Prasasti Talang Tuwo dan Penghayatan terhadap Alam

Jakarta - Prasasti Talang Tuwo menceritakan tentang pembangunan sebuah taman oleh Raja Sriwijaya Sri Jayanasa yang diperuntukan bagi rakyatnya pada abad ke-7.

Dalam prasasti disebutkan bahwa taman itu terletak di sebuah tempat yang mempunyai pemandangan indah. Lahan yang digunakan berbukit-bukit dan berlembah. Di dasar lembah mengalir sungai menuju Sungai Musi Peneliti dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Prof Agus Aris Munandar mengatakan Prasasti Talang Tuwo yang ditemukan di Palembang pada 1920 seharusnya menjadi sumber inspirasi dan landasan para pembuat kebijakan negeri ini dalam menyusun langkah dan strategi penyelamatan lingkungan.

Menurutnya, patut direnungkan bahwa pada abad ke-7 sudah ada yang memikirkan penyelamatan lingkungan meski pada masa itu Kerajaan Sriwijaya sedang berlimpah ruah kekayaan alam dan masyarakatnya sejahtera.

"Prasasti Talang Tuwo ini demikian unik karena menceritakan mengenai bagaimana pemimpin Sriwijaya ketika itu sangat memperhatikan alam, keselamatan rakyat dan mendoakan kerajaan lain," kata Aris seusai menjadi pembicara dalam seminar internasional "Budaya Melayu sebagai Akar Tradisi Nusantara" di Palembang.

Prasasti patut menjadi acuan karena berisikan nilai-nilai luhur yang hingga kini belum diketemukan lagi, terutama dalam bahasa Melayu kuno.

"Memang napasnya Budha, belum diketahui pasti apa tujuannya, apakah mantra Budha atau sekadar ketulusan raja dalam mendoakan rakyatnya, tapi secara isi jika ditarik ke era sekarang bahwa pada abat ke-7 sudah ada yang memperhatikan lingkungan," kata dia.

Padahal, ketika itu Sriwijaya dalam masa keemasan dengan ditandai berlimpahnya sumber daya alam tapi sudah memikirkan pelestarian lingkungan, seperti membuat kolam dan memelihara saluran air.

"Beda dengan sekarang, jika sudah kebakaran dan kelaparan baru ribut dan hanya fokus pada upaya pengobatan," kata dia.

Dalam prasasti ini dapat diketahui betapa pentingnya rakyat dalam sistem kerajaan karena tulisan yang dipakai adalah Melayu Kuno bukan tulisan berbahasa Sansekerta merujuk pada agama Budha.

-

Arsip Blog

Recent Posts