Tiga Jejak Kejayaan Islam di Filipina

Jakarta - Islam pernah berjaya di Filipina selama beberap dekade, bahkan sempat menjadi agama mayoritas, hingga akhirnya kini hanya tersisa sekitar 5,1 juta Muslim berdasarkan sensus 2010, atau 11 persen dari total keseluruhan populasi negara tersebut.

Islam sudah hadir di Filipina sebelum kedatangan penjajah Spanyol dan Katolik Roma. Pada abad ke-14, pedagang Muslim di Filipina memperkenalkan Islam di bagian selatan hingga menyebar ke utara hingga Manila. Berabad-abad kemudian, Islam tetap menjadi bagian integral dari sejarah dan budaya negara tersebut sampai penjajah Eropa menduduki wilayah ini.

Pernah menjadi negara mayoritas Islam, Manila, Ibu Kota Filipina, memiliki beberapa peninggalan bersejarah Islam. Saat ini, Filipina merupakan negara sekuler, dengan gaya hidup sebagian besar masyarakatnya yang menjiplak seratus persen pada gaya hidup Amerika Serikat, walaupun penduduk Kristen Filipina tetap menggunakan nama-nama Spanyol.

Berikut sejumlah jejak kejayaah Islam yang masih bertahan hingga ini di Filipina:

Masjid Syekh Karim al-Makdum

Masjid yang terletak di Tubig Indangan, Simunul, ini didaulat sebagai masjid tertua di Filipina. Masjid yang berdiri pada 1380 M ini dibangun oleh Syekh Karim al-Makdum, saudagar Arab yang datang dan berdakwah di daerah tersebut.

Masjid ini merupakan pusat penyebaran Islam pertama di tanah Filipina. Beberapa tiangnya yang asli, masih tegak berdiri, berada di dalam bangunan masjid. Pusat Arkeologi Nasional menobatkan situs ini sebagai warisan bersejarah. Sedangkan, oleh Museum Nasional Filipina, masjid ini dicatat sebagai kekayaan budaya berupa benda.

Intramorus Walle City

Dalam bahasa latin, intramorus berarti dinding. Dinding yang dibangun pada abad ke-16 di atas lahan seluas 64 hektare ini merupakan cikal bakal Kota Manila. Bangunan yang semula berada di timur Kota Manila ini difungsikan sebagai pusat pemerintahan Spanyol dan diperuntukkan sebagai benteng pertahanan.

Di sekitar dinding raksasa ini, terdapat beberapa bangunan bersejarah, salah satunya Fort Santiago. Bangunan yang digunakan sebagai penjara ini dibangun oleh penguasa Islam, yakni Raja Sulaiman, pemimpin masyarakat Melayu.

Distrik Quiapo

Quiapo merupakan kota lama dan tempat permukiman Islam di Manila. Di daerah tersebut sudah banyak berdiri gedung-gedung pencakar langit. Di sinilah tempat pusat transaksi ekonomi cara Islam.

Konon, menurut sejumlah sumber sejarah, penamaan Kota Manila berasal dari kata fi amanillah yang berarti di bawah lindungan Allah SWT. Kota ini menjadi salah satu pusat perdangangan bangsa Filipina saat itu. Dan uniknya, sistem transaksi yang digunakan sejak awal adalah sistem Islam. Sistem ini pun masih dipraktikkan oleh sebagian pedagang di kawasan tersebut sampai sekarang.

-

Arsip Blog

Recent Posts