Penutupan Bulan Budaya Lombok Sumbawa Pukau Turis Asing

Lombok, NTB - Setelah digelar sebulan, sejak 16 Agustus 2015 lalu, acara tahunan Bulan Budaya Lombok-Sumbawa (BBLS) ditutup dengan meriah dan manis, di Pantai Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, semalam (17/9/2015). Berbagai tarian dan nyanyian khas Lombok dikemas apik dan menyedot perhatian wisatawan lokal dan asing yang bersantai di pantai.

Mereka tak bergeming hingga akhir acara dengan mengabadikan lewat video dan foto. Seperti wisatawan asal Belgia, Thomas (23 tahun) yang mengaku terpukau dengan nyanyian dan tarian meski tidak mengerti bahasa Indonesia.

"Acara ini sungguh mengagumkan. Saya tidak pernah melihat acara seperti ini sebelumnya. Keren," puji Thomas saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu malam (16/9/2015).

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur NTB, Mohamad Amin berharap agar misi BBLS bisa terealisasi. Yakni melestarikan seni budaya dan pariwisata yang ada di bumi NTB dan Indonesia tidak hilang ditelan masa.

"Seni budaya merupakan filter agar tidak kehilangan identitas diri. dan BBLS ini merupakan wujud nyata untuk melestarikan nilai budaya kita," kata Amin saat memberikan sambutan.

Selain menyuguhkan tarian dan nyanyian khas daerah, penutupan BBLS juga ditutup pemberian penghargaan dan piagam kepada peserta Puteri Pariwisata NTB, para seniman dan budayawan NTB.

Hatta Buka Secara Resmi Festival Budaya Melayu di Melawi

Melawi, Kalbar - Festival Pagelaran Seni dan kebudayaan yang diselenggarakan oleh Majelis Adat Budaya Melawi (MABM) telah dibuka secara resmi oleh penjabat bupati Melawi, Hatta pada Rabu (16/9/2015), ditandai dengan pemukulan bedug.

Ketua Panitia, Festival Pagelaran Seni dan Kebudayaan, Kusma Hendri mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan kali ini merupakan yang pertama. Bertujuan untuk ajang seleksi peserta kegiatan festival seni budaya Melayu di tingkat Provinsi.

Selain itu kata dia, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk membangun masyarakat Melayu yang berkarakter.

“Pada acara pembukaan diisi dengan penampilan kesenian dari berbagai etnis di Kabupaten Melawi, antara lain, Dayak, Batak, Jawa, dan Tionghoa. Kegiatan perlombaan akan dilaksanakan pada tanggal 17-19 September,” katanya.

Kegiatan ini sebenarnya hanya untuk tingkat kecamatan, namun karena animo masyarakat cukup tinggi maka para peserta yang ikut ambil bagian selain dari kecamatan juga dari sanggar seni di Melawi dan utusan sekolah, serta perseorangan.

Parade Budaya di Festival Senggigi 2015

Lombok, NTB - Nusa Tenggara Barat menggelar Festival Senggigi 2015. Parade budaya festival Senggigi yang digelar oleh pemerintah daerah (Pemda) Lombok Barat, NTB, ini akan berlangsung dari 16 hingga 19 September 2015.

Parade budaya festival Senggigi ini selain diikuti oleh warga setempat, festival Senggigi ini juga dimeriahkan oleh komunitas waria dan juga wisatawan asing.

Parade budaya Festival Senggigi ini diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan minat wisatawan berkunjung ke pulau Lombok serta sebagai ajang promosi pariwisata NTB.

Festival Senggigi pada dasarnya merupakan event promosi pariwisata Lombok yang sudah menjadi agenda tetap untuk dilaksanakan. Setiap tahunnya, festival ini menampilkan berbagai bentuk kegiatan yang bernuansa seni budaya, edukasi, hiburan, dan pameran hasil industri kerajinan lokal.

Parade budaya dalam festival Senggigi menampilkan Pawai Ogoh Ogoh, Malean Sampi, Gendang Beleq, serta Peresean.

Sementara untuk tempat penyelenggaraannya, selama empat hari ini Festival Senggigi mengambil lokasi unik. Yakni, Lokasi yang identik dengan objek wisata Senggigi, diharapkan bisa menjadi penarik bagi wisatawan nusantara dan mancanegara.

Jadi, para pengunjung bisa menikmati keragaman budaya serta dimanjakan dengan suasana dan keindahan objek wisata Senggigi.

Dipamerkan, Surat Kabar Melayu Terbitan Amsterdam 1897

Malang, Jatim - Surat kabar berbahasa Melayu terbitan Amsterdam Belanda, Pewarta Boemi, dipamerkan di gedung Widyaloka, Universitas Brawijaya, Malang, Rabu, 16 Agustus 2015. Surat kabar edisi 2 Juni 1897 yang dibingkai dalam kaca itu berjudul "Radja Koetai di Nederland". Surat kabar ini melaporkan kunjungan Raja Kutai yang tengah bertemu dengan para bangsawan Kerajaan Belanda.

"Surat kabar ini saya peroleh di Jakarta," kata kolektor naskah klasik, Erwin Dian Rosyidi. Surat kabar Pewarta Boemi juga menjelaskan apa saja yang diperbincangkan dalam pertemuan itu.

Pewarta Boemi terbit pada 1890 dan dikelola mantan Asisten Residen Y. Strik. Ia adalah guru bahasa Melayu di sekolah pertanian. Pewarta Boemi bukan surat kabar pertama berbahasa Melayu yang terbit di Belanda. Sebelumnya, surat kabar Bintang Utara terbit pada 1856 di Rotterdam, Belanda. Redaksi dikelola P.P. Roorda van Eysinga.

Erwin juga memajang sejumlah naskah klasik lain dalam Pameran Naskah Klasik Nusantara ini. Total 12 koleksi naskah dan kitab kuno yang ditulis pada 1700-1800 miliknya dipamerkan. Erwin juga memamerkan surat kabar Persatoean Indonesia yang diterbitkan PNI pada 20 Januari 1931.

Untuk mendapatkan naskah kuno itu, Erwin berkeliling Nusantara. Menurut dia, naskah itu tak ternilai harganya. Erwin juga memajang naskah kuno Surat Darmogandhul Gatholotjo yang dibuat pada 1800. Ada yang menafsirkan, pengarangnya adalah Ronggo Warsito yang menggunakan nama samaran Ki Kalam Wadi. Nama itu artinya rahasia atau kabar yang dirahasiakan.

Pameran naskah klasik ini diselenggarakan Pusat Studi Peradaban Universitas Brawijaya. Pameran tersebut menghadirkan naskah klasik, buku, dan surat kabar kuno koleksi Perpustakaan Bung Karno Blitar, Yayasan Sastra Lestari, Pusat Studi Peradaban UB, Museum Mpu Tantular, dan koleksi pribadi Erwin Dian Rosyidi.

"Pameran ini untuk mendidik masyarakat mengenal kitab atau naskah klasik," ujar Wakil Ketua Studi Peradaban UB, Jazim Hamidi. Menurut dia, naskah klasik ini menunjukkan kebudayaan dan perkembangan sastra di Indonesia. Selain itu, naskah klasik merupakan peninggalan sejarah yang harus dilestarikan.

Pameran Busana Muslim Cetak Transaksi 150.000 Dolar AS

Jakarta - Pameran busana muslim di Amerika Serikat yang diselenggarakan oleh Islamic Society of North America (ISNA) di Rosemont Convention Center, Chicago, Illinois, berhasil membukukan transaksi sebesar 150.000 dolar AS.

Dalam siaran pers yang diterima Antara dari Kementerian Perdagangan, Selasa, selain para pelaku usaha busana muslim asal Indonesia berhasil membukukan transaksi 150 ribu dolar AS, kedepannya, peluang ekspor busana muslim ke Amerika Utara dan Eropa bahkan ditaksir mencapai 21 miliar dolar AS.

Berdasarkan data Organization of Islamic Cooperation (OIC), negara-negara eksportir utama produk busana muslim di dunia adalah Bangladesh dengan nilai ekspor mencapai 22 miliar dolar AS, dan diikuti oleh Turki dengan nilai ekspor sebesar 14 miliar dolar AS dan Indonesia dengan nilai ekspor 7,2 miliar dolar AS.

"OIC mencatat bahwa pasar untuk busana muslim di Eropa dan Amerika Utara diperkirakan mencapai 21 miliar dolar AS dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2--4 persen. Ini peluang bagi pelaku usaha Indonesia," kata Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chicago, Wijayanto.

Permintaan produk-produk busana muslim dan berbagai produk apparel di AS memang cukup tinggi. Berdasarkan data, ekspor produk apparel Indonesia ke AS pada 2014 mencapai nilai 4,86 miliar dolar AS, sementara pada periode Januari-Juli 2015 tercatat telah mencapai 2,97 miliar dolar AS atau meningkat 0,13 persen dibandingkan periode yang sama pada 2014.

ISNA merupakan Organisasi Perkumpulan Muslim Amerika Utara yang telah berdiri sejak 1963 dan melakukan kegiatan konvensi setiap tahunnya. Tahun ini adalah penyelenggaran ISNA yang ke-52. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, selain konvensi ISNA juga terdapat kegiatan pameran dalam bentuk bazar yang menampilkan lebih kurang 500 stan.

"Nilai transaksi dalam bazar ISNA tahun ini diperkirakan akan terus bertambah seiring banyaknya permintaan dan pembelian secara berkesinambungan," ujar Wijayanto.

Selain menampilkan produk fesyen dan berpartisipasi dalam peragaan busana, tim Indonesia di bazar ISNA juga melakukan peragaan penggunaan hijab serta menyajikan beberapa produk makanan halal di stan Indonesia.

Parade Budaya Indonesia Pukau International Women’s Club Hamburg

Jakarta - International Women's Club Hamburg (IWCH) menggelar acara "Indonesian Evening" dikemas dalam pagelaran tari-tarian, musik gamelan dan angklung serta workshop instrument musik yang diakhiri santap malam di KJRI Hamburg.

