Awalnya Jual Makanan, Lalu Berubah Jadi Warung Esek-esek

Pangkalpinang - Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata Disbudparpora Kota Pangkalpinang, Mujono mengaku sudah pernah mengirim surat kepada pengelola warung di Pasir Padi agar tidak menyalahgunakan tempat usaha mereka.
Memang ada warung yang berfungsi sebagai tempat berjualan makanan dan minuman tetapi ada juga yang menjadi warung remang-remang atau warung esek-esek.
"Tidak benar untuk dijadikan tempat seperti itu. Kita sudah pernah menegur secara lisan ataupun melalui surat. Sudah pernah berkurang tetapi terulang kembali. Warung di Pasirpadi itu bagus tetapi jadi jelek karena ada yang berubah fungsi jadi warung esek-esek ditambah isi dalamnya," kata Mujono kepada harian ini di ruang kerjanya, Kamis (10/12).
Mujono menegaskan bahwa fungsi tempat itu sebenarnya bukan untuk tempat esek esek tetapi tempat untuk menjual minuman, makanan termasuk souvenir.
Mujono mengatakan ada 16 warung makanan yang berada di pinggiran pantai pasir padi yang merupakan tempat yang difungsikan untuk menjual makanan dan minuman.
"Ada 16 warung, untuk tempat makan dan minuman, mereka mengontrak, yang mana tanahnya milik pemkot. Ada yang bangun menggunakan dana pribadi sistemnya menyewa lahan satu tahun sekali bayarnya Rp 1.200.000 untuk tahun 2015. Untuk tahun sebelumnya bayarnya lebih rendah Rp 400.000," kata Mujono.
Ia mengatakan bahwa bangunan itu dibangun difungsikan untuk menjual makan dan minuman.
"Bangunan itu fungsi sebagai rumah makan dan minuman, sesuai dengan kontrak,"ucapnya
Pantai Pasir Padi, merupakan pantai yang memiliki keindahan dengan alur ombak yang landai dan berpasir putih, tetapi kondisi indah pantai tidak diiringi dengan keberadaan warung remang- remang.
Pantauan harian ini Kamis (1012) beberapa warung memasang Tv ukuran besar sekaligus sound system bagi pengunjung untuk berkaraoke. (n4)

Keris Summit 2015, Hadirkan Koleksi Keris Nusantara dan Mancanegara

Yogyakarta - Guna melestarikan keris sebagai warisan budaya bangsa yang sudah diakui dunia, Dinas Kebudayaan DIY bersama Paguyuban Pemerhati Tosan Aji Mertikara, Queen Production dan Pusat Studi Kebudayaan UGM bakal menggelar Keris Summit 2015. Kegiatan ini akan digelar di Benteng Vredeburg Yogyakarta, 28 Oktober - 1 November 2015.

"Melalui kegiatan ini harapannya dapat memberi pemahaman bagi masyarakat untuk pelestarian keris yang saat ini menjadi warisan budaya dunia," tutur Kepala Bidang Sejarah, Purbakala dan Museum Dinas Kebudayaan DIY Erlina Hidayati kepada wartawan di Pendopo Dinas Kebudayaan DIY, Senin (26/10).

"Kegiatan ini akan menjadi ajang silaturahmi antar paguyuban dan pecinta dunia perkerisan nusantara dan mancanegara. Termasuk sejumlah negara siap mengirimkan perwakilannya, seperti Malaysia, Singapura, Belanda, Perancis dan lainnya," ucap Fajar. Melalui sarasehan nanti diharapkan akan lahir roadmap perkerisan di Indonesa mendatang. Sehingga ada dasar yang kuat untuk memajukan dan melestarikan perkerisan nusantara.

Dalam kesempatan sama Ketua Pusat Studi Kebudayaan UGM Aprianus Salam melalui kegiatan ini akan lahir gerakan neo tradisionalisasi. Yakni sebuah gerakan budaya dengan cara moderen untuk kembali pada tradisi dan jati diri.

