Kemenpar Gelar Lomba Kuliner di Makassar

Jakarta - ‎Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar menggelar event Lomba Kuliner berbahan ikan lokal dan "Makassar Culinary Night Ramadhan" pada Sabtu (4/7) di kawasan Balai Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Pariwisata Nusantara Kemenpar Raseno Arya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat, mengatakan, pada ‎ajang itu masyarakat tidak hanya bisa menikmati jajanan kuliner, tapi juga menyaksikan lomba kuliner yang pesertanya dari masyarakat setempat dan para chef.

Tercatat, sudah ada 15 chef dari hotel-hotel di sekitar Makassar yang dipastikan bertarung pada lomba kuliner dengan berbahan dasar ikan tersebut.

’Dengan ajang seperti lomba kuliner ini kami bisa menarik minat wisatawan yakni bisa meningkatkan capaian kunjungan 255 juta wisatawan nusantara dan 10 juta wisatawan mancanegara yang ditargetkan pada tahun ini. Apalagi sesuai arahan Pak Menteri (Menteri Pariwisata Arief Yahya), kami juga diminta untuk memperbanyak kegiatan wisata Ramadan,’ kata Raseno.

Di sisi lain, ujar Raseno, ‎untuk ‎mengundang lebih banyak pengunjung, ‎Kemenpar bersama Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar juga menggandeng Indonesia Chef Assosiation (ICA) agar ikut ambil bagian dalam cooking demo yang dibawakan oleh Chef Juna.

Di antara cooking demo itu, Chef Juna akan menampilkan coaching clinic ‎mengenai seluk beluk kopi mulai dari cara menentukan biji kopi terbaik, sampai teknik menyeduh untuk menghasilkan kopi yang enak.

Raseno ‎pun menargetkan dari kegiatan lomba kuliner dan Makassar Culinary Night Ramadhan bisa mempromosikan kuliner Indonesia, khususnya kuliner unggulan daerah dan memperkenalkan daya tarik Pesona Indonesia.‎ ’Apalagi, sektor kuliner selama ini ikut berkontribusi pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,’ ujarnya.

Tahun 2013 misalnya, sektor kuliner memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar Rp208,6 triliun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,5 persen dan mampu menyerap 3,7 juta orang dengan pertumbuhan rata-rata 0,26 persen. ’Kami optimistis ajang ini bisa mendorong sektor perekonomian masyarakat setempat,’ pungkas Raseno.

Pada kesempatan sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar Rusmayani Madjid menambahkan lomba kuliner dan Makassar Culinary Night Ramadan itu rencananya dibuka oleh Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuty dan ‎Walikota Makassar Mohammad Ramdhan pada Sabtu (4/7) .

Di ajang itu, penyelenggara selain menggelar lomba kuliner juga menyajikan sajian hiburan kesenian Islam dan menyediakan 40 tenant yang menyajikan berbagai makanan tradisional khususnya kuliner khas Kota Makassar. ’Masyarakat bisa mencicipinya sambil jalan-jalan sejak dibuka siang hari pukul 13.00 WIT hingga tengah malam,’ kata Rusmayani.

Masjid Agung Sultan Badaruddin Jejak Penyebaran Islam di Palembang

Palembang, Sumsel - Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin di Kota Palembang, Sumatera Selatan, merupakan masjid terbesar dan tertua, sebagai bukti sejarah penyebaran Islam di Bumi Sriwijaya itu.

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin atau Masjid Agung Palembang yang dibangun pada 1738 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I, adalah bagian dari peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam, kata H Kemas Abdul Hamid, pengurus masjid tersebut, Jumat.

Menurut dia, masjid agung yang merupakan bagian dari Kesultanan Palembang Darussalam ini berada di utara Istana di Belakang Benteng Kuto Besak, atau berdekatan dengan Sungai Musi kawasan 19 Ilir pusat Kota Palembang.

Sementara, konsep bangunan masjid memadukan keunikan arsitektur Eropa dan Tiongkok serta kebudayaan Melayu, terdiri atas dua bangunan utama, di mana bangunan pertama masjid berbentuk persegi empat berukuran 30 meter X 60 meter dengn luas 1.080 meter persegi, serta atapnya berbentuk limas melengkung dan lancip.

Sedangkan pada bangunan kedua dapat dilihat dari rupa jendela yang besar dan tinggi, pilar-pilar berukuran besar pada saat memasuki masjid memberi kesan kokoh penampilan khas Eropa.

Menurut dia, kesultanan Palembang Darussalam berperan penting dalam penyebarkan Islam hingga pelosok negeri. Bahkan Islam menjadi agama negara dan terus berkembang menjadi pusat kajian agama Islam melahirkan para ulama besar dalam menyebarkan siar Islam di masyarakat.

Ia menjelaskan, bangunan yang pertama kali adalah bangunan di depan menjadi masjid pertama dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I dan dahulu semua berbentuk kayu, sementara sisi kanan kirinya telah mengalami renovasi untuk pengembangan.

Pada tahun 2003 dan 2009 masjid agung ini ditetapkan sebagai Masjid Nasional menjadi salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah, karena memiliki peran penting sejarah besarnya siar Islam di Bumi Sriwijaya, katanya.

Australia Hibahkan Batik Aborigin ke Museum Tekstil

Jakarta - Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia di Jakarta akan menghibahkan batik Pekalongan Aborigin Yirrkala, ke Museum Tekstil Jakarta pada Selasa, 7 Juli 2015 mendatang.

Pada siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Jumat, 3 Juli 2015, hibah akan dilakukan terkait dengan pekan NAIDOC, atau peringatan Hari Aborigin dan Penduduk Kepulauan.

Pekan NAIDOC setiap Juli, ditujukan untuk merayakan sejarah, kebudayaan dan prestasi warga Aborigin, dan penduduk Kepulauan Selat Torres.

Tema untuk peringatan 2014 "Kita Semua Berdiri di Tanah yang Suci: Belajar, Hormati dan Rayakan”, menyorot hubungan spiritual dan budaya Aborigin dan Selat Torres dengan tanah dan laut.

Proyek batik Yirrkala merupakan kemitraan antara Pusat Kesenian Yirrkala di Bumi Arnhem Timur Laut, dengan bisnis pembuatan batik tradisional di Pekalongan, Jawa Tengah.

Yirrkala memberi gambar lukisan kulit kayu, yang dibuat seniman tertua Aborigin, Ronald Nawurapu Wunungmurra, yang memiliki hubungan leluhur dengan Makassar.

Rancang segitiga pada batik melambangkan ‘layar merah terkembang’, yang memperlihatkan hubungan antara Makassar dan penduduk Yolngu.

Duta besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson, berharap hibah batik dan lokakarya akan memperdalam hubungan antara warga Australia dan Indonesia.

Juga memupuk pemahaman lebih besar, tentang penduduk dan kebudayaan Aborigin dan Kepulauan Selat Torres.

Pemkot Siapkan Pasar Seni

Makassar, Sulsel - Pemerintah Kota Makassar dan Mall GTC Makassar menjajaki peluang kerja sama dalam bidang seni, budaya, dan kerajinan tangan dalam bentuk pasar seni Makassar yang didesain menjadi pusat seni budaya Makassar. Kerja sama itu nantinya memberikan kesempatan kepada pelaku seni, dan kerajinan tangan, termasuk usaha kecil dan menengah (UKM) di Makassar memiliki unit-unit toko siap pakai sebagai ruang pamer di Mall GTC.

Director GTC, Tumpal M. P. Silalahi mengatakan, kerja sama ini nantinya akan diperuntukan bagi para UKM pemkot, jika ada kegiatan kewirausahaan dan pameran karya seni dan kerajinan tangan. “Kami menyiapkan unlimited unit space bagi UKM Pemkot Makassar yang dapat dimanfaatkan sebagi ruang pamer hasil karya mereka. Space itu juga bisa dimanfaatkan oleh pelaku seni, dan kerajinan tangan,” ujar Tumpal, kemarin.

Tumpal menyampaikan, Mall GTC Makassar nantinya akan menyiapkan dua lantai untuk rencana kerja sama itu. Satu lantai digunakan sebagai ruang pamer, dan satunya lagi akan dimanfaatkan sebagai ruang workshop. Selain dapat berbelanja, pengunjung juga bisa menyaksikan langsung proses pembuatan suatu produk kerajinan tangan.

Menurutnya, pasar seni Makassar yang ditawarkan Mall GTC juga, nantinya juga akan memberikan ruang bagi pelaku seni untuk memasarkan dan mempromosikan karya mereka, sehingga mempunyai banyak kesempatan para anak mudah meluangkan bakatnya khususnya pecinta seni. ”Kami juga memeberi ruang bagi pecinta seni untuk promosikan karyanya agar bakat yang mereka miliki bisa tersalurkan dengan baik,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal menyambut baik tawaran kerja sama itu. Menurutnya kerja sama itu dapat memberikan ruang promosi dan pemasaran yang baik bagi hasil kerajinan tangan dan produk UKM Makassar. Apalagi jika dikembangkan sebagai pusat budaya, seni, dan kerajinan tangan berciri khas Makassar. “Intinya yang harus diperhatikan yakni pertama ruang pamer harus representatif dan terjangkau. Kedua, produk yang dipamerkan berciri khas Makassar,” tegasnya.

Ritual Bakar Tongkang: Rezeki Satu Tahun Ini di Darat dan di Laut

Bagansiapiapi, Riau - Warga etnis Tionghoa dari berbagai daerah bahkan mancanegara berdatangan menyaksikan ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Kamis (2/7/2015). Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman ikut mengarak replika tongkang yang kemudian dibakar.

Meskipun sedang menjalani ibadah puasa Ramadhan, Andi Rachman tampak bersemangat di tengah terik matahari. Keringat Plt Gubernur yang bercucuran sesekali dihapusnya dengan tisu.

Tidak hanya Plt Gubri, Bupati Rohil Suyatno, Danrem 031/WB Brigjen TNI Nurendi dan Kapolda Riau Brigjen Pol Bambang Dolly ikut mengarak replika tongkang tersebut.

Sepanjang jalan tempat diaraknya tongkang disesaki puluhan ribu warga Tionghoa baik dari Rokan Hilir, berbagai daerah di Indonesia hingga dari mancanegara. Mereka mengikuti ritual itu dengan memegangi dupa.