Parade budaya dalam "Indonesian Evening" dihadiri sekitar 100 anggota IWCH dan spouse, pengurus Dharma Wanita Hamburg dan Diaspora. Diawali dengan tarian Gambyong oleh salah seorang diaspora Indonesia diikuti pidato pembuka Presiden IWCH, dan tarian Merak oleh kelompok tari Widya Tanzgruppe, demikian Pensosbud KJRI Hamburg, Indri Rasad di London seperti dikutip dari Antara pada Kamis (17/09/2015).

Pelaksanaan acara Pentas Budaya Indonesia mendapatkan penghargaan tinggi dari seluruh pengunjung, khususnya anggota International Women's Club Hamburg (IWCH) yang didirikan pada tahun 1991 dan anggotanya saat ini terdiri dari para wanita berasal dari 52 negara.

Presiden IWCH, Yanti Pramono menyampaikan apresiasi kepada KJRI Hamburg yang tidak saja giat memromosikan budaya Indonesia, tetapi juga senantiasa gigih mempererat hubungan dengan masyarakat internasional di Hamburg dan sekitarnya.

Konjen RI Hamburg, Sylvia Arifin menyampaikan parade budaya ini ditujukan untuk lebih memperkenalkan KJRI dengan segala misi yang diemban.

Disampaikan juga bahwa dalam rangka memperat hubungan dengan masyarakat Jerman Utara, KJRI secara rutin menyelenggarakan kursus bahasa Indonesia dan kursus gemelan secara gratis.

Pada kesempatan tersebut ia juga menjelaskan komitmen pemerintah Indonesia terkait dengan program kesetaraan gender. Disampaikan komitmen tersebut dapat dilihat dalam bentuk diundangkannya legislasi nasional tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita.

Selain itu dikatakannya Indonesia saat ini memiliki beberapa Menteri wanita, yaitu Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Luar Negeri, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Menteri Kesehatan, dan Menteri Sosial.

Acara Indonesian Evening dimanfaatkan Konjen RI Hamburg menyampaikan penghargaan atas terpilihnya Indonesia sebagai tamu kehormatan pada Pameran Buku Internasional di Frankfurt (Frankfurt Buchmesse) tanggal 14-18 Oktober dengan harapan kekayaan literatur, seni budaya, dan kuliner Indonesia semakin dikenal di Jerman.

Pertunjukkan angklung oleh Angklung Hamburg Orchestra (AHO) dan gamelan dari kelompok Margi Budoyo yang diselingi tari Kipas dari kelompok Widya Tanzgruppe, serta pemberian doorprize dari KJRI Hamburg dan IWCH disambut dengan antusiasme pengunjung.

Bengkalis Gaungkan Ritual Mandi Safar

Bengkalis, Riau - Upacara Mandi Safar sudah menjadi tradisi dan ritual masyarakat Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, secara turun-temurun dengan tujuan untuk menolak bala. Tradisi dan ritual ini dilaksanakan setiap Rabu ketiga di bulan Safar.

Selain merupakan tradisi dan ritual masyarakat, kegiatan ini juga sudah menjadi iven wisata budaya yang memiliki dampak ekonomi kerakyatan yang sangat besar. Misalnya pada tahun 2014 lalu, ribuan orang dari berbagai daerah dan bahkan dari negeri Jiran Malaysia datang ke Pulau Rupat untuk mengikuti kegiatan tahunan yang dipusatkan di pantai yang disebut-sebut tidak kalah dengan keindahan pantai Kuta di Denpasar, Provinsi Bali ini.

Penjabat Bupati Bengkalis H Ahmad Syah Harrofie berharap, pada tahun 1436 H/2015 ini, kegiatan mandi safar dilaksanakan lebih meriah lagi. Apalagi kegiatan ini kabarnya bakal dipaduserasikan dengan puncak peringatan Hari Nusantara tahun 2015 tingkat Kabupaten Bengkalis.

Karena itu pula, pada Senin (14/9/2015) malam lalu, Ahmad Syah sengaja memanggil Kepala Dinas Parwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Kadis Budparpora) Kabupaten Bengkalis H Eduar, ke kediaman resmi Bupati Bengkalis di Wisma Sri Mahkota.

Dalam kesempatan itu, menurut informasi yang berhasil dihimpun, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah Provinsi Riau ini memberikan instruksi agar Kadis Budparpora, mulai dari sekarang melakukan persiapan dengan matang. Melakukan promosi melalui berbagai media, agar gaungnya lebih besar dan jumlah pengunjung yang datang jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.

Ketika dikonfirmasi, Ahmad Syah membenarkannya. 'Benar, pada Senin malam Kadis Budparpora kita panggil untuk berdiskusi tentang rencana kegiatan Mandi Safar tahun 2015 ini,' jelas Ahmad Syah, di Bengkalis, Selasa (15/9/2015).

Ahmad Syah juga membenarkan jika Pelaksana Tugas Gubernur Riau (Plt Gubri) H Arsyadjuliandi Rachman bakal diundang untuk hadir pada Mandi Safar tersebut.

'Harapkan kita demikian. Semoga pada saat pelaksanaan Mandi Safar tidak berbenturan dengan agenda Plt Gubri yang lain, sehingga beliau bisa hadir,' ujar Ahmad Syah.

Sementara terkait dengan waktu pelaksanaan mandi safar tahun ini yang bertepatan dan hari pemungutan suara pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bengkalis tahun 2015, Ahmad Syah mengatakan sudah meminta Kadis Budparpora dan Camat Rupat dan Rupat Utara, untuk mengkoordinasikan dan mengkonsultasikannya dengan tokoh masyarakat dan pemuka agama setempat.

'Kita harapkan ada solusinya, sehingga kedua kegiatan tersebut dapat sama sama berjalan sukses. Kadis Budparpora, Camat Rupat dan Rupat Utara sudah ditugaskan untuk mengkoordinasikan dan mengonsultasikannya dengan tokoh masyarakat dan pemuka agama setempat agar ditemukan solusi terbaik,' ujarnya.

Sebagaimana pernah dikemukakan sebelumnya, adapun solusi dimaksud, saran Ahmad Syah, yaitu dengan mengundurkan satu hari pelaksanaan kegiatan ritual Mandi Safar dari hari pelaksanaan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bengkalis yang jatuh pada 9 Desember 2015 mendatang.

'Sebab, kalau tetap dilaksanakan di hari yang sama, maka dikhawatirkan masyarakat yang datang untuk memberikan hak pilihnya di TPS akan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang menghadiri kegiatan ritual mandi safar, atau sebaliknya. Namun ini hanya saran dan kalau tidak menyalahi adat,' ungkap Ahmad Syah, ketika melakukan kunjungan kerja ke Rupat Utara, Selasa (8/9/2015).

Festival Pasar Terapung 2015 Segera Digelar

Banjarmasin, Kalsel - Memeriahkan Festival Pasar Terapung, berbagai event digelar Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Provinsi Kalsel, 17-20 September 2015.

Di antara kegiatan untuk menunjang event tahunan itu digelar Sarasehawan Wayang Kulit Banjar yang bakal digelar, Kamis (17/9/2015) di Gand Palace pukul 14.00 Wita dan dilanjutkan pertunjukan Wayang Kulit Banjar Sabtu (19/9) malam yang menampilkan tiga dalang sekaligus.

"Sarasehan ini suatu upaya melestarikan kesenian dan kebudayaan lokal," papar Mujiat, Kabid Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalsel, Selasa (15/9/2015).

Selain itu, kegiatan seminar itu merupakan penguatan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

Ditambahkan Mujiat yang didampingi Kasi Budaya dan Bahasa Fahrurazie, hari Minggunya akan dilaksanakan pengukuhan WBTB Indonesia yang berlangsung di Jakarta.

"Di Kalsel sendiri sudah ada empat yang mendapat pengukuhan WBTB Indonesia dari Kementerian Dikbud Jakarta yakni kesenian Madihin, wayang kulit kayu, sasirangan, aruh gonol," tandasnya.

Sekarang, lanjut dia, mengusulkan supaya dapat pengukuhan WBTB sebanyak lima jenis kesenian yakni Lamut, Musik Kuriding, tempat wisata Pasar Terapung, Ayun Maulid di Tapin dan arsitektur Rumah Banjar Bumbungan Tinggi," tandasnya.

Menurut Mujiat, di pengujian kelima jenis kesenian dan tempat wisata untuk dikukuhkan menjadi WBTB di Hotel Melinium Jakarta, 20-23 September ada tiga orang yakni Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kalsel H Mohandes H Indrawan, dirinya dan Fahrurazie.

Kisah Mahabharata dan Ramayana Versi Jawa Unik dan Khas

Jakarta - Kisah epos Mahabharata dan Ramayana yang awalnya berasal dari India tersebar ke Jawa ketika masyarakat Jawa kuno masih berada dalam tradisi lisan. Kisah ini disampaikan secara turun-temurun dan mengalami perkembangan serta modifikasi cerita yang kemudian menjadikan Mahabharata dan Ramayana versi Jawa menjadi unik dan khas, berbeda dengan kisah di India.

Prof Dr Agus Aris Munandar, pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dalam Seminar Naskah Nusantara: Epos Kepahlawanan Sepanjang Zaman di Perpustakaan Nasional, Selasa (15/9), mengatakan, kisah Mahabharata di Jawa awalnya disampaikan dalam bahasa tutur, bukan tulisan. Tulisan Pallawa sendiri baru masuk ke Jawa bersamaan dengan tersebarnya budaya India.

"Melalui uraian kisah epos yang menarik itulah masyarakat Jawa kuno mulai mengenal agama dan budaya India. Mereka kemudian menerimanya," kata Agus.

Baru dalam perjalanan, kisah ini didokumentasikan dalam bentuk artefak berupa fragmen relief di candi dengan gaya relief pandu yang menggambarkan tokoh-tokoh cerita berbentuk relief, seperti tokoh garuda, mintaraga (arjuna) bertapa, dan sebagainya. Adapun fungsi relief di candi bermacam-macam, mulai dari memperindah bangunan candi, memvisualisasikan ajaran keagamaan dan meringkas cerita, memudahkan akses masyarakat untuk memahami kisah, memperbanyak jumlah orang yang mengetahui kisah, serta "mengawetkan" kisah dalam bentuk pahatan.

