Batik Renaissance, Kawin Silang Budaya Indonesia dengan Teknologi Jepang

Jakarta - Batik Renaissance diciptakan oleh Cross Cultural Artisan Program (CCAA) bersama Cross-Cultural Refined (C2Rf) dalam upaya melestarikan dan menduniakan batik.

Bermula dari ide cemerlang tiga pendiri CCAA, yakni Rahmat Gobel, Reiko Sadiah Barack, dan Fusami Ito, Batik Renaissance pada akhirnya terwujud sebagai kerajinan budaya bertaraf internasional.

Pembuatan batik konvensional di Indonesia direkonstruksi melalui aplikasi teknik pengembangan modern dari Jepang.

Cara itu menghasilkan kain batik yang berkualitas tinggi dan bercorak indah.

Corak dan warna yang terdapat pada Batik Renaissance pun disesuaikan pula dengan selera masyarakat Jepang.

Oleh sebab itu, Batik Renaissance banyak memuat perpaduan warna-warna terang sekaligus lembut, seperti merah muda, kuning, hijau muda, dan biru muda.

Penciptaan Batik Renaissance pun bertujuan pula untuk menghidupkan kembali kegiatan para perajin batik yang kini cukup lesu di beberapa tempat di Indonesia, seperti Solo, Jawa Tengah.

Para perajin itu bekerja di bawah bimbingan Fusami Ito dalam mewujudkan batik berkualitas tinggi.

Dibanderol dengan harga cukup tinggi, Batik Renaissance memang ditujukan bagi para penggemar dan pengoleksi batik yang merupakan kalangan menengah ke atas.

Baru-baru ini pameran Batik Renaissance digelar di Plaza Indonesia, Jakarta, tepatnya pada Selasa dan Rabu, 13--14 Oktober 2015.

Produk yang dipamerkan tak hanya berupa kain batik pada umumnya, namun juga kain untuk kimono, pouch, sarung bantal, syal, dan lain-lain.

-

Arsip Blog

Recent Posts