Tiga Kelompok Kesenian Tanah Air Melenggang ke Inggris

Jakarta - Suara rapa’i menghentak di sekeliling Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Kamis (30/7) pagi lalu. Sesekali siulan serunee kale ikut menimpali.

Alunan kedua musik tradisional khas Aceh itu mendapat sentuhan kekinian melalui iringan gitar listrik dan akustik. Namun, lantunan sang vokalis yang berirama cepat, diiringi tepuk tangan serta seruan para penabuh rapa’i yang bersahut-sahutan, memperkuat unsur etnik dari penampilan grup musik beraliran rock-etnik bernama Kande itu.

Grup musik asal Aceh tersebut merupakan salah satu kelompok kesenian yang terpilih memeriahkan program tur Discover Indonesia di Inggris, pada Agustus-September. Tak hanya Kande, program yang dipersembahkan British Council itu juga memboyong dua kelompok kesenian lain, yakni Papermoon Puppet Theatre (teater boneka kontemporer dari Yogyakarta) dan Soerya Soemirat (sanggar tari klasik Jawa dari keraton Mangkunegara Solo).

Tak tanggung-tanggung, tim kesenian Indonesia ini berkesempatan mentas di gedung-gedung kesenian bergengsi di beberapa negara bagian Inggris Raya, antara lain London, Cardiff, dan Glasgow. Mereka juga akan tampil di Edinburgh Festival Fringe, salah satu festival seni terbesar di dunia.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, keberangkatan tur tim kesenian Indonesia ini untuk merespons undangan dari beberapa pengelola festival dan gedung kesenian di Inggris, yaitu C Venues Edinburgh, Southbank Centre London, Cryptic Glasgow Skotlandia, dan Wales Millennium Centre Cardiff Wales.

“Mereka terpesona akan seni budaya Indonesia, dengan segala keunikan dan warna-warninya, baik tradisional maupun kontemporer; lalu memutuskan bekerja sama membuat festival khusus tentang Indonesia bertajuk Discover Indonesia,” ujar Arief saat jumpa pers di tempat yang sama.

Tiga kelompok kesenian ini dipilih melalui seleksi yang dilakukan sekitar dua tahun silam. “Tiga grup ini terpilih dari seleksi yang cukup ketat melalui ajang Indonesia Performing Arts Market (IPAM) 2013. Waktu itu, ada 30 penampil. Ada lima yang terpilih dan yang akan berangkat ada tiga. Kuratornya ada 40 orang, enam di antaranya dari Inggris langsung,” ujar Arief.

Program Discover Indonesia ini juga dilengkapi workshop dan artists talk oleh para seniman Indonesia, bersama komunitas seni lokal dan khalayak umum di Inggris. Selain grup kesenian dari Indonesia, tiap pengelola juga menghadirkan grup-grup kesenian lokal, yang juga akan menampilkan karya-karya Indonesia.

Bahkan, rumah produksi seni Cryptic di Glasgow Skotlandia, secara terpisah telah merancang program residensi dan pameran seni rupa untuk seniman Jompet Kuswidananto, pameran fotografi, pemutaran film, serta bazaar kuliner khas Indonesia. Summer Xia, Direktur British Council, berharap program yang didukung Kementerian Pariwisata dan Kemendikbud ini akan mempererat hubungan kedua negara, baik dari segi seni, budaya, ekonomi, maupun bisnis.

“Program ini hanya awal dari program berkelanjutan kami selama empat tahun ke depan. Kami berharap akan ada lebih banyak lagi kesenian dan kebudayaan dari Indonesia yang diperkenalkan ke dunia. Kami juga mengupayakan terjadinya pertukaran budaya antara Inggris dan Indonesia, serta menjaga hubungan baik antarkeduanya,” tuturnya.

Ajang Promosi

Arief Yahya menekankan, momentum ini bisa ditarik sebagai ajang promosi pariwisata Indonesia, melalui presentasi seni budaya. “Seperti diketahui, orang datang ke Indonesia karena budaya. Budaya kita sangat kaya. Tapi, kelemahan kita promosinya kurang. Makanya kita mendukung adanya event kultural seperti ini,” ucap Arief.

Tampilnya kelompok kesenian Tanah Air di negeri orang, masyarakat Indonesia dapat lebih menghargai budayanya sendiri. “Kebiasaan jelek kita itu, lebih menghargai budaya sendiri jika bangsa lain sudah menghargai. Lihat itu, batik kita lempar-lempar, setelah diklaim Malaysia, baru kita ngambek. Memang benar hipotesis saya, kita baru merasa memiliki kalau sudah merasa kehilangan,” tutur Arief.

-

Arsip Blog

Recent Posts