14 Daerah Ambil Bagian dalam Festival Randai 2015

Padang, Sumbar - Randai adalah salah satu kesenian asli Minangkabau yang cukup akrab di telinga masyarakat. Meskipun demikian, upaya pelestariannya tetap harus dilakukan semaksimal mungkin agar tak tergusur oleh kesenian modern.

Salah satu upaya yang di­tem­puh oleh Dinas Pen­didikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sumbar untuk melestarikannya adalah dengan menggelar festival randai antar kabupaten/kota se-Sumbar. Total 14 Kabupaten/Kota di­pas­tikan ambil bagian dalam festival kali ini.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Panitia Festival Ran­­­dai 2015 Gatot San­toso kepada sejumlah war­tawan pada Selasa (9/6). Festival yang digelar di Taman Bu­daya Padang ter­sebut digelar selama dua hari dan hanya 5 ka­bu­paten/kota saja yang tidak ambil bagian.

“Terang saja ini me­ru­pakan upaya kita untuk me­ngin­vertarisir kebu­dayaan asli Minangkabau agar tak dilupakan akibat kemajuan zaman. Dari se­luruh ka­bu­paten/kota, ha­nya Dhar­mas­raya, Pa­sa­man, Pasaman Barat, Sa­wah­lunto dan Paya­kumbuh saja yang tidak me­ngirim utusan. Namun 14 pe­nam­pilan dari daerah lain­nya sudah cukup menggem­birakan,” ucap Gatot.

Ia menegaskan, Dis­dik­bud telah memiliki tekad yang bulat untuk terus mela­kukan upaya invertarisir ter­hadap kesenian asli Mi­nang­kabau. Tekat tersebut telah ditanam kuat sejak kebu­dayaan disatukan de­ngan dinas pendidikan pada awal Tahun 2015 yang lalu. Setelah Festival Shalawat Dulang sukses digelar be­berapa wak­tu yang lalu, ia berharap Festival Randai juga akan meraih sukses yang sama. Tak lupa ia ber­pesan agar generasi muda secara perlahan ber­sedia mengalihkan keter­tarikan terhadap budaya lo­kal yang memiliki sarat mak­na dan pelajaran.

Sementara itu, Kepala Disdikbud Sumbar Syam­surizal mengatakan, upaya pelestarian budaya Minang adalah tanggung jawab ber­sama, tidak hanya menjadi kewajiban Disdikbud saja. Untuk itu ia berpesan agar seluruh elemen dalam ma­syarakat serius melakukan berbagai upaya pelestarian tersebut.

“Semua pengunjung, ter­masuk kami sangat bang­ga dapat menikmati per­tun­jukan randai yang di­tam­pilkan peserta dari kabu­paten/kota ini. Bu­daya kita adalah jati diri kita, menjadi tanggung jawab kita ber­sama untuk me­les­tari­kan­nya,” ungkap Syamsu.

Jika dimaksimalkan, lan­­­jut Syamsu, pelestarian ter­hadap budaya dan seni lokal akan lebih menarik minat pengunjung atau wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Se­perti seni Randai yang apabila dikemas sebaik mungkin akan dapat ber­saing dengan kesenian mo­dern yang memang sudah menjamur di tengah ma­syarakat saat ini.

Bertindak sebagai tim ­penilai untuk ge­laran fes­tival ini antara lain Ko­reo­grafer Inter­nasional Ery Mefri, Seni­man Ran­dai terkenal Sa­parman dan Bu­­­da­yawan Minang Musra Dahrizal Katik (Mak Ka­tik). Se­pan­jang pantauan Ha­luan, gela­ran festival pa­da hari per­tama cukup me­nye­dot perha­tian pengun­jung ta­man buda­ya dan Pan­tai Padang.

-

Arsip Blog

Recent Posts