Tongkang diarak dari sebuah klenteng yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari tempat pembakaran. Selain mengarak tongkang, masyarakat Tionghoa juga mengarak berbagai ornamen kepercayaan mereka dan pawai budaya.

Ritual Bakar Tongkang bertujuan untuk mengenang para leluhur orang Tionghoa dalam menemukan Bagansiapiapi dan sebagai wujud syukur kepada Dewa Ki Hu Ong Ya. Ritual ini diadakan tanggal 16 bulan kelima penanggalan Lunar (Imlek) setiap tahunnya.

Belakangan, event Bakar Tongkang telah menjadi ikon dan andalan pariwisata Kabupaten Rokan Hilir yang mampu menyedot puluhan ribuan wisatawan dalam dan luar negeri setiap tahun.

"Kami dari Singapura, setiap tahunnya selalu berkunjung ke Bagansiapiapi untuk menyaksikan Bakar Tongkang," ujar A Yan, warga Tionghoa.

Pada hari itu, seluruh masyarakat Tiong Hoa di Kota Bagansiapiapi tak beraktifitas seperti biasanya. Toko-toko ditutup, perdagangan dihentikan sementara, demi mengikuti ritual Bakar Tongkang. "Semuanya ditutup untuk ikut ritual,"ujar seorang warga Rohil. Suprapto.

Kamis sore, tepat pukul 17.10 WIB, replika tongkang dibakar. Setelah beberapa saat, akhirnya tiang tongkang besar pertama jatuh ke arah darat.

Disusul beberapa menit kemudian tiang kedua yang jatuh ke arah laut. Dengan demikian, berdasarkan kepercayaan masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi, rezeki satu tahun ke depan berada di darat dan di laut.

Dengan demikian, maka di darat maupun di laut, masyarakat bisa memperoleh rezeki yang baik sesuai dengan kemampuan. Tentunya dengan bekerja keras.

"Dua-duanya berpotensi rejeki, baik darat maupun laut," kata seorang tokoh masyarakat Tionghoa Rokan Hilir, Siswaja Mulyadi.

Ia mengatakan, event Bakar Tongkang merupakan salah satu dari prioritas kegiatan nasional yang diikuti seluruh kelompok masyarakat dan kelompok klenteng-klenteng yang ada di Bagansiapiapi. Ini merupakan sebuah perwujudan warga Tionghoa Rohil dalam membangun dan mengembangkan Provinsi Riau.

"Sebagai wujud cinta dan terus membesarkan tanah air Indonesia, terutama Riau dan Rohil khususnya sebagai kampung halaman. Mereka hadir dan datang setiap tahun dari berbagai negara," tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, anggota DPRD Riau itu mengapresiasi kehadiran unsur Plt Gubri dan unsur Forkopimda Provinsi Riau.

Seni Tari dan Musik Yogyakarta Memukau Masyarakat Shanghai

Jakarta - Sebanyak 15 penari asal Yogyakarta tampil memukau di Tianlin Community Culture Center, Shanghai, Tiongkok. Dalam rangka misi kebudayaan, mereka menampilkan 6 tarian dan satu tarian kreasi.

"Pertunjukan tari dan musik tradisional Yogyakarta tersebut merupakan upaya diplomasi budaya untuk dapat memperkenalkan seni dan budaya Yogyakarta (Jawa) kepada masyarakat Shanghai," ujar Konjen RI Shanghai dalam keterangan tertulis yang dikirimkan oleh Konsul Pensosbud Faraiditto Suharyono, Rabu (2/7/2015).

Para artis tari profesional itu menampilkan 6 tarian, yakni Tari Sekar Pudyastuti, Beksan menak Rengganis Widaninggar, Tari Manggalatama, Tari Gebyar Batik, musik Gadhon Kuwi Apa Kuwi dan ditutup dengan tari kreasi baru Senyum Indonesia. Pertunjukan kebudayaan Yogyakarta tersebut diprakarsai oleh KJRI Shanghai dan Dinas Kebudayaan DIY.

Dalam pertunjukan yang diadakan pada 25 Juni 2015 itu disaksikan oleh 350 penonton. Salah satu diantaranya adalah Deputy Director General FAO Shanghai, Zhu Weiming.

Zhu Weiming menyampaikan apresiasi yang tinggi untuk pertunjukan tari dan musik tradisional Yogyakarta. Melalui kesempatan itu, dia berharap agar masyarakat Shanghai yang hadir dapat mengenal lebih dalam mengenai budaya Yogyakarta.

"Melalui pengenalan budaya ini diharapkan dapat menciptakan saling pengertian antara masyarakat kedua wilayah yang pada akhirnya dapat mendorong hubungan yang lebih baik antara Indonesia dan RRT," sambungnya.

Kedatangan misi kebudayaan Yogyakarta ini dalam rangka mendampingi kunjungan Delegasi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk berpartisi pada pameran Gift and Home Shanghai 2015 di Shanghai sebagai bagian dari program kerja bersama Yogyakarta-Shanghai untuk tahun 2015 dalam konteks kerjasama sister city.

Festival Dieng Jadi Agenda Tahunan, Ini Kata Gubernur Ganjar

Semarang, Jateng - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi rencana penyelenggaraan Festival Budaya Dieng (Dieng Culture Festival) yang ke-6 di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, pada 31 Juli hingga 2 Agustus mendatang.

“Meski awalnya hanya ritual pencukuran rambut anak gembel, tapi sekarang menjadi wisata tahunan yang luar biasa,” kata Ganjar Pranowo di sela-sela acara ulang tahun harian Kompas Jawa Tengah di Semarang.

Ganjar mengaku sudah menerima audiensi panitia dari Kelompok Sadar Wisata Dieng Pandawa. Ganjar berjanji akan sangat mendukung acara festival tersebut. Ganjar menyatakan salah satu kendala pelaksanaan Festival Dieng adalah minimnya fasilitas penginapan. Sebab, hotel atau losmen yang sangat minim di Dieng biasanya akan sangat penuh karena pengunjung festival akan sangat banyak. Maka, penginapan para wisatawan diusulkan menginap di tenda. “Jadi menginap di tenda itu bagian dari desain wisata,” kata Ganjar.

Maka tahun ini panitia penyelenggara menyediakan penginapan alternatif berupa camping ground untuk tempat berkemah wisatawan yang hendak mengikuti acara Dieng Culture Festival 2015.

Saat ini panitia penyelenggara di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, tengah bergiat untuk mempersiapkan perhelatan kebudayaan yang diperkirakan akan dikunjungi lebih dari 50 ribu orang. Tiket festival pun sudah mulai dipasarkan. Adapun penginapan atau homestay di Desa Dieng Kulon maupun Dieng Wetan bahkan telah dipesan oleh sejumlah biro wisata dan pengunjung.

Panitia juga telah menyediakan sumber informasi melalui Twitter @FestivalDieng dan website www.dieng.co untuk membantu informasi bagi para pengunjung yang berminat hadir di negeri atas awan itu.

Ganjar menyatakan selama ini nama Dieng sudah sangat terkenal. Namun asumsi banyak orang, Dieng itu hanya terletak di Wonosobo. Padahal, Dieng itu juga terletak di Banjarnegara. Karena itu, beberapa kabupaten yang berbatasan dengan Dieng akan diundang dalam festival.

Festival Dieng yang berlangsung selama tiga hari di kawasan Candi Arjuna di dataran tinggi Dieng. Dalam festival akan digelar berbagai agenda, seperti pertunjukan seni tradisi, napak tilas keliling dataran tinggi Dieng, minum purwaceng bersama sebagai minuman khas Dieng, penerbangan balon, pagelaran jazz atas awan, festival lampion, hingga puncaknya adalah acara ritual pencukuran rambut anak gembel.

Penyelenggara juga melibatkan kelompok warga dari sepuluh desa di kawasan dataran tinggi Dieng.

Perlu Dukungan untuk Kelas Bahasa Indonesia di Sofia

London, Inggris - Wakil Dekan Fakultas Classical and Modern Philology Universitas Sofia, Dr. Galina Rouseva Sokolova mengatakan kehadiran Kelas Bahasa dan Budaya Indonesia di Universitas Sofia sangat penting dan perlu mendapatkan dukungan.

Hal itu diungkapkan Dr. Galina Rouseva Sokolova, yang disampaikan setelah menyaksikan penampilan para mahasiswa pada acara penutupan Kelas Bahasa dan Budaya Indonesia Universitas Sofia tahun akademi 2014/2015, demikian Pensosbud KBRI Sofia Dina Mardiana kepada Antara London, Kamis.

Dr. Galina Rouseva Sokolova menyatakan kekagumannya dengan ke-antusias-an mahasiswa Kelas Bahasa dan Budaya Indonesia terhadap budaya Indonesia yang menampilkan pertunjukkan yang bertema "Cintai Budaya Indonesia",

Di luar dugaan, ternyata para pelajar dan mahasiswa sangat berbakat dan mampu membawakan tarian tradisional Indonesia dan lagu-lagu Indonesia, ujarnya. Dr. Sokolova juga menjelaskan bahwa sejak awal dirinya yakin bahwa Kelas akan mendapatkan perhatian khusus para mahasiswa.

Kegiatan yang diorganisir mahasiswa Kelas Bahasa dan Budaya Indonesia dengan bimbingan Dosen Maulana Mualim ini, diisi dengan penampilan mahasiswa membawakan tarian Indonesia, yaitu Ba Dinding, Pang pung dan Manuk Dadali serta penampilan musik angklung melantumkan lagu Bulgaria Detstvo Moe yang berarti Masa Kecilku.

Pada kesempatan itu juga digelar presentasi singkat tentang budaya, politik dan perkembangan Ekonomi Indonesia; presentasi singkat hubungan Indonesia dan Bulgaria; serta menyanyikan beberapa lagu Indonesia Bunda dari Melly Guslow, Tercipta Untukmu yang dipopulerkan penyanyi Ungu dan Sunny dari BCL yang dibawakan salah satu mahasiswa.

Hadir pada kesempatan acara tersebut Dubes RI dan Ibu Lia B. Saptomo, beberapa Dosen Universitas Sofia, mahasiswa Universitas Sofia lainnya, guru batik/tari Evawani Saadah Basri dan seniman/penulis Indonesia . Endang Basri Ananda yang juga membacakan beberapa puisi karangannya.