Dalam kegatan ini selain pameran juga akan ada Bursa Tosan Aji. Termasuk workshop pembuatan warangka dan bilah keris selama kegiatan. Koleksi milik sejumlah pejabat termasuk staff Wakil Presiden Jusuf Kalla akan turut menyemarakkan kegiatan ini.

Perpustakaan Nasional Sudah Digitalkan 8000-an Naskah Kuno

Jakarta - Sekitar 8000-an dari 10.600 koleksi naskah kuno Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah selesai didigitalisasi (disalin ke bentuk digital).

"Naskah kuno sudah 80 persen dari 10.600 sudah didigitalisasi," kata Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Sri Sularsih di Jakarta, Senin.

Selain naskah kuno, PNRI juga mengabadikan isi buku langka dan buku yang hampir rusak dalam bentuk digital untuk menjaga bentuk fisik dan isi koleksi buku mereka.

Dengan adanya digitalisasi, setiap orang dapat mengakses informasi dalam naskah kuno tanpa risiko merusak fisik buku yang telah rapuh.

"Setiap peneliti datang yang mau pegang-pegang (naskah kuno) sekarang tidak boleh," kata dia.

PNRI memprioritaskan digitalisasi naskah kuno sebelum mulai melakukan proses yang sama pada buku-buku baru. Mereka akan melakukan digitalisasi buku baru bila sudah tak ada masalah hak cipta.

Sri menambahkan tahun ini PNRI juga telah selesai mendigitalisasikan koleksi surat kabar edisi bertahun-tahun silam.

"Koleksi beberapa jenis dari tahun yang lama sudah didigitalisasikan," ujar dia.

Melestarikan Tradisi dengan Program Tenunkoe

Jakarta - Puluhan peserta dari berbagai macam profesi mengikuti program Tenun Jam, di Coworkinc, Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (24/10). Program ini diharapkan dapat membantu wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) meningkatkan mutu kualitas dan tren kain tenun agar ke depannya mereka tidak hanya menjadi perajin, tetapi menjadi pemiliknya.

Tenun Jam adalah inisiatif Gerakan Tenunkoe yang membuka kolaborasi antara kelompok perempuan penenun di Kupang dan komunitas kreatif di Jakarta. Peserta Tenun Jam akan difasilitasi untuk bekerja di dalam tim agar dapat menciptakan desain produk baru berdasarkan kain tenun kelompok perempuan di Kupang.

Tenun Jam juga salah satu cara masyarakat dalam menyumbangkan bentuk kreasinya. Mereka yang ikut berpartisipasi dalam program ini antara lain yaitu desainer, pencinta kerajinan tangan, pecinta tenun, dan ibu rumah tangga. Mereka dikumpulkan untuk berkolaborasi menyebarluaskan teknik dan cara membuat tenun.

Acara ini juga dapat dijadikan ajang berimprovisasi satu sama lain, peserta yang belum pernah bertemu sebelumnya kemudian berkerjasama untuk membuat produk tenun.

Gerakan Tenunkoe adalah gerakan pemberdayaan perempuan di NTT yang kondisinya memprihatinkan karena minimnya sumber pendapatan tetap, tingkat pendidikan rendah, kesehatan dan pemenuhan gizi masih jauh dari ideal, serta tidak mempunyai kapasitas dalam menyuarakan hak-haknya. Langkah awal dari gerakan ini adalah pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan usaha tenun.

Warisan Leluhur

Tenun merupakan warisan leluhur yang sarat simbol dan cerita bermakna, yang sayangnya kurang mendapat perhatian untuk pelestariannya. “Tenun diangkat sebagai kesejahteraan mereka sekaligus melestarikan budaya, bukan hanya kain, tenun juga mengandung makna dan filosofi. Setiap motif dari berbagai daerah juga memiliki makna tersendiri,” ujar Indrasti Maria Agustiana, selaku inisiator Gerakan Tenunkoe.

“Gerakan Tenunkoe baru berdiri pada Januari 2015 dan diharapkan dapat merangkul perajin tenun di semua daerah. Program Tenun Jam diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan koperasinya di Kupang, NTT,” tuturnya.

