Setelah 30 Tahun Tak Dilaksanakan, FMPST Gelar Ritual Ghatib Zaman

Meranti, Riau - Ritual Ghatib Zaman atau bagi masyarakat tempatan mengistilahkan dengan bele kampung. Ritual ini dilaksanakan dengan berjalan kaki sambil membacakan zikir. Selesai melaksanakan Salat Isya berjamaah, Jumat malam (16/10) ratusan warga telah berkumpul di depan Masjid Al Mujahidin di Simpang Jalan Dorak. Mereka membentuk barisan memanjang. Dipimpin oleh orangtua dan ustad, akhirnya mereka berjalan kaki ke Jalan Dorak.

Sepanjang jalan lafaz zikir diucapkan oleh ratusan orang tersebut. Setiap langkah demi langkah tiada henti mengucapkan zikir. Masyarakat terus berjalan menuju Sungai Jelotong yang berada di ujung Jalan Dorak, atau tepatnya di dekat pembangunan Pelabuhan Dorak yang dilakukan Pemkab Meranti. Setelah sampai ke Sungai Jelotong tersebut, doa pun dipanjatkan oleh seluruh masyarakat yang dipimpin oleh ustad.

Dalam doa tersebut masyarakat meminta agar Kepulauan Meranti, khususnya Kota Selatpanjang mendapatkan perlindungan dari Allah, dijauhkan dari bencana, dan hal-hal yang tidak baik. Kemudian diberikan keberkahan, kemakmuran kepada rakyat dan lain sebagainya. Setelah doa dipanjatkan dan diamini oleh ratusan masyarakat, lalu mereka bersalam-salaman, selanjutnya membubarkan diri dan melanjutkan aktivitas masing-masing.

Ritual ini telah ada puluhan tahun lalu. Namun menghilang begitu saja. Setidaknya sudah lebih kurang 30 tahun kegiatan ini sudah tidak dilaksanakan lagi. Kini ritual tersebut kembali dilaksanakan yang digagas oleh Forum Mahasiswa Pemuda Selatpanjang Timur (FMPST). Pada 2014 merupakan kali pertama dilaksanakan setelah 30 tahun menghilang.

Kini pada tahun kedua dilaksanakannya, ritual ini mendapatkan dukungan dari pemerintah. Mereka berharap kegiatan tersebut bisa terus dilestarikan. Ketua FMPST Andika mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk berzikir atau mengingat Allah sembari meningkatkan rasa kekompakan antarpenduduk desa, serta mengajak kepada para generasi muda untuk mengenal adat istiadat Melayu.“Tradisi ini adalah tradisi turun-temurun yang harus dilestarikan, dan Insya Allah ini akan menjadi kegiatan rutin,” ujarnya.

Dikatakannya, kegiatan ini memang pernah digelar pada 2014 lalu, namun tidak banyak yang mengikuti dikarenakan banyak masyarakat yang tidak mengetahui tradisi ini. Sementara itu Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Meranti H Ridwan Hasan SAg mengaku bangga dengan FMPST. Ia menyebutkan kegiatan ini untuk mempertahankan aset budaya Melayu sejak turun-temurun.“Ghatib bagaikan membersihkan diri, ritual yang dilakukan ini tak menyimpang dari ajaran Islam,” ucapnya.

Menurutnya kegiatan itu dilaksanakan untuk mendoakan agar segala bala dan hal-hal yang tidak baik dijauhkan dari masyarakat. Sehingga masyarakat bisa hidup tentram dan damai. Sementara itu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Askandar yang hadir mewakili Pj Bupati Edi kusdarwanto menilai, kegiatan tersebut merupakan hal yang positif dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif.

-

Arsip Blog

Recent Posts