Sementara Dubes B. Saptomo, menyampaikan penghargaan kepada mahasiswa yang memilih Kelas Bahasa dan Budaya Indonesia sebagai "elective study" pada jurusan East, South and South-east Asia Fakultas Classical and Modern Philology Universitas Sofia. Dia juga menyampaikan penghargaan atas inisiatif mahasiswa menyelenggarakan acara seni ini.

Di akhir acara diserahkan sertifikat penghargaan kepada mahasiswa tersebut serta mahasiswa yang bergabung dengan tim kesenian KBRI mempromosikan Indonesia melalui tari dan musik angklung di beberapa festival/kegiatan budaya di Bulgaria.

Kelas Bahasa dan Budaya Indonesia di Universitas Sofia terdiri dari Kelas pemula dengan 16 murid untuk mahasiswa tahun pertama dan Kelas lanjutan dengan 17 murid untuk mahasiswa tahun kedua.

Sebagian mahasiswa kelas lanjutan menyampaikan keinginannya kepada pihak Universitas untuk dapat mempelajari bahasa dan budaya Indonesia hingga tahun terakhir, namun mengingat ketiadaan dosen tetap bergelar Doktor di Universitas Sofia, permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi.

Pihak KBRI dalam hal ini menyampaikan kesediaannya untuk menyediakan tempat di KBRI Sofia kepada para mahasiswa yang masih berminat berlatih angklung dan tari.

Maluku Akan Gelar Festival Duurstede

Ambon, Maluku - Berbagai tradisi Maluku yang sudah hampir menghilang akan kembali dihadirkan dalam kegiatan budaya Festival Duurstede yang direncanakan digelar di Desa Saparua, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, pada 21-23 September 2015.

"Festival ini memang tujuan utamanya adalah untuk menghidupkan kembali tradisi-tradisi kita di Maluku yang sekarang ini sudah mulai menghilang, bahkan banyak dari generasi muda kita mungkin tahu tapi tidak bisa melakukannya," kata Ketua Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) Maluku, Butje Tomaluweng, di Ambon, Selasa (30/6).

Ia mengatakan sesuai dengan namanya, Festival Duurstede yang digagas oleh Yayasan Ambonesia, Komunitas M-Tree, PAPPRI Maluku, dan Wonderful Indonesia, akan digelar di sekitar lokasi berdirinya benteng yang menyimpan kisah sejarah perang Pattimura, Benteng Duurstede.

Dalam kegiatan itu akan dilaksanakan bermacam-macam lomba dari yang berakar dari tradisi dan kehidupan sehari-hari masyarakat Maluku, di antaranya mengayam keranjang tempat mengumpulkan hasil panen cengkih dan pala yang dikenal dengan istilah kamboti, dan lomba bale papeda atau memasak papeda, makanan khas Maluku yang dibuat dari tepung sagu.

Meski terkesan mudah, kata Butje lagi, tidak semua orang dapat melakukannya, apalagi anak muda Maluku yang hidup di perkotaan.

Ia mencontohkan, lomba bale papeda misalnya, walau hanya diseduh dengan air panas kemudian tepung sagu diaduk-aduk, tapi jika takaran air tidak sesuai, suhu air tidak di atas 100 derajat Celcius dan proses mengaduk tidak tepat, maka tepung sagu tidak akan mengental dan tercampur dengan benar.

"Membuat papeda ada caranya, diaduk dan dibolak-balik pun harus menggunakan gata-gata (semacam alat penjepit untuk menggoreng, dibuat dari bilah bambu yang dipotong halus kemudian dibelah menjadi dua bagian), bukan dengan sendok," ucapnya.

Butje menambahkan lagi, selain perlombaan yang berakar dari kehidupan sehari-hari orang Maluku, pihaknya juga akan melombakan kesenian suling bulu (bambu) yang pada masa lampau digunakan dalam upacara-upacara adat maupun ibadah di gereja, namun sudah saat ini tidak ada lagi.

"Dulu sebelum terompet, saksofon, dan alat musik semacamnya masuk ke Maluku, suling bambu sangat populer digunakan dalam berbagai upacara, tapi kemudian diganti dan sudah tidak digunakan lagi hingga saat ini," ucapnya.

Masjid Raya Nur Alam dari Filosofi ’Tali Berpilin Tiga’

Jakarta - Masjid yang didominasi warna kuning ini menjadi saksi bisu perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura di Riau daratan, serta muasal berdirinya Kota Pekanbaru. Rumah ibadah seluas 60 X 80 meter persegi di Senapelan ini dikenal dengan nama Masjid Raya Nur Alam, yang diambil dari nama kecil pendiri Kota Pekanbaru, Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah bergelar Marhum Bukit yaitu Raja Alam.

Pada 1762 Sultan Alamuddin memindahan kerajaan Siak Sri Indrapura dari Mempura Besar ke Bukit Senapelan. Bukit Senapelan selanjutnya dikenal sebagai Kampung Bukit. Dalam tradisi Melayu, sebuah istana kerajaan hendaknya dilengkapi balai rapat dan masjid. Tradisi itu merupakan perwujudan dari filosofi “Tali Berpilin Tiga”, dasar sebuah tata masyarakat Melayu adanya unsur pemerintah, adat, dan agama.

Di masa Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah (1766-1779), komplek kerajaan ini mengalami kemajuan pesat. Sebagai sebuah pusat pemerintahan, dibangunlah sarana pasar yang saat itu disebut sebagai “Pekan.” Bangunan itu kemudian dinamai “Pekan Baharoe” kemudian menjadi Pekanbaru sampai saat ini.

Bangunannya telah mengalami beberapa kali perubahan dari masjid awal yang berukuran kecil dan terbuat dari kayu. Namun, arsitekturnya hingga saat ini masih dipertahankan keasliannya.

Revitalisasi masjid ini terbagi dalam tiga zona, yaitu zona satu berupa masjid sebagai tempat ibadah, zona dua adalah Islamic Center mewakili balai kerapatan, dan zona tiga merupakan pelabuhan mewakili area istana. Ketiga zona tersebut perwujudan filosofi “tiga berpilin” yang menjadi napas Kerajaan Melayu pada umumnya.

Di area masjid terdapat sebuah sumur tua yang cukup dalam dan diyakini dapat menjadi penawar berbagai penyakit. Pengunjung pun bisa berziarah ke komplek makam Raja Siak, Sultan Alamuddin.

Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, pada bulan tertentu, Masjid Raya ini pun dijadikan sebagai salah satu obyek wisata religi andalan Kota Pekanbaru. Wisatawan domestik maupun luar negeri kerap berkunjung ke masjid kuno ini.

Saung Angklung Udjo Diundang ke Paris

Bandung, Jabar - Saung Angklung Udjo diundang tampil pada puncak peringatan ulang tahun ke-69 Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di Paris, Prancis, tanggal 4 November mendatang.

"Kami akan mengisi salah satu sesi performance pada acara puncak di sana," kata Sam Udjo dari Saung Angklung Udjo di Bandung, Rabu.

Ia menjelaskan bahwa sejak ditetapkan sebagai warisan budaya dunia UNESCO lima tahun lalu, baru tahun ini angklung bisa ditampilkan di markas organisasi dunia itu.

Sam mengatakan Saung Angklung Udjo ingin menampilkan pertunjukan angklung interaktif, dengan melibatkan para penonton, di ajang itu namun penyelenggara tidak bisa menyediakan cukup waktu.

"Waktunya sangat padat karena kami tampil dengan sejumlah musisi internasional lainnya di sana, sehingga kami akan tampilkan dengan angklung dan orkes arumba," kata Sam.

Selain tampil di Paris, dalam waktu dekat tim Saung Angklung Udjo juga akan pentas di beberapa negara seperti Jepang, Amerika Serikat dan Korea Selatan.

"Juli nanti akan tampil di Jepang, sedangkan September jadwalnya tampil di Amerika Serikat dan Korea Selatan," katanya.

Ia menambahkan, Saung Angklung Udjo rata-rata mendapat undangan pentas 20 sampai 25 kali per bulan untuk menampilkan pertunjukan angklung interaktif maupun orkestra arumba atau alunan rumpun bambu.

"Kami memiliki beberapa tim untuk memenuhi jadwal itu," katanya.

Festival Lampu Colok Mandau 2015 Digelar pada 26 Ramadhan

Duri, Riau - Dalam waktu dekat, seluruh masyarakat Mandau akan merayakan semarak Ramadhan dengan kegiatan Festival Lampu Colok 2015. Kegiatan tahunan itu seperti biasa diadakan oleh UPT Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Mandau.

Kabar baik itu disampaikan langsung oleh Ka UPT Disbudparpora Mandau Asaluddin Boegis, Rabu (1/7). Bahwa kegiatan rutin tahunan itu akan dilaksanakan pada 26 Ramadhan atau malam 27 nanti.

"Insya Allah, pada tahun ini Festival Lampu Colok akan diselenggarakan pada tanggal 26 Ramadhan nanti," ungkapnya.

Disampaikannya juga, pemasangan lampu colok merupakan bagian tradisi masyarakat Melayu. Tradisi itu berawal dari keinginan masyarakat untuk memberikan penerangan sepanjang Ramadhan.

Kegiatan itu kemudian dijadikan sebagai bagian syiar Islam dengan memanfaatkan hiasan-hiasan lampu yang bernuansa islami. Baik dengan menduplikasi model masjid, kaligrafi, dan lain sebagainya.

Ashaluddin berharap, diselenggarakannya Festival Lampu Colok dapat mengajak peran serta seluruh masyarakat kelurahan dan desa untuk terlibat di dalamnya.

"Dengan diadakannya kegiatan ini, kita berharap kepada kelurahan dan desa termasuk organisasi kemasyarakatan yang ada untuk mengikuti festival ini," harapnya.

Dijelaskannya juga, pihaknya sudah menyiapkan beragam hadiah sebagai ganjaran setiap peserta yang terlibat. "Panitia dari Dinas Pariwisata akan menyiapkan hadiahnya. Mulai dari Juara Pertama sampai Juara Keempat," tandasnya.

IPPMBR Perkenalkan Budaya Banjar

Tembilahan, Riau - Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Banjar Riau (IPPMBR) Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) mengupayakan agar berbagai budaya Suku Banjar bisa dikenal kembali di tengah-tengah masyarakat.