Menurut Indrasti, motif dari program Tenun Jam ini merupakan suatu bentuk koperasi Tenunkoe. Bisa dipastikan perajin dan pengjahit di banyak daerah bisa membuat tenun dengan baik agar masyatakat juga tertarik dengan tenun, seperti tertarik dengan batik.

Saat ini, tidak banyak generasi muda NTT yang mampu membuat tenun. Bahkan, tidak banyak yang tertarik belajar membuat tenunan meski dalam setiap upacara adat semua warga NTT harus mengenakan pakaian tenun. Karena itu, untuk gerakan tenun ini, Indrasti harus sering bolak-balik ke daerah NTT dan memperdayakan perempuan miskin di sana supaya dapat mengembangkan potensi mereka dalam menenun.

Generasi tua diharapkan dapat menenun untuk kemudian dapat diajarkan kepada generasi muda selanjutnya. Apalagi, dalam setiap upacara adat, kaum perempuan NTT diharap dapat menenun.

Gerakan ini mengajak masyarakat luas dalam melestarikan tenun sekaligus berbagi kasih dengan kaum marginal, khususnya perempuan di Kupang, NTT dalam bentuk donasi untuk modal usaha tenun, membeli produk tenun buah karya perempuan NTT, menyumbangkan desain berbahan baku tenun, serta pemikiran dalam memajukan kaum perempuan di sana.

Warga Panjang Wetan Gelar Kirab Budaya Gunungan Ikan

Pekalongan, Jateng - Untuk pertama kalinya, warga Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara menggelar kirab budaya gunungan ikan, Sabtu (24/10) sore. Kegiatan ini diprakarsai oleh Remaja Pecinta Budaya Panjang Wetan ini berlangsung cukup meriah, diikuti ribuan warga.

Warga Panjang Wetan, secara bergotong royong membuat sebuah gunungan yang terbuat dari 80 kilogram ikan. Sekitar 3.000 ekor ikan berbagai jenis, baik ikan basah maupun ikan kering yang sudah digoreng, dibentuk menjadi gunungan. Selanjutnya, gunungan ini dikirab oleh ribuan warga bersama berbagai komunitas budaya dari beragam etnis. Acara ini dihadiri pula oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh budaya, dan unsur Muspika setempat.

Acara kirab dimulai dari depan Panti Asuhan Wisma Rini, di Jalan WR Supratman gang 10. Lalu, menyusuri jalan WR Supratman ke utara, dan finish di Kantor Kelurahan Panjang Wetan. Sesampainya di depan kantor kelurahan, gunungan ikan tersebut terlebih dulu didoakan, selanjutnya menjadi rebutan oleh warga yang hadir.

Kegiatan kirab dimeriahkan oleh berbagai komunitas dan elemen masyarakat. Antara lain, tim Paskibra SMAN 2 Pekalongan, beberapa anggota perguruan pencak silat, kesenian barongsai, para pecinta tosan aji yang tergabung alam Paguyuban Kendali Rangah Pekalongan, dan himpunan pedagang ikan Kota Pekalongan.

Terpantau pula berbagai komunitas budaya lainnya ikut dalam kirab tersebut, antara lain kelompok kesenian angklung Garpu Cindai dari Banyurip Ageng Pekalongan Selatan, serta penampilan para punakawan dari seniman Wapress Kota Pekalongan, dan pawai kendaraan hias yang berbentuk ikan.

Selain kirab gunungan ikan, kegiatan dirangkai pula dengan santunan anak yatim piatu. Lalu, malam harinya, diselenggarakan pentas seni tari sintren dan pagelaran wayang kulit ‘Wayang Kampung Sebelah’ oleh dalang Ki Jlinteng dari Klaten dengan tema ‘Mawas Diri Menakar Berani’.

Lurah Panjang Wetan, NA Ihsan mengatakan bahwa kegiatan yang baru pertama kalinya digelar di Panjang Wetan itu diselenggarakan dalam rangka memeriahkan tahun baru Islam 1437 Hijriyah. Sekaligus untuk ‘nguri-uri’ budaya Jawa.