Mengalami perubahan

Dalam perjalanan waktu, kisah Mahabharata dan Ramayana yang disampaikan secara lisan mengalami modifikasi dan perubahan. Salah satu penyebabnya adalah semakin jarangnya hubungan antara India dan Jawa, khususnya peran pedagang India dalam abad ke-15 yang telah digantikan pedagang Tiongkok.

"Kalaupun masih ada yang datang, orang-orang India yang tiba ke Indonesia pada masa itu lebih banyak yang beragama Islam sehingga di sinilah awal proses penyebaran agama Islam di kepulauan Nusantara bermula," ujarnya.

Pada masa itu pula, pendeta Brahmana Hindu-Buddha menggali kepercayaan asli Jawa yang berkembang sebelum pengaruh India datang. Mereka kemudian menggubah kisah-kisah turunan dari Mahabharata versi Jawa, seperti Sudhamala, Sri Tanjung, Karawasrama, dan Bhimaruci.

"Kisah Mahabharata telah dipindahkan konteks geografinya ke tanah Jawa. Kisah ini akhirnya menjadi milik orang Jawa yang unik dan khas. Kisah ini digambarkan pertama kali dalam bentuk relief pada abad ke-10 di petirtaan Jalatunda," katanya.

Pembicara lain Anabell Teh Gallop dari British Library mengatakan, dalam konteks Melayu, kisah Ramayana cenderung lebih populer dibandingkan Mahabharata. Setidaknya ada tiga teks Melayu yang menjadi koleksi British Library tentang kisah ini.

"Dulu rupanya ada ketegangan ketika kalangan tertentu yang beragama Islam sempat melarang pembacaan naskah-naskah Hindu. Untuk menulisnya, juru tulis Melayu pada masa lampau mencoba menyesuaikan tulisan dengan kondisi masyarakat sekitar, misalnya dengan menambahkan tulisan "jangan beriman" di akhir tulisan.

Gubernur NTB Minta Kekayaan Budaya Diarsipkan

Mataram, NTB - Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Muhammad Zainul Majdi mengatakan produk-produk kebudayaan yang ada sejak turun temurun wajib dilestarikan. Lebih dari itu harus terdokumentasikan dan terarsipkan dengan baik. Itu dilakukan agar makna kebudayaan yang ada bisa diwariskan secara tertulis.

“Saya ingin semua kekayaan budaya NTB mulai untuk ditranskripkan atau didokumentasikan supaya tidak menjadi pengetahuan oral tapi menjadi kekayaan yang diwariskan,” ujarnya saat memberikan sambutan di acara Seminar Nasional Kebudayaan, "Strategi dan politik budaya dalam era globalisasi" di Auditorium Bank Indonesia NTB, Selasa (15/9).

Selama ini, ia menuturkan, kekayaan budaya yang ada di NTB belum diketahui maknanya oleh banyak orang.

Oleh karena itu, sejak beberapa tahun ke belakang pemerintah provinsi berupaya mendokumentasikan kekayaan budaya NTB. Namun, responnya relatif rendah dibandingkan program-program lain.

Sambil menyindir, dirinya mengatakan respon masyarakat dan pimpinan di dinas terhadap program penulisan kekayaan budaya tidak sehebat merespon program sejuta sapi. Tidak hanya itu, apresiasi terhadap budayawan pun relatif kurang. Sehingga meskipun program berjalan akan tetapi tidak maksimal.

Zainul Majdi mengajak seluruh masyarakat dan instansi pemerintahan untuk mendokumentasikan kekayaan budaya yang ada. Bahkan hasil dokumentasi tersebut bisa dimasukan dalam pelajaran muatan lokal agar kebudayaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari bisa dipahami dan dimaknai artinya.

Tidak hanya itu, Zainul Majdi berharap agar regulasi di daerah bisa dibuat dengan memperhatikan perspektif budaya agar hasil yang ada bisa lebih baik dan utuh. Sehingga, aturan yang ada nantinya bisa menjaga NTB dengan adat dan nilai hidup yang ada.

“Saya sebagai Gubernur NTB, mengharapkan ada perspektif budaya ketika membuat pergub supaya bisa lebih baik utuh dan kalau lebih baik bisa menjaga daerah NTB ini dengan adat dan nilai hidup didalamnya. Kita tidak ingin regulasi memerosotkan budaya di NTB. Kita tidak hanya menjaga tapi menciptakan,” katanya.

Pascaerupsi, Kesenian Warga Merapi Dibangkitkan

Sleman, DIY - Bencana erupsi Merapi tahun 2010 tidak hanya mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda, tapi juga aset budaya. Untuk membangkitkan kesenian khususnya di lingkungan lereng Merapi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY memberikan bantuan seperangkat gamelan.

Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sosial ini sudah rutin dilaksanakan sejak tahun 2012. Tahun ini, bantuan gamelan diberikan kepada kelompok seni “Cahyo Budoyo” dari Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.

Pelaksana harian BPBD DIY GBPH Yudaningrat menyampaikan, sampai saat ini setidaknya sudah 15 kelompok kesenian mendapat bantuan peralatan. “Bantuan ini diharapkan dapat memberikan stimulan untuk membangkitkan aktivitas sosial budaya di kawasan rawan bencana,” katanya, Selasa (14/9).

Sementara itu, Penjabat Bupati Sleman Gatot Saptadi mengatakan, musibah erupsi lima tahun silam memberikan dampak berat bagi warga khusus­nya yang tinggal di zona KRB. Butuh waktu cukup lama bagi mereka untuk dapat pulih dari kondisi tersebut.

Indonesia “Tebar Pesona” di Ppameran Otdykh Leisure Moskow

Jakarta - Untuk kedelapan kalinya sejak tahun 2008, Indonesia kembali berpartisipasi dalam pameran pariwisata terbesar di Rusia, the 21st International Trade Fair for Travel and Tourism “Otdykh Leisure”

Pameran Otdykh Leisure 2015 diikuti 700 peserta dari Rusia dan 70 negara kawasan Uni Eropa, Amerika Latin, Amerika Serikat, Cina, beberapa negara eks Uni Soviet, serta ASEAN (Singapura, Vietnam, dan Thailand). Indonesia hadir di 2 stand terpisah, yakni stand “Enjoy Jakarta” yang khusus ditempati tim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta serta stand “Wonderful Indonesia” Kementerian Pariwisata RI yang selain membawa tim kesenian, juga diisi 13 pelaku bisnis pariwisata dan perhotelan di Indonesia.

Partisipasi Indonesia dalam event wisata tahunan ini didukung sepenuhnya oleh KBRI Moskow.

Stand “Enjoy Jakarta” dengan warna dominan hijau di hari pertama pameran ramai dikunjungi pengunjung yang meliputi kalangan pelaku bisnis pariwisata dan media masa. Nuansa Betawi terasa kental dengan kehadiran Kalya dan Rizky, runner up Abang dan None Jakarte 2015 sebagai penerima tamu dan juga hidangan jajanan pasar dan minuman khas Betawi bir pletok yang membuat pengunjung antri.

“Enak, rasanya hangat di perut,” ujar Sergey yang menjajal bir pletok Betawi.

Suasana stand DKI Jakarta juga semakin meriah dengan suguhan kesenian Betawi tari kipas dan tari piring yang dibawakan lincah dinamis oleh kelompok tari yang dibawa Dinas Pariwisata dan Budaya DKI Jakarta.

Begitu pula suara sopran penyanyi Lea Angeline Simanjuntak yang membawakan beberapa nomor lagu hits Katy Perry, Rock Around the Clock, Chrisye, Vina Panduwinata, Bengawan Solo, Indonesia Tanah Pusaka, dan Maragam-ragam, membuat hadirin ikut berdansa gembira. Selain Lea, 1 nomor lagu Maluku “Sio Mama” dalam Bahasa Rusia juga dibawakan oleh Dharma Oratmangun dan memperoleh aplus luar biasa dari hadirin.

Sementara itu stand Wonderful Indonesia Kementerian Pariwisata RI yang letaknya bersebelahan dengan stand DKI Jakarta juga tidak kalah meriah. Stand dengan desain kapal Phinisi merah diikuti 13 pelaku industri travel, tour, dan hotel yang menawarkan berbagai paket wisata Bali, pesona Borobudur, Prambanan dan Candi Ratu Boko, tempat-tempat pariwisata di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Eco-tourism.

Stand Wonderful Indonesia juga dimeriahkan dengan beberapa nomor tarian dari Jakarta serta kehadiran Everarda Belay, penenun kain tenun Tanimbar dan Jitron, pemain musik sasando dari NTT. Bukan hanya itu, kemeriahan warna-warni pakaian ala karnaval yang dikenakan para penari di kedua stand DKI Jakarta dan Kementerian Pariwisata juga membangkitkan minat masyarakat umum Rusia, profesional, ataupun media setempat untuk berfoto bersama.

Partisipasi Indonesia dalam ajang pameran Otdykh Leisure 2015 ini, menurut Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Djauhari Oratmangun, merupakan bagian dari strategi kreatif Indonesia untuk memasarkan berbagai destinasi wisawa di Indonesia beyond Bali guna lebih meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Rusia ke Indonesia yang mencapai hampir 100 ribu orang tahun lalu.

“Berlibur ke luar negeri sudah merupakan kultur dan kebutuhan masyarakat Rusia. Meskipun dewasa ini Rusia dikenai sanksi Barat dan nilai mata uang rubel merosot akibat turunnya harga minyak, namun dengan strategi pemasaran yang kreatif dan tepat saya yakin minat masyarakat Rusia berlibur ke Indonesia masih tetap tinggi. Terlebih lagi sejak tahun 2015 warga Rusia dibebaskan dari visa masuk ke Indonesia,” ujar Dubes Djauhari.

Festival Payung Solo, Membangkitkan Perajin Payung Tradisional

Solo, Jateng - Festival Payung Indonesia kembali digelar di Solo, Jawa Tengah, diikuti peserta dari dalam dan luar negeri. Festival ini diharapkan dapat turut melestarikan kerajinan payung Indonesia yang kini terancam punah dan membangkitan usaha perajin payung tradisional.

Festival Payung Indonesia II tahun 2015 mengusung tema ”Payung Lahir Kembali dalam Kebaruan Artistik Visual”. Perhelatan Festival Payung Indonesia ini diadakan di Taman Balekambang, Solo, selama tiga hari, Jumat-Minggu (11-13/9/2015). Pejabat Wali Kota Solo Budi Suharto mengatakan, Festival Payung Indonesia diharapkan turut menggerakkan perekonomian daerah di saat ekonomi nasional sedang melemah.