Menurut Ketua IPPMBR Inhil, Jamaluddin, saat ini banyak budaya Banjar nyaris punah karena dilupakan. Ke depan hal itu diharapkan tidak sampai terjadi lagi. Maka dari itu ia mengajak masyarakat Banjar bersatu dalam pengenalan budaya mereka. “Masyarakat Suku Banjar yang ada di Inhil terbilang sangat banyak. Maka kita sayangkan kalau sampai budaya tersebut hilang begitu saja,” katanya, kemarin.

Sekadar diketahui bahwa Suku Banjar memiliki budaya yang kental dan tetap dijaga secara turun temurun hingga sampai kepada generasi terkini. Namun faktanya banyak generasi muda nyaris tidak paham dengan apa itu budaya asli Banjar.

Beberapa budaya Suku Banjar yang akan dihidupkan kembali seperti silat pengantin, pengantin beusung, pengantin sahur, makan betalam, madihin dan lain sebagainya. Di antara budaya itu sangat kental dengan kehidupan dan tradisi para leluhur Suku Banjar di masa lalu.

“Kami akan mengenalkan budaya-budaya Banjar ini dengan cara membuat kegiatan seniman yang terjun langsung ke masyarakat, khusunya para generasi muda,” jelasnya.

Sebelum memperkenalkan budaya Suku Banjar, lanjut Jamaluddin, yang mesti disosialisasikan kepada masyarakat tentang keberadaan organisasi IPPMBR. Dengan demikian hal itu bisa mempererat tali persaudaraan antara sesama Suku Banjar.

Mahasiswa Korea Belajar Bahasa Indonesia di Unhas

Makassar, Sulsel - Sebanyak 19 mahasiswa Hankuk University of Korean Studies Seoul belajar bahasa Indonesia di Universitas Hasanuddin (Unhas). Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA menerima mereka, Selasa 30 Juni kemarin. Rencananya mereka berada di Unhas selama tiga pekan dan belajar seni tari, budaya lokal, dan mengunjungi objek budaya.

Hankuk University dan Unhas sudah lima tahun menjalin kerja sama. Unhas setiap tahun mengirim dosen mengajar bahasa Indonesia di universitas tersebut.

Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu mengharapkan mahasiswa Korea mengunjungi fasilitas Unhas seperti Kampus Kehutanan Bengo­Bengo di Kabupaten Maros. Dalam kunjungan tersebut, turut hadir Dr Nunding Ram MEd yang dulu merupakan dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas dan sekarang bekerja sebagai dosen di Hankuk University.

Masyarakat Melayu Harus Jaga Bahasa Indonesia untuk Persatuan

Jakarta - Masyakarat Melayu harus menjadi motor penjaga keutuhan NKRI dengan menempatkan kembali bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Diabaikannya penggunaan bahasa Indonesia secara formal ataupun tidak dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia lambat laun akan menghancurkan NKRI dari dalam. Selain itu masyarakat Melayu harus mendorong aksi kritisi terhadap televisi, radio ataupun media publik yang secara sengaja mengabaikan penggunaan bahasa Indonesia.

Demikian ditegaskan oleh H Irwan Djamaluddin, Ph.D lulusan Universitas Kyoto, Jepang dalam penjelasannya tentang eksistensi bahasa Indonesia, Selasa (30/6/2015). Dalam penjelasannya, mantan dosen luar biasa Universitas Indonesia itu juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap pemerintah yang tidak memperhatikan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

“Bahasa Melayu merupakan bahasa induk dari bahasa Indonesia, yang adalah bahasa persatuan baik secara politis ataupun sosial. Dengan demikian masyarakat Melayu harus menjadi pejaga utama untuk dipastikannya bahasa Indonesia tetap digunakan oleh bangsa ini sebagai bahasa persatuan. Jika Indonesia terpecah itu karena bahasa Indonesia sudah tidak dihargai jati dirinya,” ujar Dosen Tetap Universitas Dharma Persada itu.

Kehidupan bergaya modern, dijelaskan lebih lanjut, seharusnya tidak menghilangkan bahasa persatuan dan menggantikan bahasa bangsa lain. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan digunakan oleh bangsa Indonesia dengan berdasar pada Sumpah Pemuda Kedua pada tahun 1928. Sementara pada Sumpah Pemuda Pertama, bahasa yang digunakan dalam sidang masih bahasa Belanda.

“Menurut saya, tidak dijaganya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan inilah yang kemudian mendorong terpecahbelahnya visi dan misi persatuan bangsa Indonesia. Yang digunakan sekarang ini oleh bangsa Indonesia ada dua yakni bahasa politik dan bahasa hukum. Bahasa Indonesia yang merupakan alat komunikasi perjuangan diabaikan begitu saja oleh para elit politik,” ujar pria kelahiran Tanjung Pinang ini.

Menurut tokoh pemekaran Kabupaten Anambas, Kepulauan Riau ini, bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang didalamnya termuat kesantunan, kesopanan, tata pergaulan dan tata budaya yang oleh para pendiri bangsa diakui akan menjadi alat komunikasi politik yang efektif dalam perjuangan. Sehingga berdasarkan analisa dosen sejarah dan budaya ini, perpecahan terjadi di elit politik karena bahasa komunikasinya bukanlah bahasa Indonesia.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) – dari wartawan, oleh wartawan dan untuk Indonesia, menjelaskan ada kecenderungan bahasa Indonesia akan ditinggalkan oleh generasi baru. Mereka lebih merasa “berklas” dengan menggunakan bahasa asing dibanding dengan menggunakan bahasa Indonesia sekalipun di negerinya sendiri. Sementara bangsa lain lebih mencintai bahasanya sendiri sebgai bentuk penghormatan dan menjaga martabat bangsanya sendiri dan mengambil sikap tidak menggunakan bahasa Indonesia sekalipun berada di Indonesia.

“Prancis, Belanda, Jerman, Rusia, Jepang, China, Italia sebagai misal, senantiasa menggunakan bahasanya sendiri tidak peduli seberapa hebat bahasa bangsa lain. Mereka tidak peduli apakah bangsa lain mengerti bahasanya atau tidak. Prancis tidak mau menggunakan bahasa Inggris, meskipun bahasa ini dianggap sebagai alat komunikasi internasional. Menggunakan bahasa sendiri sama dengan menjaga martabat dan kehormatan bangsa,” ujar Konsultan Komunikasi Politik itu.

Pemerintah harus segera merevitalisasi, demikian Putut Prabantoro menegaskan, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Keterlambatan dalam merevitalisasi bahasa Indonesia akan menggeser bahasa Indonesia dari bahasa persatuan menjadi bahasa komunikasi.

“Bahasa Indonesia bukan sekedar bahasa komunikasi. Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang penggunaannya menggunakan sumpah. Jangan sampai bahasa Indonesia akan menjadi sejarah dalam beberapa dekade lagi karena dianggap tidak bergaya oleh bangsanya sendiri,” tegas Konsultan Komunikasi Publik Bakamla RI ini.

Tari Saman Aceh Ikut ke Pentas Dunia di Inggris dan Jepang

Jakarta - Sanggar Seni Gema Citra Nusantara (GCN) bekerja sama dengan Kiny Tours yang memiliki lisensi Internasional, membawa nama Indonesia ke Pentas Seni Dunia lewat kesenian tradisional, yakni tari Saman dari Aceh. Rencananya tari Saman akan diikutsertakan dalam festival di Inggris dan Jepang.

"Indoensia memang kaya akan seni budaya. Mulai dari busana hingga kuliner. Musik tradisional dan tari pun sangat beragam. Tidak heran, jika masyarakat dunia selalu tertarik dengan seni budaya Indonesia. Demikian juga dengan penampilan tari Saman, pasti sudah dinantikan masyarakat asing," kata etnomusikolog Franki Raden, yang pernah bekerja sama dengan GCN saat ditemui di kawasan Jalan Wijaya, Kebayoran, Jakarta Selatan.

GCN memang sudah sering menampilkan seni budaya Indonesia di tingkat internasional. Di antaranya pada Jeonju International Arts Festival, Korea, Oktober 2014. Tari yang pernah diangkat GCN antara lain dari Aceh, Sumatera Barat, Melayu, Betawi, Jawa Barat, Bali, Kalimantan, Sumatera Selatan, dan beberapa daerah lainnya, sedara bergiliran. Sering juga tari tradisional dimodifikasi sehingga lebih menarik. Selama ini GCN mengandalkan koreografer Mira Arismunandar, slumni Sospol Unpad, puteri mantan Rektor ITB dan Mendikbud Wiranto Arismundandar

Dengan kelangan artis/seniman di luar Franki Raden dan Cinta Swittins, GCN pernah membuka kerja sama dengan Mario Ginanjar ‘Kahitna’ dalam pergelaran tari musik di Hongkong, dan Tompi tampil menyanyi lagu Aceh untuk mengisi musik pada tari Rapai Kipah, yang digelar di Kota Baru Parahyangan, Bandung, tahun 2012. “Bagi kami, ini sebuah pengalaman luar biasa, sebelum tampil kembali di Inggris, Cina dan Jepang berturut-turut pada bulan Juli, Agustus dan Oktober 2015 nanti,“ kata Mira.

Di Samosir, Kue Panungkup Sudah Jarang Ditemukan

Samosir, Sumut - Suku Batak memiliki banyak keanekaragaman budaya di dalamnya. Nilai-nilai seni dalam budaya batak juga cukup unik. Namun ternyata, selain budaya, batak juga memiliki banyak jenis makanan kuliner yang luar biasa nikmatnya. Demikian kata N. Pela Br. Nadeak seorang pedagang makanan kuliner di pangururan samosir.

Disebutkannya, Ada banyak makanan andalan batak, misalnya Ikan Arsik, Manuk Na Pinadar, Pohul-Pohul, Mi Gomak, Lappet, Ikan Bakar dan banyak lagi.

Akan tetapi saat ini, ada makanan kuliner yang sejak dahulu ada kini sudah jarang ditemukan. Makanan itu adalah "kue panungkup".

"Untuk makanan kuliner yang satu ini sudah jarang ditemukan, bahkan sangat jarang. Padahal dulu, Panungkup termasuk kue andalan dan juga sering menjadi makanan serapan pagi orang batak." ucap Boru Nadeak.