“Yang dikirab adalah gunungan ikan, karena daerah Panjang Wetan identik sebagai penghasil ikan. Masyarakatnya sebagian besar nelayan,” ungkapnya.

Dia berharap, kegiatan tersebut bisa terselenggara rutin setahun sekali setiap bulan Muharram, dan menjadi ikon untuk Kelurahan Panjang Wetan maupun Kota Pekalongan. “Semoga bisa menambah ikon Kota Pekalongan. Supaya warga mengetahui, tiap tahunnya, kalau pas Syawalan di Krapyak kan ada pemotongan lopis, nah kalau bulan Muharram atau bulan Sura, di sini ada kirab gunungan ikan,” tuturnya.

Ketua Panitia, Hari Kusuma, mengaku senang dengan sambutan antusias masyarakat dalam kegiatan tersebut. “Meskipun ada satu kegiatan yang batal terselenggara yakni sepeda santai pada malam hari karena kurangnya persiapan, namun acara berlangsung meriah. Terima kasih atas partisipasi semua pihak yang telah mendukung rangkaian kegiatan ini bisa terselenggara,” ungkapnya.

Hari juga menyampaikan bahwa salah satu maksud diselenggarakannya kirab gunungan ikan, yang dirangkai dengan santunan anak yatim piatu, pentas tari sintren, dan pagelaran wayang kulit, itu adalah untuk melestarikan budaya. “Untuk nguri-uri budaya. Budaya tak lepas dari agama, dan agama tak lepas dari budaya,” ungkapnya.

Diharapkan, tahun-tahun mendatang, kegiatan tersebut bisa kembali diselenggarakan, dan bisa lebih meriah. Harapannya, dengan terselenggaranya kegiatan itu, bisa mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.

“Panjang Wetan dulu pernah jaya ikannya. Harapannya bisa bangkit lagi, semoga kegiatan ini bisa terselenggara secara rutin tiap tahun dan bisa menjadi salah satu ikon budaya maupun wisata di Kota Pekalongan,” imbuh dia.

Akhir Oktober, Banten Gelar Festival Tanjung Lesung

Serang, Banteng - Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten akan menggelar Festival Tanjung Lesung dengan menyajikan berbagai kegiatan "sport tourism", dalam upaya mendongkrak kunjungan wisatawan ke kawasan pantai selatan daerah itu.

Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten M. Ali Fadilah di Serang, Senin (19/10/2015) mengatakan, dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara, pihaknya akan menggelar "Festival Tanjung Lesung 2015" yang dijadwalkan pada 30-31 Oktober 2015 menampilkan perlombaan baru di dunia yakni "Bagan Race" atau balap perahu menyusuri pantai di kawasan Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang.

"Kita ingin membuat kreasi atau terobosan baru. Ini diharapkan menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang akan menyaksikan festival tersebut," kata Ali Fadilah.

Ali mengatakan, "Bagan Race" diharapkan akan menjadi salah satu daya tarik Festival Tanjung Lesung 2015. Pasalnya perlombaan perahu bagan belum pernah dilakukan, dan dapat dikatakan sebagai yang pertama kalinya di dunia kepariwisataan.

"Nanti akan bertambah lagi satu warisan budaya Provinsi Banten yaitu Perahu Bagan," kata Ali.

Menurutnya, "Bagan Race" akan dimulai dari Pantai Kerang, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang dan finis di Beach Club, pantai yang berada di dalam kawasan Pariwisata Tanjung Lesung.

Ada tiga kategori yang diperlombakan dalam "Bagan Race" tersebut, yaitu pemenang yang tercepat, kemudian pemenang yang paling indah mendekorasi atau menghias bagan, dan terakhir pemenang yang berhasil membawa ikan sebanyak-banyaknya ketika sampai di garis finis.

