Indonesia Adalah Pusat Populasi Ras Melanesia

Jakarta - Banyak orang masih mengira bahwa pusat populasi ras Melanesia ada di negara-negara Pasifik. Namun Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Kacung Marijan menegaskan, Indonesia adalah pusat populasi ras Melanesia. Guru besar FISIP Universitas Airlanggar Surabaya itu menuturkan, total ada sekitar 80 persen populasi ras Melanesia ada di Indonesia.

“Kenapa kok masih banyak yang mengira populasi Melanesia terbanyak di Pasifik, karena di Indonesia hanya menghitung Papua dan Papua Barat saja,’’ kata Kacung di sela paparan Festival Melanesia 2015 di Jakarta kemarin. Kacung menjelaskan bahwa ras Melanesia di Indonesia juga ada di Nusa Tenggara Barat (NTT), Maluku, dan Maluku Utara. Dia mengatakan jika ras Melanesia di Papua Barat, Papua, NTT, Maluku, dan Maluku Utara, maka bisa dipastikan bahwa Indonesia adalah pusatnya ras Melanesia.

Melalui festival yang digelar akhir bulan ini di Kupang, NTT, Kacung menjelaskan ingin menunjukkan kepada dunia posisi Indonesia. Dia menuturkan masyarakat internasional harus mengetahui bahwa Indonesia adalah pusatnya masyarakat ras Melanesia sekaligus ragam kebudayaannyaPernyataan Kacung itu diperkuat antropolog dari Unika Widya Mandira Kupang Dr Peter Gregorius Neonbasu. Dia menjelaskan bahwa jumlah ras Melanesia di Indonesia saat ini bisa mencapai 40 juta jiwa. “Sementara populasi ras Melanesia di negara-negara Pasifik hanya sekitar 8 juta,’’ katanya.

Arkeolog Prof Truman Simanjutkan mengatakan, secara umum hubungan ras Melanesia selama ini memang jarang terjadi gesekan budaya. Berbeda dengan hubungan satu ras antara masyarakat Indonesia dengan Malaysia (Melayu) yang sering gesekan kebudayaan. Menurut Truman ada nilai persaudaraan yang kuat dan masih dipegang teguh masyarakat ras Melanesia. Nilai persaudaraan itu mengikat mereka sebagai satu keluarga atau satu keturunan. Dengan ikatan persaudaraan yang kuat ini, maka tidak pernah terdengar sengketa budaya antara ras Melanesia di Indonesia, Papua Nugini, atau di negara-negara Pasifik.

Contohnya ketika Unesco menetapkan noken sebagai warisan budaya tak benda Indonesia beberapa tahun lalu. Sejatinya noken itu adalah sebuah tas terbuat dari kulit kayu yang tidak hanya dipakai orang Papua. Noken juga banyak digunakan oleh masyarakat Papua Nugini. ‘’Tetapi ketika noken ditetapkan sebagai warisan budaya dari Indonesia, masyarakat Papua Nugini tidak protes,’’ katanya. Dia berharap dengan digelarnya festival ini bisa semakin mempererat hubungan ras Melanesia lintas negara.

-

Arsip Blog

Recent Posts