”Jangan sampai perhelatan festival payung II ini hanya menjadi kegiatan biasa-biasa, tetapi harus berpengaruh turut menggerakkan perekonomian daerah,” katanya, saat membuka Festival Payung Indonesia 2015 di Taman Balekambang, Jumat (11/9/2015).

Budi berharap festival ini dapat menggairahkan usaha para perajin payung yang ada di Solo dan daerah di sekitar Solo. Dengan demikian, UMKM kerajinan payung tradisional dapat membuka peluang usaha baru dan lowongan kerja baru. Ajang ini bisa jadi peluang bagi perajin yang terlibat dalam acara.

Ketua Panitia Festival Payung Indonesia 2015 Heru Mataya mengatakan, festival ini diikuti 13 kota yang di kota tersebut terdapat perajin-perajin payung tradisional. Beberapa kota itu di antaranya Baubau (Sulawesi Tenggara), Palu (Sulawesi Tengah), Kuantan Singingi (Riau), Padangpanjang (Sumatera Barat), Bengkulu, Jakarta; Bandung dan Tasikmalaya (Jawa Barat), Yogyakarta; serta Solo, Pekalongan, Klaten (Jawa Tengah). Festival ini juga diikuti delegasi dari Thailand, Tiongkok, dan Jepang.

Heru mengatakan, festival payung ini lahir dari keprihatinan atas menurunnya kerajinan payung tradisional di beberapa daerah. Para pembuat payung tradisional semakin terimpit produk payung modern. Melalui festival ini bisa menjadi forum bertemunya pelaku kerajinan payung sehingga bisa menemukan pasar baru.

Gundul Pacul Meriahkan Indonesia Day di Utrecht

London, Inggris - Lagu Gundul-Gundul Pacul dan Cublak-Cublak Suweng yang dibawakan kelompok paduan suara pelajar SD-SMP-SMA Nasional I Bekasi, memeriahkan acara Utrecht Indonesian Day (UID) yang diadakan pelajar Indonesia di Belanda yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Utrecht, akhir pekan lalu.

Kelompok paduan suara yang pernah meraih medali emas di ajang festival paduan suara di Tiongkok itu juga membawakan lagu klasik seperti Edelweis. Mereka menghibur sekitar 600 pengunjung acara Utrecht Indonesia Day 2015.

Ketua panitia UID 2015, Sarah Ervinda, kepada Antara London, Selasa menyebutkan acara Utrecht Indonesian Day (UID) bertujuan memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional yang berada di Provinsi Utrecht, Belanda.

Acara Utrecht Indonesian Day dikemas secara kreatif dengan mengangkat tema natural beauty of Indonesia, Indonesian traditional culture, Indonesian contemporary culture dan acculturation between Indonesian and Dutch (western) culture dihadiri Kuasa Usaha Ad-Interim dari KBRI Den Haag, Ibnu Wahyutomo, dan Dubes Perwakilan Indonesia untuk UNESCO Prof. Dr. T.A. Fauzi Soelaiman.

Dalam sambutannya Prof. T.A. Fauzi Soelaiman menekankan mengenai posisi Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya dalam konteks internasional (UNESCO). Ia juga menjelaskan mengenai peranan penting mahasiswa Indonesia di luar negeri sebagai duta budaya Indonesia.

Acara Utrecht Indonesian Day, juga menampilkan Nusantara Student Ensemble (NSE) yang membawakan lagu Rayuan Pulau Kelapa dengan dua vokalis bersuara tinggi yang merupakan mahasiswa konservatorium Utrecht: Ardelia dan Deasy.

Syafri Bahar membacakan puisi mengenai perjuangan kemerdekaan dan keindahan Kota Makassar. Seusai puisi, penonton disuguhi tari topeng yang dibawakan penari asal Utrecht, Kania Soeradjibdja.

Alunan musik angklung dibawakan warga Indonesia yang tergabung dalam Angklung Eindhoven membawakan lagu-lagu daerah Indonesia di antaranya Yamko Rambe Yamko dan Manuk Dadali.

Acara Utreacht Indonesian Day juga diisi dengan presentasi Dr. Jan van Dullemen, alumni dari Universitas Utrecht yang menceritakan mengenai karya arsitektur Belanda di Indonesia dibangun selama masa Hindia-Belanda.

Oktober, Festival Karimata Siap Digelar

Pontianak, Kalbar - Pemerintah Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat menyatakan sudah siap menggelar pelaksanaan Festival Karimata yang akan digelar pada 18 - 20 Oktober 2015.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kayong Utara, Mas Yuliandi saat dihubungi di Sukadana, Sabtu (29/8/2015) menargetkan bahwa Festival Karimata tahun 2015, akan menjadi barometer untuk persiapan Sail Selat Karimata tahun depan.

Ia menambahkan bahwa rencana festival kali ini bertepatan dengan momen datangnya yacht (kapal layar) dari beberapa negara yang ikut memeriahkan Wonderful Sail Indonesia 2015 yang sedang berlangsung.

"Festival ini diharapkan dapat menjadi kegiatan untuk uji coba pelaksanaan sail mendatang sehingga dengan pelaksanaan festival ini sedikit banyak sebagai ajang promosi," kata Mas Yuliandi.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Karimata, Amri menjelaskan pelaksanaan kegiatan festival itu, saat ini menjadi perhatian serius untuk mensukseskannya.

"Persiapan pelaksanaan Festival Karimata sudah pada tahap penyusunan kepanitiaan dan hanya tinggal SK (surat keputusan) penetapan saja. Untuk sarana dan prasarana sudah 80 persen, hanya tinggal koordinasi dan komunikasi yang perlu di tingkatkan lagi," ungkapnya.

Amri juga berharap cuaca pada Oktober mendukung untuk perencanaan Festival Karimata. Untuk itu pihaknya tetap berkoordinasi dengan BMKG agar acara festival nantinya berjalan dengan lancar.

Festival Karimata ini akan dipusatkan di Desa Betok dan Padang, Kecamatan Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara dengan target peserta dari luar kabupaten dan masyarakat lokal. Hingga saat ini menurutnya, panitia sedang bekerja keras melakukan pematangan untuk persiapan festival bulan oktober mendatang.

"Acara festival ini adalah bagian dari persiapan sail mendatang, sukses atau tidaknya acara Sail Selat Karimata tahun mendatang, salah satu faktor penentunya adalah Festival Karimata tahun ini," katanya.

Dalam acara festival nanti, dia menambahkan juga akan diadakan berbagai perlombaan serta fun festival, seperti lomba fotografi baik landscape maupun underwater, festival memancing, diving, snorkling, food festival, jurnalist trip, lomba sampan, dan dimeriahkan dengan berbagai hiburan rakyat tradisional dan lain lain.

"Dalam semua lomba atau festival tersebut panitia tidak menarik biaya registrasi, bahkan panitia menanggung fasilitas dari penginapan, transportasi hingga konsumsi," ujarnya.

Muntok Jadi Kota Pusaka

Muntok, Babel - Jumat pagi, kota Muntok disaput kabut asap. Sisa pembakaran hutan dari pulau Sumatera tertiup angin hingga ke pulau Bangka, mengganggu pemandangan kota yang hari itu diperkenalkan ke dunia Internasional sebagai Kota Pusaka Nasional.

Namun, untunglah kabut asap tak sampai membatalkan perhelatan Internasional yang sudah dirancang jauh-jauh hari di kota itu. Ajang pariwisata internasional itu diberi nama The International Homestay Promotion and Old Town, digelar atas kerja sama tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT Homestay Fair).

Pameran pariwisata ini bukan untuk pertama kalinya digelar. Bahkan Indonesia sudah menjadi dua kali menjadi tuan rumah, yaitu 2013 dan 2015, sementara Malaysia dua kali juga, yaitu 2012 di Perak dan 2014 di Negeri Sembilan. Diselenggarakannya IMT-GT Homestay Fair 2015, selain memperkenalkan kota Muntok, juga untuk mempererat hubungan tiga negara tersebut dalam berbagai bidang yakni pariwista, ekonomi dan sosial.

Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multi Kultural Hari Untoro Drajat mengatakan, acara ini terkait dengan homestay dan kota tua.

"Hari ini merupakan sejarah penting bagi Muntok. Mereka mulai deklarasi mempromosikan Muntok sebagai kota Pusaka dan Homestay," ujarnya usai membuka IMT-GT, Jumat (11/9).

Bagi Bupati Bangka Barat Zuhri H Syazali, peristiwa ini menjadi penghargaan dan kepercayaan yang luar biasa bagi masyarakat dan kotanya. Menurutnya, ini adalah awal kembali dari kebangkitan sejarah budaya Bangka Barat.

"Spirit warga menjadi tuan rumah di kotanya sendiri. Masyarakat berpeluang dalam mengelola sektor,” ujarnya.

Zuhri mengatakan ada dua komoditas yang bisa membangun Muntok. yaitu timah dan lada. Dia mengatakan, kelak dua komoditas tersebut akan dikemas secara apik. Ia juga akan membuat homestay yang telah ada kian berkembang.

"Muntok jadi salah satu kebanggaan yang tak terpisahkan dari sejarah," ungkapnya.

Hari menambahkan, pemerintah pusat akan membantu promosi secara besar-besaran melalui berbagai media, yaitu elektronik, cetak hingga media sosial. Menurutnya, dengan komitmen bersama yang berangkat dari kesadaran semua pihak, promosi Muntok akan berjalan baik.

Di Muntok, ada berbagai kampung homestay, seperti Melayu, Tionghoa, dan Eropa. Ini menunjukkan keberanekaragaman masyarakat di Muntok.

"Di sini, ada banyak sumber kekayaan, tidak hanya secara fisik tapi juga tradisi yang menjadikan masyarakat Muntok multikultur,” kata Hari. Yang paling penting dari semua itu adalah segala kultur yang ada di Muntok berjalan dengan selaras dan damai. “Sapta pesona kita bangun bersama. Damai dan aman adalah salah satu syarat," kata Hari.