Selain itu, kata Ali, dalam Festival Tanjung Lesung 2015, selain "Bagan Race" ada beberapa kegiatan lain disajikan untuk menarik wisatawan yang hadir di acara diantaranya, Parade Nelayan dan Festival Budaya, Parade Sepeda Hias, Pameran Produk UMKM, serta pertunjukan film hasil kreasi para sineas muda Banten dari Kremov Pictures, yakni film "Jawara Kidul" dan "Perempuan Lesung".

"Insya Allah salah satu film hasil kreasi teman-teman sineas muda Banten akan diikutkan dalam nominasi Festival Film Indonesia 2015 yang akan digelar di ICE Kota Tangerang Selatan, Banten," katanya.

Dalam Festival Tanjung Lesung 2015, juga akan digelar Pesta Bakar Ikan di pinggir pantai Beach Club Tanjung Lesung, penanaman terumbu karang di Pulau Liwungan, yang rencananya dipimpin Gubernur Banten Rano Karno. Festival Tanjung Lesung 2015 akan melibatkan sekitar 20.000 masyarakat, baik dari Kabupaten Pandeglang maupun dari kabupaten atau kota di Banten.

Menurutnya, sejumlah wisatawan dari luar Banten juga dipastikan hadir dalam acara tersebut, termasuk wisatawan dari Malaysia dan Singapura. Wisatawan yang datang merupakan para pelaku pariwisata yang akan hadir untuk mengikuti pertemuan forum bisnis yang melibatkan Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (Asppi).

Lomba Perahu Naga Jadi Andalan Pariwisata di Kepri

Tanjungpinang, Kepri - Penjabat Gubernur Provinsi Kepri, Agung Mulyana mengatakan iven Dragon Boat Race (DBR) merupakan salah satu iven andalan di Provinsi Kepri yang bisa meningkatkan jumlah pariwisata dari mancanegara.

“Pemerintah Provinsi Kepri siap mendukung untuk menggenjot kemajuan pariwisata di Kota Tanjungpinang,” ujar Agung ketika membuka iven tahunan DBR di jembatan Engku Putri Seicarang, Jumat (23/10).

Ia berharap, dengan adanya iven wisata olahraga ini, nantinya akan dapat melahirkan atlet yang handal di pentas nasional dan juga internasional.

Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah mengatakan, pemilihan lokasi perlombaan di Seicarang adalah sebagai upaya untuk memperkenalkan Seicarang, karena terdapat bukti peninggalan historis dari Kerajaan Melayu masa lalu, yaitu situs Istana Kota Rebah.

“Mudah-mudahan melalui iven wisata di sungai ini, mampu mempromosikan pariwisata kemaritiman yang ada di Kota Tanjungpinang,” ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kadisparbud) Kota Tanjungpinang, Juramadi Esram mengatakan, jumlah tim yang pada akhirnya mengikuti perlombaan ini sebanyak 44 tim. Dengan rincian 10 tim berasal dari tim Polis Diraja Malaysia, DBKL Malaysia, Majelis Bandar Raya Johor, Putra Dragon Boat Club Malaysia, dan 2 tim dari Brunei Darussalam.

Selain peserta dari luar negeri, perlombaan ini juga diikuti oleh tim dari dalam negeri, diantaranya Jambi, Kabupaten Siak, Palalawan, Kabupaten Karimun, Palembang, Kampar, Kota Batam, Konlinlamil Jakarta, Natuna, serta Bintan.

Kegiatan yang akan berlangsung selama tiga hari, yaitu 23-25 Oktober 2015 memperebutkan piala bergilir Gubernur Kepulauan Riau dan piala Wali Kota Tanjungpinang untuk cabang perlombaan, dengan total hadiah yang disediakan sebesar Rp120 juta.

Budaya Aceh Barat Mulai Terkikis

Meulaboh, NAD - Majelis Adat Aceh (MAA) prihatin karena nilai kebudayaan setempat mulai terkikis sedikit demi sedikit dan terpengaruh oleh kebudayaan luar. Pengaruh ini terlihat dalam tatacara perkawinan akhir-akhir ini.

Padahal, dalam setiap event perlombaan, seperti Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) III, V, dan VI, daerah yang dijuluki Bumi Teuku Umar itu selalu membawa pulang prestasi gemilang sebagai juara pertama.