Diteruskannya, Kue Panungkup merupakan salah satu makanan yang sangat diminati. Bahan baku alaminya membuat makanan tersebut menjadi sebuah ciri khas di dalamnya.

"Ini terbukti, setiap hari saya jual kue ini, dan belum pernah tidak laku. Semua panungkup yang saya jual seberapun banyaknya pasti habis, karena banyak sekali peminatnya. Bahkan kadang sebelum pukul 08.00 pagi, kue tersebut sudah laku terjual." ujar Warga Tanah Lapang itu.

Panungkup tambahnya, merupakan makanan khas batak yang sudah ada sejak jaman dahulu kala. Panungkup dibuat dari campuran itak (tepung beras-red) dengan tuak sebagai pengembangnya. Adonan campuran itu kemudian digoreng dengan cara ditelungkupkan beberapa menit sampai akhirnya masak, bentuknya yang bulat dan gembung mirip telur yang digoreng memanbah daya tarik makanan itu.

"Umumnya, dulu jika kalau pembuatan lappet selalu beriringan dengan pembuatan kue panungkup ini. Kemudian menikmati panungkup nikmat jika dibarengi dengan minuman baik kopi maupun teh manis" jelasnya sambil tersenyum.

Gelar Batik Nusantara 2015: Ajang Promosi dan Pelestarian Warisan Nasional

Jakarta - Gelaran batik terbesar di Iindonesia, Gelar Batik Nusantara (GBN) yang dimulai Rabu (24/6) hingga Minggu (28/6) di Jjakarta Convention Center (JjCC), Jakarta, menampilkan lebih dari 350 perajin, pengusaha dan kolektor batik terbaik nusantara.

Terdapat 14 desainer ternama yang akan turut memeriahkan ajang promosi batik terbesar dan terlengkap tersebut. Di antaranya Danar Hadi, Parang Kencana, Carmanita, Ghea Pangabean, Lenny Agustin, Barli Asmara, Didiet Maulana.

Pameran dari Yayasan Batik Indonesia (YBI) ini menampilkan beragam batik, termasuk batik Pakualaman, Cirebon, hingga batik-batik dari kawasan timur Indonesia, yakni Papua. GBN 2015 juga diisi simposium. Tema yang diangkat antara lain menyangkut perlindungan batik Nusantara serta batik di kalangan generasi muda.

GBN adalah suatu kegiatan pameran batik tingkat nasional yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali oleh YBI sejak 1996. Ketua Panitia Penyelenggara, Ratna Djoko Suyanto, memaparkan bahwa GBN tahun ini bertema “Batik Pemersatu Nusantara” karena dikenakan oleh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Batik, selain sebagai warisan budaya, juga merupakan alternatif mata pencarian sehingga kesejahteraan para pebatik bisa meningkat apabila ada kepedulian masyarakat untuk mengenakan batik, bukan tekstil cetak bermotif batik.

“GBN 2015 bertujuan memperluas promosi produksi batik hasil karya pembatik di Indonesia. Acara ini diharapkan dapat lebih memperkenalkan batik sebagai ikon nasional yang bisa mewakili Indonesia, baik dalam ataupun luar negeri,” kata Ratna Djoko Suyanto.

Sementara Putri Indonesia 2015, Anindya Kusuma Putri yang turut hadir dalam jumpa pers merasa bangga menjadi duta dalam mengajak kalangan generasi muda untuk melestarikan batik, karena batik merupakan warisan nusantara Indonesia.

“Batik bisa dipakai kapan pun dan di mana pun,” ujar Anin. Karena itu, wanita yang akrab disapa Anin ini ingin mengajak seluruh generasi muda Indonesia untuk melestarikan dan mau memakai batik.

Untuk menunjukkan komitmen menghargai para pebatik, GBN juga telah memberi penghargaan dan hadiah uang tunai kepada enam pebatik yang telah membaktikan diri selama lebih dari 40 tahun.

Penerima penghargaan tersebut adalah Zubaidah, Siti Zainab, dan Saodah dari Pekalongan, Jawa Tengah; Sukanta dari Cirebon, Jawa Barat; serta Suryati dan Surajiem dari Yogyakarta. Selain itu, terdapat pula penghargaan untuk pebatik muda berprestasi, yaitu Afif Syakur, generasi keempat dari pebatik Pekalongan.

Sementara anugerah tertinggi, yakni Kriya Pusaka, diberikan kepada Larasanti Suliantoro Sulaiman. Salah satu jasa Larasanti ialah membangun paguyuban batik di Kebumen, Yogyakarta, Tegalrejo, dan Pekalongan.

Wapres Jusuf Kalla dalam pidato sambutannya menuturkan bahwa batik tidak lagi eksklusif milik masyarakat Jawa, tetapi harta nasional. “Batik telah merambah ke tingkat internasional dan telah menjadi hal yang lebih luas dari yang kita kenal sebelumnya. Kini perkembangan seni membatik ada di seluruh daerah di Nusantara. Buktinya tiap daerah kini memiliki ciri khas batiknya sendiri,” tuturnya.

Menurutnya, popularitas batik saat ini tidak lepas dari peran para tokoh bangsa dan tokoh internasional dalam memperkenalkan batik. Ada Pak Harto yang mengenakannya di APEC hingga Ali Sadikin yang juga ingin batik jadi pakaian resmi.

“Tokoh internasional yang juga turut memperkenalkan batik ke dunia internasional adalah Nelson Mandela. Ia menggunakan batik pertama kali di sidang PBB. Kita hormati Mandela yang memakai batik dalam forum internasional,” ujar Kalla.

Lebih jauh Wapres menjelaskan bahwa batik adalah pakaian yang memiliki variasi harga dari yang termurah mulai dari 25 ribu hingga yang termahal hingga 25 juta rupiah. Tetapi Wapres mengingatkan bahwa pakaian batik memerlukan kreativitas, karena anak-anak muda ingin batik yang lebih modern, mereka tidak mau yang bergaya klasik. “Jadi kita harus kreatif, kalau kita tidak bisa penuhi ini, kita bisa kalah dari Tiongkok,” ucap Wapres.

Menteri Perindustrian Saleh Husin yang turut hadir juga menerangkan bahwa di Indonesia terdapat 39.000 industri kecil-menengah yang bergerak di bidang batik dengan serapan tenaga kerja sebanyak 900.000 orang.

“Kendala yang dihadapi industri batik adalah jumlah produksi damar (getah pinus) menurun. Padahal, damar dibutuhkan sebagai salah satu agen pewarna. Meski begitu, sekarang sudah diciptakan mesin yang bisa mengolah sisa-sisa damar yang sudah digunakan agar bisa dimanfaatkan kembali,” ujarnya.

Lestarikan Keaslian

Batik merupakan salah satu karya seni kerajinan tradisional yang mengandung nilai-nilai kultural dan estetika yang tinggi serta memuat hal-hal yang merepresentasikan nilai-nilai simbolis dan filosofis masyarakat pemiliknya.

Di Indonesia, batik mempunyai sejarah yang panjang dan telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Di samping menjadi kekayaan budaya dan kebanggaan masyarakat, batik juga telah menjadi identitas nasional.

Kini, batik juga sudah dianugerahkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) kepada Indonesia.

Namun sayangnya sebagian masyarakat belum sepenuhnya mendukung keaslian batik itu sendiri, hal itu terlihat dari membanjirnya tekstil cetak bercorak di pasaran yang dijual dengan nama batik. Padahal, tanpa ada pelestarian dan perlindungan, anugerah tersebut bisa dicabut.

Penilaian itu disampaikan Dekan Fakultas Batik Universitas Pekalongan, Jawa Tengah, Zahir Widadi.

“Ada transmisi nilai budaya dalam proses pembuatan batik. Kain pabrikan yang tidak memiliki pendekatan filsafat seperti ini praktis tidak bisa dikategorikan sebagai batik,” katanya.

Batik merupakan tradisi lisan karena diturunkan melalui budaya verbal kepada generasi muda. Tradisi ini juga merupakan bagian dari kebiasaan sosial karena setiap kegiatan menggunakan batik dengan corak-corak tertentu. Batik juga karya kerajinan tangan.

Larasati Suliantoro Sulaiman, pendiri paguyuban batik Sekar Jagad, juga mencemaskan mayoritas pebatik yang berumur di atas 40 tahun. Generasi muda jarang yang mau berkecimpung di dunia tersebut.

“Kalau tidak ada jaminan pelestarian batik untuk masa depan, bisa-bisa anugerah UNESCO dicabut,” lanjutnya.

Jika ingin melestarikan batik, masyarakat bisa membeli batik, bukan tekstil bercorak produk pabrik.

“Bahan baku, bentuk, dan variasi corak batik jauh lebih berkualitas. Nilai-nilai filosofisnya diturunkan dalam sehelai batik,” kata Handy Hartono, perancang busana batik.

Wakil Ketua Panitia GBN 2015 Titiek Djoko menuturkan, upaya pengembangan batik akan berhasil apabila generasi muda pun berminat memakai dan bahkan memproduksi batik.

“YBI terus berupaya mengedukasi pembatik dan juga masyarakat soal batik. Hal ini antara lain diperlukan agar mereka mengenal batik dan tidak terkecoh dengan tekstil bercorak batik,” tuturnya.

Fokus Revitalisasi dan Optimalisasi Keraton Kasepuhan

Cirebon, Jabar - Berkeliling dalam Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, serasa masuk ke mesin waktu. Aura abad ke-15 masih terasa.

Arsitektur bangunan terlihat megah seperti pada zamannya. Tidak heran jika dunia melalui UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB) mengagumi Keraton Kasepuhan karena masih terjaga keasliannya selama 563 tahun.

Mendengar penilaian itu, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadingrat menyatakan bangga. Dia menjelaskan, Keraton Kasepuhan adalah life monument. Artinya, Keraton Kasepuhan adalah bangunan yang masih hidup hingga saat ini. Baik dari segi bangunan maupun tradisi seni dan budayanya.

’’Keraton Kasepuhan adalah satu-satunya keraton tertua yang masih ada dan berdiri kukuh sampai sekarang. Sezaman dengan Kerajaan Demak. Tapi, sekarang di Demak sudah tidak ada keraton, hanya ada Masjid Demak,’’ ujarnya.

