Cerita Panji Simbol Perekat Budaya

Jakarta - Cerita Panji adalah budaya teks yang awalnya digunakan untuk menyebut sastra berbahasa Jawa dari pantai utara Jawa.

Dalam penelusurannya, Adrian Vickers menemukan versi bahasa, untuk sastra ini, terutama bahasa Jawa dan Melayu, yang digunakan mulai dari Indonesia, semenanjung Melayu, sampai Myanmar.

Dalam Peradaban Pesisir, Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara (Pustaka Larasan, 2009), diuraikannya penyebaran unsur budaya Panji secara luas.

Ditemukannya dongeng Panji dalam Malat, sebuah syair kidung Bali yang populer pada abad ke-18 dan ke-19, atau kisah Panji dalam Inao di Thailand, menjadi bukti adanya pertautan budaya di kawasan ini.

Perkerabatan teks dari pelbagai wilayah dan bahasa di Asia Tenggara ini oleh Th Pigeaud, filolog asal Belanda, diistilahkan sebagai sastra pesisir atau sastra pantai.

Disebut demikian karena proses penyebarannya terjadi di antara kerajaan-kerajaan sepanjang pesisir. Caranya melalui kontak ekonomi, politik, dan budaya, yang memberi napas bagi kehidupan di sepanjang pesisir.

Cerita Panji pertama kali diciptakan pada masa kejayaan atau pasca kejayaan Majapahit (abad ke-13).

Narasi dalam dongeng Panji antara lain bertutur tentang kemakmuran kerajaan, birokrasi di keraton, peran perempuan, dan tata krama.

Namun, yang sering dijumpai adalah narasi tentang kisah asmara Raden Panji Asmarabangun, putra mahkota Kerajaan Jenggala, dengan Angreni, rakyat biasa.

Pada saat bersamaan, Panji dipertunangkan dengan Dewi Sekartaji (putri Raja Kediri). Karena dianggap sebagai penghalang, Angreni lalu dibunuh atas perintah Prabu Amiluhur (ayah Panji).

Untuk membuktikan cintanya pada Panji, setiap bulan purnama arwah Angreni menyatu ke raga Dewi Sekartaji yang telah jadi istri Panji. Oleh karena itu, tokoh Dewi Sekartaji juga dinamakan Candrakirana.

Topeng Panji

Selain dalam rupa teks, khazanah cerita Panji juga ditemukan dalam seni pertunjukan seperti drama tari Gambuh Bali, topeng Jawa, pentas wayang orang dan wayang kulit, serta dalam relief Gambyok di Jawa Timur.

Perkembangan cerita Panji menjadi seni pertunjukan wayang topeng dibedah secara khusus dalam Topeng Panji, Mengajak kepada yang Tersembunyi (2014) di tengah semangat menghidupkan kembali Panji secara hampir bersamaan di sejumlah daerah, seperti Malang, Jakarta, Yogyakarta, Solo, bahkan Bangkok (Thailand), delapan abad kemudian.

Kegairahan ini terpancar dalam ekspresi dan kegiatan berupa festival, seminar, diskusi, pameran topeng Panji, penerbitan buku, hingga ide membuat pusat pencinta Panji.

Pertunjukan Topeng Dalang di Klaten, Jawa Tengah, mirip dengan wayang orang, hanya saja pemainnya menggunakan topeng dan mengambil cerita Panji.

Kesenian yang telah diwariskan setidaknya mencapai lima generasi ini sangat diwarnai budaya agraris-kerakyatan.

Petunjuk cerita Panji menjadi lakon dalam seni tari dengan topeng juga ditemukan dalam prasasti Pabanyolan di wilayah Malang, Jawa Timur.

Dewasa ini cerita yang sering dimainkan dalam wayang topeng Malang adalah percintaan Raden Panji Inu Kertapati dengan Dewi Sekartaji, atau lakon Ande-Ande Lumut.

-

Arsip Blog

Recent Posts