Demikian dikatakan Ketua MAA Aceh Barat, H Umar Ali Mufti, Kamis (22/10) dalam sosialisasi dan simulasi pelaksanaan adat perkawinan tradisi Aceh Barat di Aula Pendopo Lama, Suak Indrapuri, Kecamatan Johan Pahlawan.

Hadir sebanyak 75 peserta, terdiri atas perwakilan 12 kecamatan dan sejumlah pelaku tata rias pengantin di Aceh Barat selaku ujung tombak pelaku adat-istiadat perkawinan di daerah itu.

Umar Mufti Ali mengatakan, selama ini, tatacara perkawinan di Aceh Barat telah terpengaruh oleh adat luar daerah, seperti adat Melayu. Dia mengaku sangat prihatin melihat kondisi yang mengikis tradisi leluhur tersebut.

Padahal, dalam tradisi adat perkawinan Aceh Barat, banyak proses unik yang tidak ada dalam adat perkawinan daerah lain, seperti mano pucok (penyampaian syair nasehat kepada mempelai), khatam Quran yang biasa dilaksanakan sebelum mempelai mengukir inai.

“Kalau pakaian adat asli mempelai Aceh Barat itu ringan, tidak berat. Kalau daerah lain berat, bahkan ada yang pingsan,” ujarnya.

Dalam sosialisasi itu langsung dilakukan praktik berupa simulasi tatacara perkawinan sesuai tradisi masyarakat Aceh Barat, mulai dari meminang, sampai mencari kepastian, syarat-syarat, mengantar pengantin hingga duduk di pelaminan. “Demikian juga peunuwo (perlengkapan pengantin) sampai tatacara menyambut pengantin,” ungkapnya.

Sukai Batik, Ratu Denmark Kunjungi BBKB Yogyakarta

Yogyakarta - Ratu Denmark Margrethe II menyempatkan untuk datang ke Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta pada Sabtu, (24/10) akhir pekan kemarin dalam rangkaian lawatan ke Indonesia.

Dalam kunjungan tersebut, Ratu Denmark melakukan diskusi dengan para pengrajin batik dan memperhatikan berbagai koleksi batik Nusantara.

Lawatan ini juga menunjukkan arti pentingnya bangsa Indonesia bagi Negara Denmark.

"Menurut informasi dari Kedutaan Besar Denmark, Ratu sangat menyukai budaya Jawa yang mempunyai kekhasan dalam hal ini batik. Bahkan, katanya, Ratu hanya bepergian satu atau dua kali ke luar negeri setiap tahunnya. Kali ini, bertepatan dengan 65 tahun hubungan diplomatik Denmark-Indonesia, Ratu memutuskan untuk mengunjungi Indonesia," ujar Kepala BBKB Yogyakarta, Zulmalizar.

Sebelumnya sudah banyak tokoh dunia yang memakai batik Indonesia dalam acara pemerintahan seperti Nelson Mandela, Bill Clinton dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Hal ini karena batik Indonesia memiliki beragam motif dengan esensi filosofi, desain menarik, dan nilai seni yang sangat tinggi.

Pada kesempatan tersebut juga diselenggarakan Pameran dan Workshop Batik dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional ke VI dengan diikuti sebanyak 19 pengrajin batik dari wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah yang menampilkan berbagai produk unggulannya.

"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam melestarikan budaya dan mengembangkan produk batik yang ramah lingkungan. Adapun jumlah peserta yang mengikuti workshop sebanyak 125 orang dari dharma wanita berbagai instansi pemerintah dan swasta, paguyuban batik, serta masyarakat umum," papar Zulmalizar.

Pameran dan Workshop tersebut dibuka secara resmi oleh Sekjen Kementerian Perindustrian, Syarif Hidayat.

Pengembangan Litbang Batik

Pada kesempatan yang sama, Kepala BPPI Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan, peran BBKB sebagai lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) juga diharapkan menjadi inovator berbagai teknologi di bidang industri batik sehingga mendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas IKM batik nasional.