Untuk menjaga dan merawat cagar budaya peninggalan leluhur itu, sejak masa kepemimpinannya, Sultan Sepuh memfokuskan dua program. Yakni, revitalisasi dan optimalisasi Keraton Kasepuhan. Pada 2013, dilakukan konservasi Siti Inggil, sedangkan pada 2014 Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Astana Gunung Jati.

’’Ini dilakukan untuk mempertahankan, menjaga, dan merawat keaslian bangunan-bangunan di Keraton Kasepuhan. Saya juga berharap agar masyarakat Cirebon bisa menjaga dan melestarikan peninggalan leluhur ini dengan bijak,’’ ungkap Sultan Sepuh.

Selain menjadi tempat pelestarian budaya, jelas dia, Keraton Kasepuhan masih mengadakan berbagai acara tradisi setiap tahun. Salah satunya, panjang jimat. Panjang jimat adalah acara yang diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Keraton Kasepuhan berlokasi di Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Keraton Kasepuhan didirikan pada 1452 oleh Pangeran Cakrabuana. Pangeran Cakrabuana bersemayam di Dalem Agung Pakungwati. Dulu Keraton Kasepuhan bernama Keraton Pakungwati.

Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Dia wafat pada 1549 dalam Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Nama Ratu Dewi Pakungwati diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama keraton, yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

Keraton Kasepuhan saat ini terdiri atas berbagai bangunan, mulai bangunan pada abad ke-15 hingga abad ke-21. Bentuk fisik bangunan Keraton Kasepuhan pun masih asli dan terjaga.

Tradisi Mungguhan di Fiesta de Ramadhan Diaspora Indonesia Madrid

London, Inggris - Tradisi masyarakat Jawa Barat yang dikenal dengan Mungguhan yakni acara makan bersama seluruh anggota keluarga, kerabat dan sahabat untuk saling bermaafan dan mengungkapkan rasa syukur menyambut bulan suci Ramadhan digelar di Fiesta de Ramadhan yang diselenggarakan di KBRI Madrid.

Fiesta de Ramadhan, dimeriahkan dengan kehadiran ratusan tamu yang terdiri dari diaspora Indonesia, korps diplomatik negara-negara Islam, jurnalis media kuliner dan chef, demikian Pensosbud KBRI Madrid, Nona Siska Noviyanti kepada Antara London, Selasa.

Duta Besar RI di Madrid, Yuli Mumpuni Widarso, menyampaikan sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia mempunyai tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi tersebut sangat menarik karena tiap daerah atau suku berbeda. Seperti Mungguhan di Jawa Barat, Meugang di Aceh, Dugderan di Semarang, Apeman di Surabaya, dan banyak lagi.

Pada Fiesta de Ramadhan tersebut digelar tradisi Mungguhan Jawa Barat dan disajikan aneka ragam menu tradisional Indonesia. Kolak dipilih sebagai menu pembuka karena konon berasal dari kata Al Kholik. Kolak yang dimakan pada saat berbuka puasa selalu didahului dengan doa syukur kepada Al Khalik. Kolak dibuat manis karena ajaran Nabi Muhammad SAW yang mencontohkan kebiasaan berbuka puasa dengan makanan yang manis untuk mengembalikan energi. Kolak dapat dikatakan sebagai makanan khas bulan Ramadhan di Indonesia.

Sementara itu, untuk menu utamanya, dipilih yang mengandung makna, yakni untuk makanan pembukanya dipilih Bakwan Malang dengan bakso daging bulat-bulat yang merupakan simbol dari tekad yang bulat umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Fiesta de Ramadhan dalam tradisi Mungguhan tersebut merupakan kegiatan promosi warisan budaya kuliner Indonesia, khususnya kuliner tradisi Ramadhan. Rangkaian acara Fiesta de Ramadhan diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran oleh Muhammad Hiyar, staf KBRI Madrid dan tausiah Ramadhan oleh Ir. Mohammad Risdaya, teknisi senior dari Airbus, berlangsung dengan khidmat.

Suasana berubah meriah setelah Adzan Maghrib. Para tamu ramai saling memberi komentar tentang makanan yang disantap, yang dimulai dengan Kolak Biji Salak dan makanan kecil lainnya seperti Es Cendol, Putu Mayang, Bakwan, Talam Ubi dan Lemper.

Usai sholat Maghrib berjamaah, tamu menyantap hidangan menu utama. Bakwan Malang yang disiapkan oleh pasangan Indonesia - Spanyol, Sinta dan Jose Barrios Cardona langsung diserbu tamu. Sinta dan Jose Barrios sangat bangga karena masakan mereka menjadi hidangan favorit para tamu.

Dengan penuh semangat, mereka terus mengisi mangkok-mangkok para tamu yang menunggu dengan sabar kuah daging, bakso daging, tahu isi daging, mie dan kripik khas Bakwan Malang. Pada akhir acara, Jose Barrios puas karena lebih dari 200 porsi Bakwan Malang disiapkan habis ludes disantap para tamu. Komentarnya, acara ini sangat menarik, suasananya akrab, hangat dan sekaligus memberi kesempatan kepada warga Spanyol dan yang lainnya untuk mengetahui mengenai gastronomi Indonesia.

Di meja lain, pasangan Sari Lubis dan Jose Luis Morenno memotong lontong untuk Sate Padang yang disajikan. Jose Luis dengan cekatan memotong lontong dan mengaturnya di piring, kemudian menambahkan Sate dan bumbunya. Sari Lubis sempat panik karena lontongnya hampir gagal tetapi berkat bantuan tim konsumsi KBRI Madrid, lontongnya berhasil diselamatkan dan Sate Padang menjadi menu favorit keluarga Indonesia yang hadir memenuhi halaman KBRI Madrid malam itu.

Jose Luis yang juga Ketua SpaIndo, Grup Konsultan Bisnis Spanyol-Indonesia, menyatakan sangat senang dapat ikut berpartisipasi dalam acara khusus menyambut Ramadhan ini dan menurutnya tradisi Mungguhan sangat cocok dengan sifat keluarga Spanyol yang juga dikenal sangat erat ikatan kekeluargaannya.

Komentarnya ini disetujui oleh Rosanna, warga Peru pencinta Batik Indonesia yang menikah dengan warga Spanyol, Jose Luis Martin, malam itu hadir sekeluarga. Keluarga ini menyatakan sangat nyaman berada di tengah keramahan masyarakat Indonesia dan menikmati aneka makanan yang disajikan, terutama Es Cendol, yang cocok dengan udara Madrid yang hari itu suhunya sangat panas hingga 39 derajat Celcius.

Ambassador Lang dari Gambia dan beberapa tamu dari korps diplomatik menyatakan tradisi menyambut Ramadhan yang kental dengan sentuhan sosial tersebut sangat menarik dan mereka kagum tradisi tersebut masih terus diperlihara di Indonesia.

Lain lagi komentar Temirkhon Temirzoda dan Ayhan Erik, Direktur dan Manajer Program Dialog Antar Kepercayaan Casa Turca, Pusat Kebudayaan Turki di Madrid. Keduanya mengangumi arsitektur Masjid Raya Banda Aceh yang fotonya menjadi ilustrasi undangan dan backdrop panggung dan tradisi Meugang di Aceh.

Katanya arsitektur Masjid Raya Aceh merupakan arsitektur Otoman Turki dan tradisi Meugang juga sama persis dengan tradisi masyarakat Turki dalam menyambut bulan suci Ramadhan, yakni santap bersama seluruh kampung sehari menjelang Ramadhan, dengan menu tunggal daging kambing sehingga pasar-pasar tradisional dan kaki lima pada hari itu ramai karena masyarakat mencari daging kambing untuk acara Meugang. Pada akhir acara, para tamu asing menerima brosur wisata kuliner di Jakarta.

Permainan Bedil Bambu Menghilang

Bangka, Babel - Dentuman meriam minyak tanah dari bambu atau bedil bambu, sejak beberapa tahun belakangan tidak terdengar lagi di wilayah Pangkalpinang dan daerah lainnya.

Padahal permainan khas anak-anak Melayu ini medio tahun 2000 an merupakan bagian dari semaraknya bulan ramadhan.

Permainan tradisional ini biasanya dimainkan kala menunggu waktu berbuka puasa atau usai sholat tarawih.

Kini dentuman tersebut berganti dengan bunyi petasan.

"Saya sudah tidak mendengar lagi ada suara khas Bedil Bambu di Pangkalpinang. Ini sudah sekitar lima tahun ini kalau tidak salah,‎" ungkap Yadi warga Pangkalpinang, Senin (29/6).

Menurutnya, ada kerinduan tersendiri akan permainan Bedil Bambu saat bulan ramadhan, soalnya permainan ini merupakan bagian dari masa kanak-kanaknya bersama teman-teman saat kecil.

Ia masih ingat bagaimana ia berlomba menciptakan suara dentuman yang besar dari Bedil Bambu.

Makin besar bambu yang digunakan, semakin besar dentuman yang dihasilkan.

"Mungkin karena sudah sulit mencari bambu dan minyak tanah‎. Kalau dulu kita masih mudah mencari bambu. Sekarang sulit mencari bambu, apalagi yang ukuran besar," jelasnya.

Yadi mengungkapkan salah satu kenangan yang tidak bisa dilupakan adalah insiden terbakarnya alis mata atau rambut saat memainkan permainan bedil bambu.

"Ini rambut pernah habis kena api saat main bedil," ungkapnya seraya tertawa.

Randi, warga Bangka Tengah mengungkapkan di Desa-desa di wilayah Bangka Tengah permainan Bedil Bambu juga sudah menghilang.

"Saya sering jemput istri dari Pangkalpinang malam-malam. Nggak pernah lagi dengar suara Bedil Bambu. Kangen juga mendengarnya karena teringat masa kecil," ungkap Randi.

Ia berharap pihak pemerintah daerah dapat melestarikan permainan anak-anak Melayu saat bulan ramadhan tersebut.

"Sayang kalau tidak dilestarikan. Nanti anak-anak kita hanya tau ceritanya saja. Padahal ini bagi kita merupakan bagian dari bulan ramadhan," imbuhnya.

Menurut Randi, selain Bedil Bambu, ada tradisi ramadhan yang kini juga ikut menghilang yaitu tradisi selikuran pada malam 21 ramadhan.

"Dulu kita masaih ada tradisi selikuran. Sekarang sepertinya sudah jarang. Kalaupun masih ada itu di wilayah Bangka Barat," ungkapnya.