Muntok didirikan oleh Abang Pahang, mertua Sultan Palembang Darusssalam Mahmud Badaruddin I (1720-1755) pada 1722. Tempat ini pernah menjadi ibukota Karesidenan Bangka Belitung, sebelum dipindahkan ke Pangkal Pinang pada 1907 oleh Residen J. Englenberg.

Selain itu, Muntok juga menjadi saksi penting bagi sejarah perkembangan Republik Indonesia. Dua proklamator, Bung Karno dan Bung Hatta pernah diasingkan di kota ini oleh Belanda, yaitu pada 1948-1949. Mereka tinggal di Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam. Kedua gedung ini masih dirawat dengan baik hingga saat ini.

Kepala Dinas Pariwisata Bangka Belitung Tajuddin mengatakan, untuk regional provinsi, pihaknya menargetkan mendatangkan wisatawan baik mancanegara dan lokal. Dia yakin bila bandara Depati Amir di Pangkal Pinang dijadikan bandara internasional, akan banyak wisatawan mancanegara yang hadir di Bangka Barat.

November, Pasar Tebet Jadi Ruang Seni

Jakarta - Pasar Tebet Barat dan Timur akan jadi ruang seni para seniman dari Jerman dan Indonesia pada bulan November mendatang. Kegiatan ini merupakan bagian dari acara Jerman Fest 2015. Lima seniman Jerman dan lima seniman Indonesia akan memamerkan karya seni mereka di kedua pasar Tebet ini.

"Kalau pasar Minggu dan pasar Senen sudah sering dipakai, Jatinegara juga, kita cari pasar yang baru," jelas Leonhart Bartolomeus, kurator Ruang Rupa (RURU) Gallery saat konferensi pers Jerman Fest 2015 di Goethe House, Rabu (2/9/2015).

Menurut Barto, pasar sengaja dipilih agar ada "ketegangan" antara seniman dengan masyarakat. Ketegangan yang dimaksud adalah interaksi antara seniman dengan mereka yang menjalankan pasar. Selain itu, hal ini juga menunjukan bahwa seni bukan hal yang eksklusif melainkan menjadi bagain dari hidup sehari-hari.

"Kita enggak mau pakai ruang publik yang sifatnya netral seperti taman. Di Jerman orang sudah mengerti seni. Dia berkarya, dia letakan di taman, orang menikmati. Di Indonesia belum bisa, kita mau dekatkan seni ke kehidupan sehari-hari," ujar Barto.

Selain itu melalui pasar, para seniman juga ditantang untuk membuat karya yang memiliki kedekatan dengan publik. Seniman harus pandai berinteraksi agar orang-orang di pasar bersedia menjadikan wilayahnya sebagai karya seni, bersedia menjaga karya tersebut, bahkan terlibat langsung dalam pebuatannya.

Lima seniman Jerman yang akan berkarya nanti adalah mahasiswa seni dari Frankfurt. Sedangkan lima seniman di Indonesia adalah Angga Cipta, Popo, Maharani Mancanegara, Putri Ayu, dan Rofi. Kelimanya diakui Barto merupakan seniman yang terbiasa berkarya di ruang publik atau bekerja bersama orang lain seperti masyarakat di kawasan pasar.

Sayangnya dari sepuluh seniman ini belum ada yang melakukan kolaborasi karya. Seniman Jerman dan Indonesia masih membuat karya masing-masing. Meski demikian Barto mengaku kolaborasi tetap terjadi di ranah konsep dan ide.

"Seniman Indonesia mengajarkan proses interaksi mereka dengan masyarakat dan bisa memberi saran karya apa yang cocok dibuat di Indonesia. Sementara seniman Jerman biasa memberikan saran perihal konsep atau ide pada seniman Indonesia," terangnya.

Tim Kesenian Riau Tampil Membanggakan di Kupang

Kupang, NTT - Tim Kesenian Provinsi Riau tampil membanggakan di ajang Temu Karya Taman Budaya seIndonesia di Nusa Tenggara Timur, Kupang pada Kamis malam (10/9 lalu. Tim kesenian yang langsung dibawa oleh UPT Museum dan Taman Budaya Provinsi Riau itu membawakan sebuah garapan kolaborasi antara seni musik, tari, teater dan sastra.

Tampil di panggung terbuka yang lebih tepatnya berada di area Taman Budaya Kupang itu, Tim Seni Budaya Riau mengusung tema besar, Riau sebagai tanah tumpah darah Melayu (Homeland of Malay). Oleh karena itu seni pertunjukan yang berdurasi sekitar 30 menit itu membawakan ragam kekayaan seni dan tradisi yang ada di Riau.

Di panggung yang kira-kira berukuran 15 x 10 meter itu, di antara tiup angin kencang, tim seni Provinsi Riau memulai pertunjukan dengan garapan musik yang diarensmen oleh Afdal. Konsep garan tentu saja berangkat dari kekayaan seni tradisi yang ada, sehingga tak heran kemudian di dalam garapan musik pembuka itu terdengar syair dan senandung khas Riau.

Sementara itu, dari unsur seni,dihadirkan pula zapin tradisi. Empat orang penari zapin asal Meskom yang berproses di Sanggar Tengkah Zapin, menarikan tarian kebangaan mereka di hadapan ratusan penonton yang hadir.

Dalam pada itu, sebuah fragmen singkat dari teater,disuguhkan pula kisah Raja Kecik yang diperankan oleh aktor-aktor dari Provinsi Riau, Monda Gianes dan kawan-kawan. “Namun ke semua unsur garapan itu menyatu dalam judul besar Menggapai Kemuliaan,” jelas pimpinan rombongan, Kepala UPT Museum dan Taman Budaya Dinas Pendidikan Provinsi, Sri Mekka.

Lebih jauh disebutkan Mekka, helat Temu Karya Taman Budaya ini dimaksudkan terjadinya keterbukaan ruang komunikasi budaya melalui seni pertunjukan. Disamping itu dapat pula menjadi dialog-dialog kreatif antara sesama pelaku seni se-Indonesia melalui karya-karya yang dipentaskan. “Agenda ini memang dilakukan setahun sekali yang menghadirkan sanggar atau komunitas yang dibina oleh Taman Budaya sei-Indoensia,” ujar Sri Mekka.

Lebih lanjut disebutkan Mekka, perhelatan akbar yang dihadiri oleh kementrian kesenian dan juga petinggi dan pejabat negeri NTT itu juga dapat dijadikan ajang di mana masing-masing kita bisa menghargai keanekaragaman budaya yang ada di Republik Indonesia ini. Kata Mekka lagi,budaya merupakan identias sebuah bangsa yang diturunkan dan diwarisi turun temurun dari pendahulunya. Budaya juga menembus berbagai dimensi ruang,dari masa ke masa sehingga pemaknaanya dapat ditindak lanjuti.

“Dengan demikian, helat ini juga sebagai upaya penggalian dan pelestarian terhadap nilai-nilai tradisi sehingga ke depannya dapat menjamin pola pelestarian yang diperlukan. Itulah saya kira temu karya taman budaya ini menjadi penting karena sesuai dengan topoksi dari Taman Budaya dalam hal pembinaan,” ujarnya lagi.

Sementara itu, usai penampilan,tim kesenian Riau mendapat sambutan hangat dari penonton yang hadir. Tepuk tangan bergemuruh sebagai bukti apresisasi yang baik dari tetamu yang hadir, dari tim kesenian dari provinsi lainnya. “Alhamdulilllah, penampilankita dari Riau cukup membanggakan dan mendapat sambutan hangat dari para hadirin yang hadir. Meskipun sebelumnya kitamendapat kesulitan dalam keberangkatan ke NNT diakibatkan kabut asap, tapi dengan tampilan yang memuaskan ini, tentunya dapat mengobati semua kesulitan yang dihadapi,” ujar Kasi Taman Budaya, Efie Andrani.

Salah seorang apresiator asal Kupang, Mirsak Toy usai pertunjukan mengatakan, pementasan dari tim kesenian Riau mantap. “Menarik, karena ada banyak unsur seni yang terdapat di dalamnya. Saya sangat suka toh, tim kesenian dari Riau, mantap,” ucapnya dengan logat khas NTT yang dalam kesempatan itu juga, dia mengaku sangat menyenangi pantun dan mengagumi Raja Ali Haji itu.

Anjungan Riau Gelar Festival Lagu Melayu

Jakarta - Badan Penghubung Provinsi Riau di Jakarta meLalui Unit Pelaksana Tugas (UPT) Anjungan Riau terus berupaya  mempromosikan Kebudayaan Melayu Riau. Hampir setiap pekan menggelar acara yang berkaitan dengan kebudayaan Melayu Riau. Mulai dari tari, musik dan lagu Melayu serta menampilkan tradisi yang ada di kabupaten/kota di Riau, seminar tentang budaya hingga turut berpartisipasi pada event-event yang digelar oleh manajemen TMII.

Pada kesempatan kali ini, Anjungan Riau menggelar kegiatan Festival Tari Melayu di Komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Kepala Badan Penghubung Riau Jakarta, H Doni Aprialdi melalui Kepala UPT Anjungan Riau, Zulfikar mengatakan kegiatan Festival ini diadakan selama dua hari yaitu tanggal 12-13 September 2015.

"Kegiata Festival ini diadakan selama dua hari, untuk Festival Tari Melayu di gelar hari ini dan Festival Lagu Melayu besok. Penutupannya juga besok sekaligus pemberian hadiah," kata Kepala UPT Anjungan Riau Zulfikar, di Komplek TMII, Jakarta, Sabtu (12/9/2015).

Kegiatan Festival Tari Melayu yang diikuti sebanyak 12 sanggar Melayu, ini juga merupakan kegiatan rutinas Anjungan Riau. "Perlombaan menampilkan beberapa Tarian Melayu yang kreatif, ini juga diikuti 12 sangar diantaranya Siak, Inhil, Inhu, Kuantan Sengingi, dan Pelalawan," kata Zulfikar.

Zulfikar berharap, dengan kegiatan tersebut tentunya sebagai momen mempromosikan budaya melayu khususnya tari melayu ke masyarakat luas. "Bisa kita lihat, tidak sedikit para pengunjung yang antusias menyaksikan kegiatan yang kita adakan, tidak hanya berasal dari masyarakat Riau yang berdomisili di Jakarta, tapi juga masyarakat luas bahkan manca negara," ungkapnya.