"Hasil litbang BBKB harus dapat diterapkan di industri dan mampu memecahkan permasalahan teknis yang dihadapi oleh industri sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas produk batik,” tegasnya.

Haris menyebutkan, di lingkungan BPPI Kementerian Perindustrian terdapat 11 Balai Besar yang bersifat sektoral dan 11 Balai riset dan standardisasi yang bersifat regional serta 1 Balai Sertifikasi Industri. Satker-satker tersebut memiliki peran dalam mendukung peningkatan kualitas dan produktifitas produk yang dihasilkan oleh industri sehingga memiliki daya saing di pasar regional, termasuk MEA, maupun di pasar global,” tuturnya.

Haris juga menegaskan, peningkatan jejaring global dalam memasarkan produk batik merupakan upaya yang harus terus dilakukan. Hal ini bukan hanya dalam rangka peningkatan keuntungan ekonomi dari produk batik, namun juga sebagai upaya menyebarluaskan budaya Indonesia sehingga dikenal secara luas di dunia internasional.

"Jejaring global memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan semua kalangan internasional. Selain keuntungan kerjasama, jejaring global dapat memberi kita kesempatan untuk sharing dan benchmarking produk kita secara lebih luas dan beragam,” urainya. Sehingga dapat menjadi input perbaikan dan menjadi sumber inovasi.

Haris mengatakan, membentuk jejaring global dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan aktif mengikuti even-even internasional di tanah air. Namun demikian, inovasi dan jejaring global tidak bisa hanya diusahakan oleh Industri batik yang didominasi oleh IKM, namun harus didukung dan difasilitasi oleh semua stakeholders terkait.

Budaya Memberi Roti Membawa Berkah di Magetan

Magetan, Jatim - Ribuan warga Magetan, Jawa Timur, Sabtu 24 Oktober 2015, tumpah ruah di area GOR Mageti, Magetan. Mereka rela berjam-jam menunggu acara Kirab Roti Rayahu, yang setiap tahun selalu digelar untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Magetan, yang tahun ini berusia 340 tahun. Selain itu, acara ini juga merupakan acara Peringatan Tahun Baru Islam, atau disebut dengan Suro.

Begitu dinyatakan oleh Bupati Magetan, Sumantri, bahwa roti boleh dinikmati, ribuan warga langsung berebut roti bolu, yang disusun menyerupai bentuk tumpeng, gong, lesung dan bedug itu. “Seharusnya, roti itu dibagikan kepada warga dengan tertib agar semua mendapat bagian. Tetapi, karena mereka tidak sabar, maka jadilah berebut roti bolu,” ujar Bupati Magetan.

Roti, pada jaman dulu merupakan simbol kesejahteraan. “Siapa yang bisa membeli roti, itu tandanya secara ekonomi, sudah tergolong kaya. Membagi roti itu sebenarnya kebiasaan para raja yang memangku Magetan. Mereka sengaja berbagi dengan rakyat, agar rakyat bisa merasakan makanan yang lezat,” ujar Siran, salah satu sesepuh Magetan.

Sementara bagi warga Magetan, mendapatkan roti bolu adalah berkah bagi mereka. Meskipun mereka bisa membeli roti bolu untuk dimakan.

“Ini kan kepercayaan terhadap budaya, siapa yang mendapat roti bolu, dipercaya bisa mendapat berkah,” tambah Siran.

Iring-iringan roti bolu ini sebelumnya diarak keliling Kota Magetan, bersama para pejabat pemerintahan. Setelah itu barulah roti dibagikan kepada warga Magetan.

Paviliun Indonesia Milan Expo Tampilkan Galeri Topeng

London, Inggris - Paviliun Indonesia menggelar Galeri Topeng bernuansa kontemporer bertema "Masks of the Islands: Indonesia Authenticity" pada Milan Expo.

Pembukaan Galeri Topeng itu dihadiri legenda Inter Milan, Francesco Toldo dan Giuseppe Bergomi, yang disambut Velove Vexia sebagai representasi publik figur dari Indonesia.

