Mengajar Tari & Gamelan, 2 WNI Ini Sukses di Luar Negeri

Jakarta - Tak sedikit masyarakat Indonesia ingin bisa merasakan tinggal di luar negeri, baik menetap atau hanya berkunjung. Tinggal di negeri orang tentu saja berbeda dengan tinggal di dalam negeri. Mulai dari pola pikir, budaya, makanan hingga kurs mata uang yang berbeda.

Banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan negara-negara maju sebagai destinasi dengan berbagai alasan. Tinggal di negara maju tentu saja membutuhkan biaya yang lebih besar ketimbang negara-negara yang memiliki kondisi perekonomian setara dengan Indonesia. Dibutuhkan modal yang relatif besar untuk bisa bertahan tinggal di negara-negara tersebut.

Jalur beasiswa atau rekrutmen pekerjaan dinilai ampuh untuk membuka jalan tinggal di luar negeri. Namun, meski kebutuhan hidup sudah ditanggung dana beasiswa, tak sedikit mahasiswa yang bekerja paruh waktu untuk menambah pundi-pundi penghasilan. Pegawai restoran merupakan pekerjaan yang banyak dipilih mahasiswa yang berhasil mendapatkan beasiswa belajar di luar negeri. Meski demikian, tidak sedikit yang mampu menambah pundi-pundi keuangannya dengan mengandalkan skill.

Anggiet Ariefianto, sosok yang berhasil menyabet beasiswa ke luar negeri mengaku lebih nyaman menambah penghasilannya dengan mengajar tari. Anggiet menilai, menjadi pelaku seni budaya Indonesia di negeri orang, lebih bergengsi ketimbang menjadi pegawai restoran. "Ketika yang lain bekerja cuci piring, saya bisa jadi tutor ngajar budaya Indonesia, jadi penari," kata Anggiet.

Menari tarian tradisional Indonesia sudah dilakoni Anggiet sejak kecil. Awalnya, Anggiet belajar tari dengan memanggil guru tari pribadi. Kemudian Anggiet bergabung dengan sanggar tari hingga dewasa.

Anggiet memulai keahliannya dari Tari Bali kemudian merambah ke tarian asal wilayah lain di Indonesia seperti Aceh, Sumatera Barat, Betawi, Jawa, Kalimantan, Melayu. "Saya juga belajar beberapa tarian luar seperti tarian India, China, Irlandia, dan Kamboja," tutur Anggiet.

Anggiet mengaku jatuh cinta dengan dunia tari. Pasalnya, selain bayaran yang tinggi, melalui tari dirinya bisa berkunjung ke berbagai negara. Selain itu, melalui tari, Anggiet bisa terlibat dalam jamuan kehormatan, serta acara-acara penting yang sifatnya eksklusif.

"China, Kamboja, Myanmar, Thailand, Australia, Kanada, Belanda, Irlandia, Spanyol, Maroko, Taiwan. Forumnya macam-macam, ada yang acara KBRI, ada misi budaya, ada yang international festival, ada yang acara peringatan seperti ulang tahun hubungan diplomatik atau ulang tahun bangunan bersejarah di luar, atau acara regional misalnya Satay Festival, Asia Food Festival, Celebration of Diversity, dan lain-lain," papar Anggiet.

Dengan menari, Anggiet bisa mendapatkan sekitar USD 500 untuk sekali pertunjukan. Angka ini jauh di atas penghasilan sebagai pekerja restoran dengan upah sekitar USD 7 per jam. Meski demikian, pria yang mengecap 15 tahun tinggal di berbagai negara di luar negeri ini mengaku tidak sungkan untuk memberikan pelajaran tari di luar negeri secara gratis.

-

Arsip Blog

Recent Posts