Pekan Budaya Sulawesi Tengah ke-14 Digelar

Parigi, Sulteng - Pekan budaya Sulawesi Tengah ke-14 digelar sebagai bagian dari kegiatan Sail Tomini 2015 yang dipusatkan di Pantai Kayubura, Desa Pelawa Baru, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Minggu.

Pekan budaya kali ini mengusung tema tentang laut yang menjadi sumber inspirasi kehidupan. Diikuti oleh 12 kabupaten dan satu kota, pekan budaya berlangsung hingga puncak pelaksanaan Sail Tomini, 19 September 2015.

Panas matahari yang menyengat di pantai Kayubura pun tidak menyurutkan antusias para kontingen dari kabupaten/kota mengikuti pembukaan yang lokasinya bersebelahan dengan panggung utama Sail Tomini.

Selain menyajikan berbagai keunggulan budaya dan seni daerah masing-masing, pekan budaya juga menampilkan berbagai potensi wisata.

Selain dari Sulawesi Tengah, sejumlah provinsi lain juga ikut berkontribusi dalam memamerkan produk keunggulan lokalnya seperti Gorontalo, Sulawesi Barat dan Kalimantan Timur.

Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Sudarto berharap pekan budaya dapat mendorong pariwisata di Sulawesi Tengah menjadi unggulan industri wisata di kawasan timur Indonesia.

Acara pekan budaya dibuka dengan tari Gavu Bukekatuvu (Laut Biru Sumber Kehidupan) dengan menampilkan 70 penari dari siswa-siswi SMA di Kabupaten Parigi Moutong.

Festival Duwo akan Jadi Agenda Tahunan

Gorontalo - Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan Festival Duwo akan menjadi agenda tahunan dalam kalender pariwisata.

Festival Duwo merupakan salah satu agenda yang diikuti para duta besar saat diplomatic tour pada Festival Boalemo beberapa waktu lalu.

Duwo adalah nama lokal untuk ikan nike yang merupakan endemik Gorontalo.

"Nike itu ikan yang unik dan hanya ada di Gorontalo. Kami menggunakan potensi ikan ini untuk menggaet wisatawan dengan menggelarnya setahun sekali atau bahkan dua kali," ujarnya di Gorontalo, Minggu.

Menurutnya dari sejumlah hasil penelitian, ikan nike memiliki protein dan lemak yang lebih tinggi sehingga baik untuk kesehatan terutama gizi pada anak.

Ikan nike berukuran hanya sekitar 1 cm dan hanya muncul saat bulan gelap di beberapa titik perairan Teluk Tomini.

Dalam Festival Duwo, pengunjung disuguhkan pemandangan pada malam hari saat para nelayan melakukan penangkapan ikan yang dimulai dengan prosesi khusus hingga ikan tersebut tiba di bibir pantai.

Selanjutnya pengunjung akan dihidangkan sejumlah masakan khas Gorontalo berbahan baku ikan tersebut seperti perkedel nike dan ilepao.

Gubernur mengaku pihaknya akan lebih fokus pada pariwisata bahari, karena tidak membutuhkan modal yang banyak dan cukup memelihara sumber daya yang sudah ada.

"Kami memilih tiga wilayah untuk potensi wisata bahari yakni Bone Bolango dengan Taman Laut Olele, Gorontalo Utara dengan Pulau Saronde dan Boalemo dengan Pulau Cinta," tambahnya.

Warga Batak Gelar Pentas Budaya di Sawahlunto

Sawahlunto, Sumbar - Pagelaran seni budaya bertajuk "Semalam di Ranah Batak" yang digelar oleh Paguyuban Suku Batak di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Sabtu malam (12/9), mampu menarik minat hampir seribuan orang masyarakat daerah itu.

Ketua Paguyuban Suku Batak kota itu, S Hutagaol di Sawahlunto, Sabtu (13/09/2015), mengatakan pada pagelaran yang dipusatkan di kawasan Lapangan Segitiga Sawahlunto tersebut, pihaknya menghadirkan sejumlah kegiatan seni dan budaya khas suku Batak.

Mereka tampilkan aneka seni dalam sebuah konsep hiburan yang atraktif dan penuh nilai-nilai pendidikan serta pesan moral tentang pentingnya menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan menjadikan keberagaman suku, adat, ras dan agama sebagai kekuatan bangsa di kancah pergaulan dunia.

"Dalam kegiatan tersebut, kami ingin menunjukkan sumbangsih kami kepada bangsa Indonesia, khususnya bagi Kota Sawahlunto yang saat ini terus melakukan terobosan-terobosan dalam mewujudkan visi sebagai kota wisata tambang yang berbudaya," katanya.

Menurutnya, keberadaan masyarakat suku batak di kota itu sudah berlangsung sejak lama dan membaur dengan suku-suku lain dalam sebuah tatanan sosial yang rukun dan damai, sejak zaman penjajahan kolonial Belanda.

Pembauran tersebut, lanjutnya, cukup menjadi bukti bagaimana adat istiadat yang berbeda ternyata mampu melahirkan sebuah kelompok masyarakat adat dan tumbuh menjadi salah satu potensi kepariwisataan yang mungkin tidak dimiliki oleh daerah lain.

"Kami berharap kegiatan ini mampu memupuk rasa persatuan dan kesatuan bagi generasi penerus bangsa Indonesia dan menjadi salah satu ikon pariwisata di Kota Sawahlunto," katanya.

Dubes: "Discover" Indonesia Wujud Pertukaran Budaya

Glasgow, Skotlandia - "Discover" (menemukan) Indonesia yang menampilkan berbagai kesenian Indonesia di Skotlandia, merupakan wujud dari kolaborasi dan pertukaran budaya dalam arti yang sesungguhnya dan diharapkan seniman Indonesia dapat memperluas jaringan.

Hal itu diungkapkan Dubes RI untuk Kerajaan Inggris Raya dan Republik Irlandia Hamzah Thayeb dalam acara "civic reception" yang diadakan di City Chamber Glasgow, menyambut para seniman Indonesia yang tampil dalam acara "Discover Indonesia" di Glasgow, demikian Pensosbud KBRI London Dethi Silvidah Gani kepada Antara, Sabtu.

Resepsi yang digelar "Cryptic", rumah kreatif di Skotlandia yang dipimpin Cathie Boyd diadakan menyambut para seniman Indonesia yang akan mengisi acara Discover Indonesia dalam rangkaian "UK Tour" ke beberapa kota di Inggris seperti Edinburg, London, Glasgow dan terakhir di Wales, Cardiff.

Menurut Dubes, "Discover Indonesia: UK National Tour 2015" merupakan "showcase" terbesar dari seni pertunjukan Indonesia. Melalui program ini, penonton di Inggris dapat menikmati berbagai kesenian Indonesia.

Dubes juga menyampaikan penghargaan kepada Baillie Philip Braat, Councillor of Glasgow City Council, dan Cathy Boyd, Director of Cryptic serta Sally Goggin, Country Director British Council Indonesia, yang mengorganisasi dan menjadi tuan rumah menyambut seniman Indonesia untuk Tour Glasgow.

Sementara itu, Councillor of Glasgow City Council, Baillie Philip Braat menyambut hangat kunjungan seniman Indonesia di Skotlandia yang mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dan pemangku kepentingan lainnya di Indonesia dan di Inggris untuk disatukan dalam Tour di Glasgow, dan tiga kota lain di Inggris, yaitu Edinburgh, London dan Cardiff.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di London tidak perlu diragukan lagi mendukung setiap inisiatif bersama kolaboratif ini karena mewujudkan pertukaran budaya dalam arti yang sesungguhnya, dan Dubes berharap seniman Indonesia dapat memperluas jaringan sementara, masyarakat di Inggris dapat mempelajari lebih lanjut tentang seni pertunjukan di Indonesia.

Seniman Indonesia yang tampil di Glasgow, selain penampilan kelompok musik asal Aceh KanDe, Papermoon Puppet Theatre dan penari Soerya Soemirat dari Kraton Solo, juga pameran instalasi Jompet Kuswidananto dengan menampilkan Grand Parade, Uniform_code karya Jum Allen Abel serta Budayawan Gunawan Mohamad dan juga ditampilkan promosi kuliner Indonesia kepada masyarakat di Skotlandia.

Indonesia banquate yang disajikan di restauran Skotlandia Stravaigin dengan chef asal Glasgow itu dengan menu sayur asem udang, rendang daging, sate ayam, tanu, ikan makarel serta nasi tumpeng juga menyediakan Bali Hali Punch, kopi Cocktail.

Mengangkat Ikon Budaya sebagai Motif Batik

Yogyakarta - Apakah Anda mencari kain batik bermotif ikon budaya? Karya lima mahasiswa Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang dikenal dengan Indonesia Culture in Batik atau ICB bisa menjadi pilihan.

Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penelitian untuk program Kreativitas Mahasiswa ini sukses menghasilkan kain batik bernuansa budaya yang cukup dikenal di Yogyakarta. Namanya Pesona Yogyakarta dan kain bermotif Kalimantan Barat. Untuk Pesona Yogyakarta, ikon yang diangkat adalah Tugu Yogyakarta yang dikenal dengan nama Tugu Pal. Kemudian, ada gambar wayang, gamelan, keris lekuk 7, dan rumah joglo.

Sementara, pesona Kalimantan Barat bergambar Tugu Khatulistiwa, senjata tradisional Dayak, burung enggang gading, ikan arwana merah, kelapa sawit, dan lidah buaya. "Khusus desain motif Pesona Yogyakarta, telah terjual lebih dari 350 produk," ucap Miftahudin Nur Ihsan, salah satu mahasiswa pencetus produk tersebut.

Miftahudin bersama Dheni Nugroho, Deary Putriani, Joko Susanto, dan Erwan Aditya terdorong membuat batik ICB karena tertantang dengan predikat World Craft City of Batik yang diberikan Dewan Kerajinan Dunia kepada Yogyakarta. Kemunculan batik Pesona Yogyakarta menjadi representasi keinginan mereka. Ikon kultur di kota budaya ini menjadi produk yang sangat mungkin mendunia.