Pentas Musik Tradisi ’Suara Rasa’ Siap Digelar

Medan, Sumut – Pagelaran musik tradisi Batak dengan tema Suara rasa akan digelar pada Jumat (3/7) mendatang di Open Stage Universitas HKBP Nommensen Jalan Perintis Kemerdekaan, pukul 09.00 – 12.00 WIB.

Menurut Dosen Pengasuh Mata Kuliah Bahasa dan Seni universitas tersebut, Hardoni Sitohang, pementasan ini sebagai ujian akhir para mahasiswa semester dua yang mengambil mata kuliah Musik Tradisi di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), dan mahasiswa tersebut ambil bagian dalam pementasan tersebut.

Selain mahasiswa, para pengisinya juga akan diramaikan penyanyi dari Medan, seperti Hendrik Perangin-angin, Romello Purba, Didi Violin, Samoland, Oni Milala, Brevin Tarigan, Desmaret Napitupulu, dan Brass Universitas HKBP Nommensen.

"Selain sebagai wujud nyata pengaplikasian mata kuliah yang telah dua semester diambil mahasiswa, pagelaran acara ini sengaja ditampilkan agar disaksikan warga Medan menyadari lokalitas daerahnya sendiri, makanya ada musik Batak Toba, maupun Karo nanti," ujar Hardoni Sitohang kepada MedanBisnis di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) Medan, Senin (29/6).

Lebih lanjut dikatakannya, yang mendorongnya untuk menampilkan gelaran ini didasari masih minimnya apresiasi masyarakat terhadap pertunjukkan musik tradisional. Apalagi di kalangan generasi muda kita.

Maka dari itu tambahnya, sesuai tagline Boemipoetera "Ikuti Zamanmu, Jangan Tinggalkan Budayamu", akan ada beberapa sesi yang menggabungkan musik tradisional dengan instrumen musik modern. Ini semata agar bisa dicerna oleh kalangan muda.

Indonesia-Denmark Jalin Kerjasama Seni Lewat CKU

Jakarta - Denmark menjalin kerjasama baru dengan Indonesia dalam bidang seni. Kedutaan Besar Denmark di Jakarta dan Pusat Budaya dan Pembangunan Denmark (CKU) meluncurkan program seni dan pembangunan. Bekerjasama dengan Koalisi Seni Indonesia dan Jakarta Beinnale, CKU bakal menggelar Cultural Hotspot sebagai wadah unjuk gigi seniman Indonesia timur tepatnya Makassar, Kupang, Mataram, dan Palu.

Dewi Suciati, perwakilan CKU mengatakan CKU ada 12 negara lain di Afrika dan Asia, di antaranya Nepal, Pakistan, Uganda, Mesir, dan sebentar lagi Myanmar. Lembaga ini lahir sebagai bentuk konkret strategi seni dan budaya pemerintah Denmark yang dikeluarkan pada 2013. Sebab, pemerintah Denmark ingin memajukan seni dan budaya di negara-negara yang mereka anggap prioritas, salah satunya Indonesia.

Duta Besar Denmark untuk Indonesia Casper Klynge mengatakan pihaknya memilih bidang seni karena kerjasama Indonesia-Denmark dalam bidang ini tergolong baru. “Kami punya kerjasama yang luas dengan Indonesia seperti bantuan pembangunan, kerjasama politik, perdagangan, tapi belum dalam kerjasama budaya,” ujarnya. Padahal menurut dia seni bisa menjadi pemersatu sekaligus pendukung pertumbuhan Indonesia secara budaya maupun ekonomi.

Daerah Indonesia timur dipilih karena Denmark ingin berkontribusi memperkuat akses seniman dan kurator asal luar Jawa ke pasar lokal maupun internasional. Selain memupuk bakat-bakat baru, CKU berharap membantu terciptanya perdamaian lokal di daerah pasca-konflik dan meningkatkan dialog antara kelompok yang saling bertentangan. Tak tanggung-tanggung, kata Klynge, CKU mengalokasikan dana 6 juta kroner Denmark atau Rp 11,9 miliar untuk proyek seni selama tiga tahun ini, 2015 hingga 2018.

Klynge bercerita pengalaman Eropa yang menjadikan seni sebagai wadah ekspresi pasca-konflik. Dengan demikian, seni menjadi jembatan pemersatu masyarakat setelah pengalaman yang traumatis. “Kami harap dengan mendukung pengembangan budaya, kami bisa membantu seniman mengekspresikan jiwanya atau pengalaman tragisnya secara visual dan artistic.” Menurut Klynge, bukti bahwa seni sebagai wadah mediasi dan rekonsiliasi telah terjadi di seluruh dunia.

Abduh Aziz, Direktur Koalisi Seni Indonesia mengatakan kehadiran Cultural Hotspot membantu mengubungkan komunitas seni dengan stakeholder di sekitarnya seperti pemerintah, masyarakat, media, dan perusahaan lokal. Abduh memandang ini solusi minimnya dukungan berupa pembiayaan kenian di Tanah Air. Seniman Indonesia sulit menembus politik anggaran di kementerian terkait. Transparansi dan akuntabilitas proses pembuatan anggaran hingga alokasinya, masih kurang. “Struktur anggaran di kementerian masih sekitar preservasi dan konservasi, sedangkan inisiatif kekinian tidak mendapat dukungan,” ujar Abduh.

Vicky Rosalina, perwakilan Yayasan Biennale Jakarta mengatakan kerjasama dengan CKU untuk program Curatorial Lab edukasi publik untuk mendukung ekosistem kesenian di wilayah Indonesia timur. Dia menyasar Ambon, Papua, Lombok, dan Semarang. “Selama ini kesenian terpusat di Jawa: Bandung, Jakarta, Jogja. Kita tidak pernah tahu bagaimana di kota-kota lain,” ujar Vicky. Padahal, menarik mengetahui perspektif seniman di wilayah Indonesia timur tentang kota mereka.

Hal senada dikatakan sejarawan Hilmar Farid. Menurutnya CKU Denmark adalah lembaga yang menarik karena menghubungkan budaya dan pembangunan. Di Indonesia, dua bidang ini dipisahkan. Seharusnya, kata Hilmar, budaya dikedepankan sebelum pembangunan, terutama di wilayah Indonesia timur yang selama puluhan tahun “terpisah”secara politik, sosial, dan ekonomi dari wilayah Indonesia lain. Membangun Indonesia timur mestinya tidak hanya secara fisik tapi juga menjadi inklusif dengan merangkul budaya mereka.

Ditanya tentang parameter keberhasilan program ini, Klynge tak mau menjanjikan angka jumlah seniman yang terakomodasi. Menurutnya, jika CKU bisa membantu sejumlah seniman yang jauh dari ibu kota membuat karya mereka dikenal, itu hasil yang fantastis. Begitu pula jika mereka bisa memberi hibah mini untuk mendukung seniman dan membuat seniman itu sukses menjual karyanya. “Kami negara kecil dan (program) ini tidak bisa menyelesaikan semua masalah, tapi jika kami bisa membantu sejumlah orang, kami senang dan bangga,” kata Klynge.

Babel Terus Kembangkan Wisata Budaya

Pangkalpinang, Babel - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) akan terus mengembangkan wisata budaya sebagai salah satu upaya untuk menarik minat wisatawan berkunjung di daerah itu.

"Kita ini memiliki banyak wisata budaya yang menarik dan itu rutin dilaksanakan, salah satu contohnya seperti menjelang bulan puasa ada budaya perang ketupat yang sudah fenomenal," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, KA Tajuddin, Minggu (28/6/2015).

Ia mengatakan, wisata budaya lain yang bisa menjadi daya tarik yakni atraksi budaya yang dilakukan setiap tahun oleh orang-orang keturunan seperti sembahyang Cengbeng dan Pekcun. "Ada juga budaya-budaya religius orang melayu seperti memperingati 1 Muharam baik di Kemjua, Kenanga maupun Nyelanding. Saya kira budaya-budaya seperti itu akan terus kita kembangkan dan akan dikemas sedemikian rupa supaya betul-betul menjadi tontonan yang menarik," ungkapnya.

Menurut dia, dengan mengembangkan wisata budaya seperti itu, di samping bisa membantu mereka melestarikan budaya, juga betul-betul bisa menarik perhatian dari para wisatawan.

"Kami juga sudah pernah berbicara dengan orang-orang sanggar untuk mencarikan tempat atau panggung untuk melaksanakan pertunjukan rutin. Kegiatan seperti itu sudah dilaksanakan di Belitung Timur, di mana setiap malam Minggu ada pertunjukan budaya di Pantai Niur Melambai," katanya.

Untuk itu, pihaknya berharap di kabupaten kota yang lain juga mengagendakan kegiatan yang serupa, karena hampir semua daerah itu memiliki banyak tempat yang bagus di pusat kota atau pusat keramaian untuk mengadakan kegiatan tersebut.

"Di tempat itu mereka bisa mengadakan atraksi budaya setiap malam Minggu atau malam tertentu. Jika rutin diadakan, maka bukan hanya bisa menghidupkan sanggar saja, tetapi juga akan menjadi pilihan wisatawan yang datang agar tidak bosan melihat pantai saja," katanya.

Balai Bahasa Sumatera Utara Dorong Pemuda Cinta Bahasa Indonesia

Medan, Sumut - Balai Bahasa Sumatera Utara terus melakukan berbagai upaya agar generasi muda tetap dan bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari, terutama di lingkungan yang resmi seperti dikantor, sekolah dan kampus.

Staf Balai Bahasa Sumut, Agus Mulia di Medan, Senin (29/6) mengatakan dewasa ini tantangan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama dikalangan generasi muda cukup besar, karena pengaruh bahasa asing yang cukup kuat, baik melalui media televisi maupun internet.

Atas dasar itu tentunya harus ada satu metode baimana agar penggunaan Bahasa Indonesai tidak tersingkirkan dalam kehidupan sehari-hari, yang tentunya diperlukan dukungan semua pihak untuk mensukseskannya.

Atas dasar itu pula, sejak tahun 2006, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Balai Bahasa Sumatera Utara telah melaksanakan pemilihan Duta Bahasa untuk tingkat Sumut yang merupakan bagian dari upaya melibatkan pemuda Indonesia dalam menjaga tonggak-tonggak kebangsaan.

