Penataan Gunung Lingga Harus Sesuai Nilai Sejarah dan Budaya

Sumedang, Jabar - Dewan Kebudayaan Sumedang (DKS) meminta Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disparpora) Kabupaten Sumedang untuk menata Destinasi Kawasan Wisata Gunung Lingga di Kec. Cisitu sesuai aslinya supaya lebih alami dan memiliki nilai sejarah.

Dengan penataan seperti itu, diharapkan kawasan Gunung Lingga bisa menjadi objek wisata baru yang diminati wisatawan lokal dan mancanegara. Pasalnya, wisatawan kini cenderung lebih menyenangi suasana alam dengan adat istiadat masyarakat yang murni memegang teguh tradisinya.

“Jadi dalam penataannya nanti, harus mempertahankan nilai-nilai sejarah, tradisi dan adat istiadat masyarakat setempat. Kondisi ini akan menjadi daya tarik wisatawan,” tutur Sekretaris Umum Dewan Kebudayaan Sumedang, Tatang Sobarna di Gedung Seni, di Lapangan Pacuan Kuda, Kec. Sumedang Utara, Minggu (26/7/2015).

Ia mengatakan, penataan Destinasi Kawasan Wisata Gunung Lingga, meliputi penataan makam Prabu Tajimalela, pondok tradisional sunda atau kampung adat di Kampung Sempur Mayang di Blok Ki Datar di Desa Cimarga, Kec. Cisitu serta bumi perkemahan Gunung Lingga.

Untuk penataan makam Prabu Tajimalela, disarankan arsitekturnya dikembalikan pada bangunan awal zaman dulu. Berdasarkan referensi yang ada, bangunan awal makam Prabu Tajimalela, dulunya berbentuk punden berundak.

Selain ada tangga, juga ada semacam altar atau pelataran luas di sekitar makam di puncak Gunung Lingga. Pelataran tersebut, dibangun untuk tempat berdoa dan bertawasul para peziarah.

“Karena usianya sudah ratusan tahun, sehingga bangunan punden berundak tersebut kini sudah hilang. Kondisi itu, kemungkinan besar akibat tanahnya erosi. Jadi hilangnya situs punden berundak itu, akibat faktor alam. Supaya lebih yakin dan pasti lagi, perlu berkonsultasi dengan Balai Arkeologi tentang keberadaan punden berundak di makam Prabu Tajimalela. Tapi saya menduga kuat, bangunan awal di sekitar makam dulunya memang berbentuk punden berundak yang dipuncaknya ada semacam altar untuk para peziarah. Jadi kami sarankan, penataan tempat ziarah makam Prabu Tajimalela harus direkonstruksi ke kondisi awal,” ujarnya.

Penataan lainnya, menurut Tatang, yakni penataan kawasan pondok tradisional sunda di Kampung Sempur Mayang di Blok Ki Datar. Penataannya harus dilakukan secara komprehensif. Tak hanya proses membangun rumah dan bangunan saja, melainkan ruh, prilaku dan adat istiadat masyarakat sundanya harus dilestarikan dan dipertahankan kemurniannya.

Sebab, kebiasaan masyarakat sunda yang masih asli menjadi daya tarik wisata budaya. “Konsep kesundaannya harus ditonjolkan. Bila perlu ditambah supaya kesan ki sundanya lebih tampak,” katanya.

Lebih jauh Tatang menjelaskan, tradisi dan prilaku masyarakat sunda di Kampung Sempur Mayang, nantinya harus menjadi ciri khas masyarakat sunda di Sumedang.

Misalnya, cara berpakaian dengan mengenakan pangsi khas kasumedangan zaman dulu, yakni baju pangsi warna putih dan celana hitam lengkap dengan iket.

Tradisi membangun rumah pun harus dilestarikan. Sebab, ada beberapa bagian tertentu dalam proses pembangunannya yang harus memakai acara ritual syukuran. Contohnya, memasang palupuh (lantai bambu) atau suhunan (atap).

“Jadi mulai cara berpakaian, membangun rumah, bahasa dan prilakunya, semuanya mesti menerapkan tradisi budaya sunda. Penataan itu, akan mendorong program unggulan ‘Sumedang Puseur Budaya Sunda’ (SPBS). Seandainya ada wisatawan yang ingin melihat tradisi masyarakat sunda di Sumedang, bisa berkunjung ke kampung adat tersebut, ” katanya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sumedang, Endah Kusyaman mengatakan, tahun ini Disparpora akan menata objek wisata unggulan, yakni Destinasi Kawasan Wisata Alam Gunung Lingga.

Di kawasan itu, ada empat objek wisata yang diyakini bakal menyedot wisatawan, yakni objek wisata ziarah makam Prabu Tajimalela, bumi perkemahan Gunung Lingga, kampung adat sunda di Kampung Sempur Mayang dan wisata olah raga Paralayang di Puncak Bukit Batudua, Gunung Lingga.

“Penataan dan peningkatan kawasan wisata itu bersumber dari anggaran bantuan provinsi Rp 10 miliar. Pembangunan fisiknya akan dilakukan tahun ini,” katanya

Khusus untuk penataan di makam Prabu Tajimalela, lanjut dia, di antaranya dengan membangun pelataran luas untuk tempat berdoa dan tawasulan para peziarah serta membangun tembok penahan tanah di sekitar makam supaya tidak erosi.

Selain itu, membangun berbagai sarana dan fasilitas umum, seperti sarana air bersih, musala, penerangan jalan umum dan memperbaiki tangga ke puncak gunung sekalian dengan besi pegangannya.

“Mudah-mudahan, dengan penataan Destinasi Kawasan Wisata Gunung Linggga ini, minat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sumedang bisa meningkat,” ujar Endah.

-

Arsip Blog

Recent Posts