Kini karya para mahasiswa tersebut telah lolos babak final Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional 2015 yang akan berlangsung di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada Oktober mendatang. "ICB ingin mengenalkan simbolsimbol budaya yang ada di masyarakat sebagai motif batik. Tujuannya memperkenalkan kembali budaya di masyarakat dalam kemasan menarik. Selama ini batik di pasaran belum ada yang mengangkat simbol-simbol budaya sebagai motif batik," ungkap Miftahudin yang dipercaya menjadi ketua kelompok mahasiswa tersebut.

Sebagai karya yang bisa dikembangkan ke arah ekonomi, motif batik mereka saat ini diupayakan untuk mendapatkan hak merek dagang dan hak cipta motif. Mereka juga berencana menambah motif batik dengan ikon budaya yang ada di masyarakat.

“Indonesia dengan cukup banyak budaya akan memudakan upaya penciptaan motifmotif baru, tidak hanya Pesona Yogyakarta dan Pesona Kalimantan Barat,” ujar rekannya, Deary Putriani.

Memperkenalkan Indonesia Melalui Tarian

Jakarta - Berbagai tarian dibawakan dengan lincah oleh tim kesenian dari Universitas Padjadjaran pada "Festival Encuentro International de Folklore" ke-14, menarik perhatian masyarakat di kota Zaragoza, Spanyol.

"Tim kesenian dari Universitas Padjadjaran Jatinangor selain menampilkan Tari Piring juga membawakan tarian dari Betawi, Tari Saman Aceh, dan Tari Burung Kalimantan dengan kostum warna-warni membuat penonton yang hadir di Auditorium kota Zaragoza takjub," kata Fungsi Pensosbud KBRI Madrid dalam keterangannya kepada Antara London, Sabtu.

Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan. Tari Piring merupakan sebuah simbol masyarakat Minangkabau. Di dalam tari piring gerak dasarnya terdiri daripada langkah-langkah Silat Minangkabau atau Silek.

Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.

Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.

Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piring di atas dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-gerakan tari yang cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan oleh para penari dilemparkan ke lantai dan kemudian para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring tersebut.

Tarian ini diiringi oleh alat musik Talempong dan Saluang. Jumlah penari biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Kombinasi musik yang cepat dengan gerak penari yang begitu lincah membuat pesona Tari Piring begitu menakjubkan. Pakaian yang digunakan para penaripun haruslah pakaian yang cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan.

Sementara Tari Saman adalah sebuah tarian Suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.

Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.

Sebelum saman dimulai, sebagai mukaddimah atau pembukaan tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.

Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.

Tari saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut syekh. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.

Pada zaman dahulu, tarian ini pertunjukkan dalam acara adat tertentu, diantaranya dalam upacara memperingati hari Maulid Nabi Muhammad. Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula pada acara-acara yang bersifat resmi, seperti kunjungan tamu-tamu antar kabupaten dan negara, atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya.

Adapun Tari Burung Kalimantan, atau Tari Burung Enggang atau biasa disebut Tari Enggang adalah sebuah tarian Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur. Tari Burung Enggang menjadi tarian wajib dalam setiap upacara adat Suku Dayak Kenyah. Tari Burung Enggang menggambarkan kehidupan sehari-hari burung enggang yang biasanya dibawakan oleh wanita-wanita muda Suku Dayak Kenyah.

Menurut kepercayaan orang Dayak Kenyah nenek moyang mereka berasal dari langit dan turun ke bumi menyerupai burung enggang.Oleh karena itu, masyarakat dayak Kenyah sangat menghormati dan memuliakan burung enggang. Sehingga Tari Enggang dapat dimaknakan sebagai perhormatan Suku Dayak Kenyah terhadap asal usul leluhur mereka. Bulu-bulu Burung Enggang ini selalu memegang peranan yang penting pada setiap upacara-upacara adat dan tarian-tarian adat dan juga bentuk-bentuk Burung Enggang banyak terdapat pada ukir-ukiran suku Dayak Kenyah.

Ada pula yang mengartikan Tarian Burung Enggang sebagai simbol perpindahan masyarakat Dayak dari satu tempat ke tempat lainnya secara berkelompok. Melihat kebiasaan Suku Dayak pada masa yang lalu selalu berpindah tempat dan menjalani hidup secara nomeden, dikarenakan Suku Dayak pada masa itu selalu berperang antar suku, sehingga mereka memilih hidup berpindah-pindah untuk mencari keselamatan.

Sementara Tari Betawi, setidaknya ada lima jenis tari dari wilayah Jakarta ini. Tari-tarian ini hidup dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat aslinya, yakni masyarakat Betawi. Tarian Betawi terbentuk dari proses asimilasi berbagai kebudayaan, seperti Melayu, Arab, Cina, Portugis, India, dsb. Tarian Betawi juga mempunyai ciri khas sendiri, yaitu penggunaan suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis.

Seniman Mancanegara Ikut Meriahkan Festival Payung Indonesia 2015

Solo, Jateng - Sejumlah seniman dan pengrajin dari luar negeri ikut memeriahkan Festival Payung Indonesia 2015 yang digelar di Taman Balekambang Solo, Jawa Tengah pada 11-13 September.

Ketua Panitia Penyelenggara FPI 2015, Heru Mataya, di Solo, Kamis, mengatakan berbeda dari tahun lalu yang hanya diikuti peserta dari dalam negeri, festival tahun melibatkan seniman dan pengrajin dari Thailand, Jepang, dan Tiongkok.

Festival tahun ini mengambil tema "Umbrella Reborn", dengan peserta dalam negeri antara lain dari Kabupaten Bau Bau (Sulawesi Tenggara), Palu (Sulawesi Tengah), Kuantan Singingi (Riau), dan Padangpanjang (Sumatera Barat).

Seterusnya, peserta dari Bengkulu, DKI Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Yogyakarta Banyumas, Solo, Pekalongan, Klaten, Bali dan Malang.

Heru menjelaskan seniman dan pengrajin payung dari luar negeri juga dilibatkan agar peserta dan masyarakat mengenal budaya masing-masing negara.

Para seniman dan pengrajin dari Tiongkok, Thailand, dan Jepang akan memperagakan cara membuat kerajinan payung mereka di hadapan peserta workshop yang merupakan bagian dari agenda festival.

Chen Mi, salah satu pengrajin payung asal Tiongkok mengatakan, pihaknya sangat bangga dapat mengikuti Festival Payung Indonesia. Menurut dia, Indonesia telah berupaya dengan baik untuk melestarikan payung tradisionalnya.

Di Tiongkok, ujarnya, payung tradisional kini hanya menjadi cendera mata. Ia berpendapat, pelestarian perlu dilakukan dengan mengkombinasikan payung tradisional dengan unsur modern.

"Payung tradisional Tiongkok sudah digunakan masyarakat sejak 500 tahun lalu. Dan, sekarang harus diperbarui atau kombinasi payung modern," ujarnya.

Ia pun berharap dapat belajar banyak soal payung tradisional Indonesia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, Eny Tyasni Susana berharap festival payung mampu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara..

"Festival Payung Indonesia 2014 selama tiga hari dikunjungi sekitar 25 ribu orang. Tahun ini lebih menarik dan go international sehingga pengunjung diharapkan meningkat dibanding tahun sebelumnya," kata Eny.

Festival Payung 2015 digelar oleh Mataya Arts dan Heritage bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta, didukung Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ajuwara Sulsel Raih Golden Award Ritual Dance Folklore

London, Inggris - Tim tari Ajuwara dari Sulawesi Selatan meraih penghargaan First Award Golden Orpheus untuk kategori Ritual Dance Folklore pada XII Black Sea Festival Euro Folk 2015 yang berlangsung di kota Kiten Bulgaria dari 2 hingga 5 September.

Penghargaan ini diraih setelah tim bersaing dengan 85 kelompok tari dari enam negara lainnya yaitu Bulgaria, Latvia, Polandia, Rusia, India, dan Austria, kata Pensosbud KBRI Sofia, Dina Martina, Senin (6/9/2015).

Keunikan tarian dan musik serta kostum tari Ajuwara Makassar seperti sarung, baju bodo dan busana adat Toraja telah menarik perhatian penonton festival di panggung maupun di luar panggung.

Tim juga mendapatkan penghargaan Essential Contribution at Preserving and Developing of Traditional Folklore Art; Holder of the Honorary Sign of musical Feast Euro Folk; Discovery of the XII Black Sea Fest 2015; Laurete (the best perpormance).

Dengan prestasi tersebut, penyelenggara mereferensikan Tim untuk mengikuti World Championship of Folklore 2016 yang akan diadakan pada Agustus tahun depan di Nessebar Bulgaria. Hadir pada acara penutupan Dubes RI dan Ibu Lia Saptomo memberikan dukungan kepada tim tari.

Presiden Festival, Kaloyan Nikolov, menyampaikan terima kasih kepada Dubes RI yang telah mendukung penuh keikutsertaan tim tari Ajuwara Sulawesi Selatan Indonesia pada Festival ini. Tim telah bersedia hadir meskipun harus menempuh perjalanan panjang guna memperkenalkan tradisi dan budaya Sulawesi Selatan. Kaloyan bahkan menyebut tim sebagai the most greatest performance.

Ketua Tim, Abdi Bashit, mengatakan bahwa kesenian merupakan jembatan yang dapat menghubungkan berbagai bangsa berbeda di dunia sebagaimana disaksikannya selama Festival. Semua materi musik dan tari memiliki konsep yang sama, yaitu kerukunan dan kebersamaan di antara keberagaman tradisi dan budaya.

Gembira

Sementara, para penari yang sebagian besar adalah mahasiswa Universitas Hassanudin menyampaikan kegembiraannya dapat berpartisipasi pada festival ini, karena baru pertama kalinya tim mengikuti kompetisi pada folklore festival dan dapat bertemu dengan tim tari lainnya dari berbagai negara.

Partisipasi tim pada Festival ini didukung penuh oleh KBRI Sofia dan IKA Unhas, Kemdikbud, BRI, PLN dan Askrindo. Pada kompetisi ini peraih penghargaan Grand Prix adalah Tim tari dari Polandia.

