat penari yang akan menari selama 24 jam tanpa henti. Empat penari itu yakni Anggono Kusumo dari ISI Solo dengan tarian Toya.

Setelah penari pertama selesai dilanjutkan oleh Stepanus Adi Pratiswa dari Lubuk Linggau dengan menari Namastea, Alfiyanto dari ISI Bandung menari Sang Penjaga dan penari 24 jam terakhir adalah Abdul Rochim dari DKI Jakarta dengan judul tari Tandang.

Ribuan penari itu ada beberapa di antaranya dari manca negara, bakal menyemarakkan Solo Menari 24 Jam. Dari ribuan penari itu, tercatat sejumlah maestro tari yang kini berusia lanjut, di antaranya Jan Malibela dari Suku Malamoi (Papua), Sawitri (penari Topeng Sabrang Lor, Tegal), Mulyani (penari Bedaya, Solo), Temu (penari Gandrung Banyuwangi), dan sebagainya.

Pada akhir event Solo Menari 24 jam, digelar orasi kebudayaan yang akan disampaikan Prof Dr Endang Caturwati dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di sela pergelaran, juga digelar seminar tari yanag mengetenaghkan beberapa pakar, diantaranya Esti Andayani (Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Budaya Kementerian Luar Negeri), Mooryati Sudibyo, Romo Muji Sutrisno SJ, Juju Masunah (Kementerian Pariwisata), serta Ki Enthus Susmono.

-

Arsip Blog

Recent Posts