Yuk, Berakhir Pekan dengan Mengenal Budaya Sikka

Jakarta - Indonesia memiliki beragam kesenian dan kebudayaan yang keindahannya tak perlu diragukan lagi. Beragam cara dilakukan untuk memperkenalkan serta melestarikan kesenian dan kebudayaan itu kepada masyarakat luas. Sebuah acara bertajuk “Plewo Doi” hadir mengajak masyarakat untuk mengenal lebih dekat kesenian dan kebudayaan khas Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Banyak kesenian Indonesia yang masih terpendam bahkan sudah hilang. Kami ingin mencoba mengangkat tenun ikat pewarna alam yang selama ini tidak pernah terdengar dan terlihat di masyarakat luas," ujar Co-founder Noesa, Cendy Mirza, Kamis (21/5/2015).

Plewo Doi merupakan festival yang dibuat untuk menghadirkan potensi-potensi lokal dalam unsur kebudayaan Indonesia. Plewo Doi sendiri berarti memperkenalkan diri dalam Bahasa Sikka. Dalam acara ini, beragam kebudayaan Sikka coba dihadirkan, mulai dari proses tenun ikat hingga pewarnaan pewarnaan natural.

"Tujuannya untuk mengedukasi masyarakat luas tentang pembuatan tenun ikat, pewarnaan alam, arti motif yang terkandung dalam kain ikat dan juga memberikan ruang kepada pengrajin di daerah agar bisa membawa dan memperkenalkan karyanya ke masyarakat yang lebih luas," tambahnya.

Festival yang digagas oleh studio Noesa ini memiliki beberapa rangkaian acara, termasuk workshop yang telah diselenggarakan pada 2-13 Mei 2015 lalu. Workshop tersebut meliputi workshop tenun, workshop ikat, workshop pintal, hingga workshop pewarnaan. Tak berhenti sampai di situ, Plewo Doi masih memiliki rangkaian acara lain yang akan digelar pada 22-24 Mei 2015, salah satunya adalah pameran seni.

"Pameran ini menjadi ruang bagi para pecinta dan pemerhati seni dan juga budayawan untuk bergabung dan secara aktif memberi dukungan dalam upaya pelestarian seni dan budaya di Indonesia," lanjut Cendy.

Dalam acara yang digelar di Dia.lo.gue Artspace Kemang itu juga akan ada penampilan seni tradisional Sikka, mulai dari tari hingga penampilan musik. Beberapa tari yang akan dipentaskan adalah Tari Bitek Wua Ta’a, Tari Roa Muu, Tari Tua Reta Lou, dan Tari Leke. Sementara ada juga pertunjukkan akustik dari Junior Soemantri, serta pertunjukkan musik Gambus dan Lagu Manunggo.

Bagi yang masih penasaran mengikuti workshop, masih tersedia satu workshop lagi mengenai pewarnaan menggunakan bahan-bahan alami. Pewarnaan tersebut menggunakan daun indigo untuk warna biru, akar mengkudu untuk warna kuning, daun mangga untuk warna hijau, serta kuning yang menggunakan kunyit.

Pengunjung juga akan diperkenalkan dengan salah satu tradisi bersirih dari Sikka, yakni sirih pinang. Sirih pinang merupakan rokok yang terbuat dari daun papirus dicampur dengan bahan-bahan lainnya. Akan ada pameran dan juga bazar yang turut meramaikan festival ini.

Dengan adanya acara ini, Cendy berharap nantinya semakin banyak lagi masyarakat Indonesia, khususnya anak muda yang tertarik dan peduli pada kesenian budaya Indonesia dan bisa bersama-sama mengangkat kebudaayan Indonesia agar tidak hilang dimakan waktu.

-

Arsip Blog

Recent Posts