Selain berpartisipasi pada Festival ini, tim juga akan tampil di Ibero Star Hotel, Hotel bintang lima di Sunny Beach Bulgaria sekitar satu jam dari kota Kiten pada 6 September malam dan di kota Sofia pada 8 September.

Lembaga Kesenian Ajuwara Sulawesi Selatan didirikan tahun 1995 oleh beberapa tokoh besar bidang kesenian di Sulawesi Selatan. Lembaga ini bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan, pelestarian budaya, pertunjukan dan pengembangan tari khususnya seni tari dan musik tradisional Sulawesi Selatan.

SIPA Bisa Jadi Etalase Seni Indonesia

Jakarta - SIPA atau Solo International Performing Arts adalah sebuah ajang pergelaran seni budaya berskala international dengan materi berupa seni pertunjukan. Sedangkan pertunjukan yang dimaksud wilayah genre seninya mulai dari seni tari, seni musik, hingga seni teater dan atau tidak menutup kemungkinan melebar ke wilayah seni yang lain. Melalui SIPA, warga dunia dapat menndapat gambaran tentang kekayaan seni yang hidup di Indonesia. Ya, SIPA pada akhirnya bisa menjadi salah satu etalase seni Indonesia.

SIPA 2015 ini akan mengusung konsep yang berbeda dari tahun sebelumnya dimana puncak acara SIPA akan dimeriahkan dengan pesta budaya Korea yang berjudul Korean Cultural Night. Nantinya akan penampilan berbagai kesenian dari negara yang mayoritas artisnya tengah digandrungi anak muda Indonesia.

Dipilihnya pesta budaya Korea sebagai acara puncak sekaligus penutupan SIPA karena remaja di Indonesia termasuk Solo tengah gandrung dengan budaya Korea. Kesenian yang akan dimainkan beberapa orang delegasi dari Korea dan sejumlah mahasiswa Indonesia yang pernah bersekolah di Korea. Selain pertunjukan, ada juga pameran tentang kebudayaan Korea diantaranya kerajinan, pakaian tradisional, dan lainnya.

SIPA atau Solo International Performing Arts adalah sebuah ajang pergelaran seni budaya berskala international dengan materi berupa berbagai seni pertunjukan antara lain seni tari, seni musik, seni teater, dan seni pertunjukan lainnya. Solo International Performing Art adalah pergelaran seni budaya yang bertaraf internasional tidak hanya diikuti oleh peserta dari dalam negeri saja tetapi juga peserta dari luar negeri seperti dari Jerman, Spanyol, Amerika Serikat, Thailand, Korea, Filipina, Malaysia, Singapura, dan juga Myanmar.

Melalui pendekatan seni pertunjukan, SIPA 2015 akan menggali kekuatan dunia kontemporer melalui beragam seni pertunjukan yang sudah menjadi tradisinya selama ini. Seni tari, musik, teater dan wilayah seni yang lain akan hadir untuk mengungkap tentang kekuatan dunia kontemporer. Acara Solo International Performing Art (SIPA) 2015 akan berlangsung pada 10-12 September 2015 di Benteng Vastenberg Solo.

Pada semabutannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Rasyid Baswedan menyatakan "Solo International Performing Arts" (SIPA) memberi ruang dunia untuk mengapresiasi seni dan budaya Indonesia.

"Indonesia mempunyai kekayaan luar biasa di bidang seni budaya. Oleh karena itu, biarkan dunia mengapresiasi, lalu menyerap seni dan budaya Indonesia," katanya dalam pembukaan SIPA VII di Benteng Vastenburg Solo, Kamis Malam, seperti dikutip Antara.

Dia mengharapkan SIPA dan kegiatan seni budaya lain kian menunjukkan posisi Indonesia di dunia internasional. Partisipasi delegasi seni pertunjukan dari Korea, Rusia, Perancis, Jerman, dan Singapura itu, menurut Menteri, menunjukan pengakuan dunia internasional terhadap eksistensi SIPA.

"Saya melihat kegiatan SIPA juga menjadi ekspresi masyarakat Solo. Seni dan budaya bukan lagi bagian dari penghidupan masyaraat, melainkan menjad bagian hidup warga Solo dan bangsa Indonesia," kata mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut.

SIPA digagas tujuh tahun lalu ketika Joko Widodo, yang kini menjadi Presiden Indonesia, menjabat sebagai Wali Kota Solo.

"SIPA lahir dari spirit seni pertunjukan sebagai instrumen kota yang sekaligus memberi ruang ekspresi serta interaksi antarmasyarakat," katanya.

Pembukaan SIPA 2015 yang diawali dengan penampilan seniman Fajar Satriadi dan Sanggar Semarak Candra Kirana itu sukses memukau ribuan penonton. Penampilan seni pertunjukan berjudul "Mandala Gula Klapa" memang memukau, bahkan terlihat spektakuer sehingga memicu penonton memberikan aplaus panjang.

Apresiasi serupa juga ditunjukkan oleh para penonton dari luar negeri, seperti rombongan dari Korsel yang berada baris VIP.

Dedikasi panjang Fajar Satriadi dalam seni pertunjukan menjadikan dirinya didaulat sebagai maskot SIPA 2015.

Penataan panggung dan video "mapping" serta pencahayaan yang gemerlap menambah suasana panggung megah menjadi lebih menakjubkan. Percikan cahaya dari kembang api yang dinyalakan oleh ribuan penonton juga menambah meriah permbukaan SIPA.

SIPA pada hari pertama menampilkan grup "Dance Horison Troupe" dari Singapura dilanjutkan Phonix Dance asal Semarang, kemudian seniman Ayo Sunaryo asal Bandung, Bale Seni Ciwasiat (Banten), dan Rianto Dewandaru (Banyumas).

Draft Ranperda Pelestarian Pengembangan Budaya Melayu Disetujui

Pekanbaru, Riau - Setelah sebelumnya sempat di skor selama 15 menit karena tidak kuorum, akhirnya Draft Rancangan Peraturan daerah (Ranperda) tentang pelestarian pengembangan budaya melayu dan kearifan lokal yang diprakarsai Badan Pembentukan Peraturan Daerah (BP2D) disetujui oleh anggota DPRD Riau.

Sebelumnya, juru bicara BP2D Septina Primawati membacakan jawaban terhadap pandangan Fraksi. Dimana masukan-masukan dari fraksi akan menjadi pertimbangan dalam pembahasan Ranperda menjadi Perda.

Setelah semua anggota Dewan menyetujuinya, akhirnya Draf Ranperda ini resmi menjadi Perda dan akan dilanjutkan dengan pembentukan Panitia Khusus.

Diberitakan sebelumnya pelaksanaan rapat paripurna dengan agenda Jawaban Badan Pembetukan Peraturan Daerah (BP2D) terhadap pandangan umum Fraksi terhadap draf Ranperda tentang pelestarian pengembangan budaya melayu dan kearifan lokal di skor.

Pasalnya kehadiran anggota dewan belum memenuhi kuorum, dimana dari 59 jumlah anggota DPRD Riau baru hadir 28 orang.

"Karena belum memenuhi kourum yakni 30 orang sehingga paripurna ini kita skor," ujar pimpinan sidang Wakil Ketua DPRD Riau, Sunaryo (10/9/2015).

Seperti siketahui bahwa jumlah anggota DPRD Riau sebelumnya ada 65 orang. Namun, setelah majunya 6 orang anggota dewan pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak sehingga jumlah anggota DPRD saat ini 59 orang.

"Jumlah kita 59 orang dan dari 59 orang ini pun belum kourum sehingga kita skor," kata Sunaryo.

Seperti diketahui paripurna ini merupakan lanjutan dari paripurna sebelumnya tentang pandangan Fraksi terhadap draf Ranperda tentang pelestarian pengembangan budaya melayu dan kearifan lokal prakarsa Badan Pembentukan Peraturan Daerah.

Tradisi Perang Dawet Jadi Atraksi Wisata Kudus

Kudus, Jateng - Tradisi "perang dawet" atau minuman sejenis cincau (cendol) di Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang awalnya merupakan ritual meminta turun hujan diarahkan menjadi salah satu tujuan wisata di daerah setempat.

"Untuk itu, tradisi perang dawet yang digelar kemarin (8/9) dikemas lebih menarik dibanding tahun sebelumnya," kata Kepala Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo Tri Elis Susilowati ditemui di usai penyelenggaraan tradisi perang dawet di lapangan desa setempat, di Kudus, Selasa.

Pada tahun lalu, kata dia, tidak ada pameran UMKM, sedangkan tahun ini diadakan pameran dengan menyediakan 12 gerai UMKM.

Dengan adanya pameran UMKM, diharapkan bisa menarik minat wisatawan, khususnya wisatawan lokal Kudus. Terlebih lagi, lanjut dia, Desa Tanjungrejo juga mempersiapkan diri menjadi desa rintisan wisata. Hasilnya, kata dia, antusiasme pengunjung cukup tinggi untuk menyaksikan tradisi perang dawet tersebut.

Ritual perang dawet tersebut, diawali dengan kirab budaya yang diikuti ratusan warga dari 54 rukun tetangga (RT) di desa setempat. Setiap peserta kirab, katanya, menampilkan potensi wilayahnya masing-masing, seperti kerajinan pandai besi, hasil bumi, rebana, dan usaha krupuk.

Usai menggelar kirab, masyarakat desa setempat memperebutkan gunungan yang berisi hasil bumi masyarakat desa setempat usai mengikuti ritual keagamaan yang dipimpin pemuka agama setempat. Selanjutnya, dilakukan penyiraman minuman dawet yang merupakan campuran santan, air gula jawa dan cendol kepada masyarakat yang berada di dekat panggung utama.

Berdasarkan cerita orang tua, kata dia, perang dawet tersebut merupakan tradisi yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, terutama saat berdirinya Pabrik Gula di Kudus yang saat ini pindah ke Desa Rendeng, Kecamatan Kota, Kudus.

Sebelum pindah ke Desa Rendeng, katanya, pabrik gula yang saat ini dikenal dengan PG Rendeng dibangun di Desa Tanjungrejo. Untuk mengingatkan kembali tradisi minta turun hujan tersebut, katanya, pemerintah desa setempat sepakat mengadakan ritual minta turun hujan tersebut bertepatan dengan sedekah bumi.

-

Arsip Blog

Recent Posts