"Para Duta Bahasa yang terpilih nantinya akan menjadi mitra kerja Balai Bahasa Sumut dalam memasyarakatkan penggunaaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menjadi wakil Sumut ke tingkat regional dan nasional," katanya.

Ia mengatakan tujuan digelarnya duta bahasa tersebut yang paling utama adalah membangkitkan minat generasi muda untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, mencari tunas muda yang mampu berbahasa Indonesa, daerah dan berbahasa asing dengan cukup baik.

Selain itu menjadikan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa dan duta yang terpilih nantinya diharapkan dapat mempengaruhi lingkungannnya untuk dapat menggunakan Bahasa Indonesia yang baik.

Sedangkan visinya adalah terwujudnya generasi muda unggul, inovatif, sadar, dan bangga Berbahasa Indonesia serta cinta terhadap sastra Indonesia.

Serta sebagai perekat untuk membangun kehidupan berbangsa yang dilandasi semangat solidaritas dan kesetaraan dalam memelihara keutuhan nkri dan martabat di mata dunia.

"Misinya adalah berperan aktif dalam memasyarakatkan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik, tepat dan bernalar serta komunkatif dalam berbahasa, serta membangun kesadaran dan kebanggaan generasi muda untuk berbahasa Indonesia dengan baik benar dan tertib," katanya.

Plt Gubri Ajak Besarkan Budaya Melayu

Jakarta - Pelaksana Tugas Gubernur Riau (Plt Gubri) Ir H Arsyadjuliandi Rachman melakukan safari Ramadan di Jakarta sekaligus menggelar buka bersama dengan masyarakat dan mahasiswa Riau se-Jabodetabek, Sabtu (27/6). Bertempat di Gedung Sasana Griya, TMII Jakarta tersebut, ia memaparkan berbagai program Pemprov Riau.

Didampingi istri Hj Sisilita Arsyadjuliandi, juga hadir anggota DPD RI H Abdul Gafar Usman, Sekdaprov Riau Zaini Ismail, Asisten I Ahmadsyah Harrofi, Asisten II Edi Kusdarwanto dan Asisten III Masperi serta sejumlah pejabat tinggi pratama Pemprov Riau. Tampak pula hadir anggota DPR RI Tabrani Maamun, serta para tokoh masyarakat dan mahasiswa Riau se-Jabodetabek.

Dalam sambutannya, Plt Gubri optimis bahwa visi Riau 2020 bakal terwujud sesuai harapan sebagai pusat ekonomi dan kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Sebab, saat ini Riau sudah menjadi pusat pertumbuhan di Sumatera dan sudah diperhitungkan di tingkat Asia Tenggara.

“Riau saat ini telah berkontribusi sebesar 24 persen di bidang perekonomian di Sumatera. Memang di Sumatera kita yang tertinggi. Ekonomi sudah, jadi perlu ditopang dengan kebudayaan yang besar dalam mewujudkan visi misi 2020,’’ sebutnya.

Dengan menjadi pusat pertumbuhan di Sumatera, ekonomi dan kebudayaan adalah visi Riau yang terkandung di dalamnya. Riau akan menjadi pusat perekonomian di Asia Tenggara. Dari segi budaya, Plt Gubri juga mengaku sedang berupaya keras agar Riau menjadi kiblat utama budaya Melayu di Asia Tenggara pada 2020 mendatang.

“Saya sudah bicarakan dengan DPRD Provinsi Riau untuk membentuk Dinas Kebudayaan, anggota dewan sepakat dan bertekad untuk mengadakannya,’’ sambung Andi.

Lebih banyak berbicara tentang ekonomi dan kebudayaan Melayu, Ia juga mengajak seluruh pihak harus menjaga dari berbagai pergeseran yang diakibatkan masuknya kebudayaan asing di Riau. Dengan keberadaan Dinas Kebudayaan nantinya, maka salah satu tugasnya mengawal pergeseran tersebut.

“Saat ini, setiap saya menghadiri acara, terus memakai tari persembahan adat Melayu dan menggunakan pantun, inilah yang nanti dikawal Dinas Kebudayaan salah satunya,’’ lanjut Plt Gubri.

Guna mewujudkan hal tersebut, Plt Gubri mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama.

Budaya "Meriam Karbit" Selalu Meriahkan Takbiran di Pontianak

Pontianak, Kalbar - Warga Kelurahan Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur, secara gotong royong membuat "meriam karbit". Ini merupakan replika meriam yang dibuat menggunakan batang kayu berukuran besar yang dilubangi menyerupai meriam.

"Hampir setiap tahun kami selalu bergotong royong dalam membuat meriam karbit, baik membuat baru atau merakit kembali meriam tahun-tahun sebelumnya, dalam meyambut atau memeriahkan malam takbiran di Pontianak," kata Hermansyah salah seorang pembuat meriam karbit di Pontianak, Minggu (28/6).

Ia menjelaskan, pihaknya bersama warga Kelurahan Parit Mayor secara gotong royong membuat meriam karbit, sejak seminggu berjalannya bulan Ramadhan hingga sekarang.

"Pembuatan meriam karbit, selain membutuhkan waktu yang cukup lama, juga memerlukan biaya yang cukup tinggi, yakni sekitar Rp7 juta /unit sehingga harus dilakukan secara gotong royong dan mengumpulkan dana dari sumbangan masyarakat," ungkapnya.

Proses pembuatan meriam karbit, yang dimulai dari kayu utuh. Kayu terlebih dahulu dibelah menjadi dua bagian, kemudian bagian itu dilubangi sepanjang kayu yang dibelah menggunakan gergaji mesin atau manual. Setelah selesai kedua belah kayu yang telah dilubangi itu disatukan kembali dengan diikat menggunakan rotan.

"Agar meriam karbit yang dibuat menghasilkan bunyi dentuman yang keras seperti sungguhan, yakni dengan memasukkan air secukupnya, kemudian dicampur dengan karbit seberat setengah kilogram, kemudian lubang yang telah disiapkan khusus ditutup selama tiga menit, kemudian barulah disulut dengan api," ujar Hermansyah.

Permainan tradisional masyarakat Melayu sepanjang Sungai Kapuas Pontianak akan terasa meriah pada malam takbiran, karena ratusan meriam yang dimainkan oleh puluhan hingga ratusan kelompok masyarakat sepanjang Sungai Kapuas akan memainkannya secara serentak.

"Pada malam takbiran di sepanjang Sungai Kapuas Pontianak, seperti medan perang, karena ratusan unit meriam karbit akan dibunyikan secara bergantian sehingga seolah-olah saling menyerang antara kelompok satu dengan yang lainnya," ujarnya.

Permainan meriam karbit, setiap tahunnya juga selalu difestivalkan oleh Pemerintah Kota Pontianak dalam memeriahkan malam takbiran di Kota Pontianak. Tradisi membunyikan meriam sudah dilakukan sejak sultan pertama Pontianak, yakni pendiri Kota Pontianak Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri tahun 1771 Masehi. Pada saat itu Sultan Syarif Abdurrahman Alkadri dan rombongan menembakkan meriam berpeluru sebanyak dua kali.

"Selain itu, sewaktu itu, meriam dibunyikan sebagai tanda awal datangnya bulan suci Ramadan, dan juga sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadan, yang hingga kini menjadi tradisi masyarakat Melayu Kota Pontianak dalam menyambut dan memeriahkan malam takbiran," ujar Hermansyah.

Sarung Jadi Media Pewarisan Tradisi

Bandung, Jabar - Komunitas Hong, kelompok pelestari permainan tradisional di Bandung, menjadikan kain sarung sebagai media pewarisan tradisi bagi generasi muda khususnya anak-anak.

"Kain sarung menjadi media alternatif permainan yang memiliki nilai filosofis kehidupan kepada anak-anak termasuk dalam pelestarian permainan tradisional," kata Pendiri Komunitas Hong, Zaini Alif, di Bandung, Minggu.

Ia mengatakan, adanya kegiatan semacam ini merupakan bentuk kegelisahannya terhadap budaya sarung yang mulai hilang.

Menurut dia, budaya sarung sudah mulai hilang karena banyak hal yang sudah tidak dilakukan oleh anak-anak sekarang.

Ia mencontohkan mengaji sudah tidak di masjid lagi, kemudian sekarang penggunaan sarung sudah mulai digantikan oleh gamis.

"Saya khawatir kain yang menjadi lambang budaya kita ini hilang," kata Zaini, saat ditemui di Bale Handap Selasar Soenaryo.

Zaini menceritakan, sarung dapat dibentuk menjadi beberapa permainan yang menarik dan sangat dekat dengan budaya Indonesia.

"Dulu, Sasarungan dapat dimainkan dalam bentuk momonyetan, ada balon-balonan sampai perahu-perahuan dari sarung. Ini cara mudah bagi anak-anak mengenal budaya bangsa sebagai cerminan diri kita," ujarnya.

Ia menilai, dari permainan Sasarungan, maka anak-anak dapat belajar banyak nilai budaya leluhur mulai dari tolong-menolong, kegunaan sarung yang multifungsi sebagai ritual agama, sunatan, bahkan untuk menggendong orang.

Kegiatan yang sudah berlangsung di Selasar Sunaryo itu sudah tiga hari ini melibatkan anak-anak usia delapan hingga 14 tahun yang berasal dari sekolah-sekolah di Kota Bandung, Jawa Barat.

Penanggungjawab kegiatan dari Selasar Soenaryo, Chabib Duta Hapsoro, mengatakan bahwa akan ada sebuah pertunjukkan kabaret melibatkan peserta juga sarung sebagai medium permainan tradisional.

"Dari tanggal 26 hingga 28 yang dasarnya mereka hanya main-main dengan sarung, mereka akan mempertunjukkan kabaret yang memanfaatkan sarung sebagai medium yang sangat multifungsi," kata Chabib.

Zaini mengatakan pertunjukkan kabaret tersebut berjudul Nagri Kasarung yang menyampaikan kegelisahannya terhadap anak-anak di zaman sekarang.

"Nagri Kasarung berarti negeri yang tersesat, ini menyampaikan ketakutan saya kalau anak-anak nanti menjadi generasi yang tersesat karena tidak tahu jati dirinya," kata Zaini menambahkan.

-

Arsip Blog

Recent Posts