Velove Vexia kepada Antara London, Senin menyebutkan Ekshibisi Topeng ini merupakan suatu yang menarik karena memadukan konsep tradisional yang disajikan secara kontemporer.

Dengan selalu meningkatkan inovasi baru untuk menarik perhatian pengunjung, Paviliun Indonesia menggelar galeri topeng bernuansa kontemporer bertema "Masks of the Islands: Indonesia Authenticity".

Melalui konsep "warung kopi", pengunjung dapat menghirup kopi sambil menikmati keindahan topeng-topeng ini, yang membuat para pengunjung seakan-akan berada di Indonesia.

Galeri topeng itu merupakan susunan beragam topeng yang ditujukan untuk mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika budaya Indonesia. Topeng-topeng yang dipajang berasal di antaranya dari Madura, Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Yogyakarta.

Dengan adanya galeri topeng diharapkan semakin dapat meningkatkan kepedulian masyarakat dunia melalui kerajinan tangan hasil karya seniman Indonesia.

Paviliun Indonesia sebelumnya mencuri perhatian dengan berbagai pertunjukan seni dan pemecahan rekor dunia Guinness World Records dan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan tumpeng tertinggi dan terbesar.

Selain itu Paviliun Indonesia mengelar acara National Day dan Indonesia Coffee yang berhasil menarik pengunjung mencapai tiga juta orang pada tanggal 17 Oktober lalu.

Parade Gamelan, Ratusan Anak SD

Yogyakarta - Ratusan anak dari 15 SD di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, mengikuti Parade Gamelan anak VIII.

Acara ini digelar di Panggung Terbuka Universitas Sanata Dharma (USD), Yogyakarta, Minggu (25/10/2015).

"Acara ini bukan lomba, tetapi parade. Tidak ada kejuaraan tetapi apresiasi penghargaan bagi setiap pesertanya," ucap Elisabeth Desiana Mayasari, Ketua Panitia Parade Gamelan Anak 2015.

Mayasari menuturkan, tema yang diangkat dalam parade ini adalah "Warisanmu Cerdaskan Generasiku".

Anak-anak tersebut diajak untuk mengakrabkan diri dengan kebudayaan lokal. Sebab, selain bermain gamelan secara bergantian, anak-anak juga diajak berkeliling di area perkampungan parade.

Sementara itu, Gregorius Budi Subanar S.J, salah satu pemrakasa Parade Gamelan Anak, menegaskan, acara ini berbeda dengan acara Festival Gamelan Dunia yang diadakan di Malayasia.

Di Malaysia, pesertanya orang dewasa. Namun di Yogya diikuti oleh anak-anak. "Kita punya tanah, kita juga punya bibit. Kan ini yang main gamelan anak-anak," tandas dia.

Menurut Budi, budaya bukan hanya soal pelestarian tetapi juga pengembangan, bagaimana menghidupinya di masa sekarang dan masa mendatang.

Maka dalam parade Gamelan ini sasarannya justru anak-anak. "Yang dulu hanya bisa melihat karena masih kecil sekarang sudah main gamelan," kata dia.

"Lalu yang sudah main, sekarang mereka menari," ucap dia lagi.

Selain itu, untuk mengembangkan kecintaan anak-anak kepada budaya lokal, parade Gamelan ini juga menumbuhkan rasa humanis dengan menyertakan nilai-nilai kebersamaan, empati dan nilai toleransi.

"Dengan mulai mencintai kebudayaan lokal, ke depan mereka akan mampu berhadapan dengan budaya-budaya kotemporer dan budaya universal," kata dia.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, peserta parade Gamelan tidak hanya anak-anak dalam negeri, namun juga di ikuti beberapa anak ekspatriat yang sekolah di DIY.

41 Daerah Pawai Budaya Kemilau Nusantara di Bandung

Bandung, Jabar - Sebanyak 41 provinsi, kota, dan kabupaten meramaikan pawai budaya Kemilau Nusantara ke-12 di Bandung, Ahad, 25 Oktober 2015. Parade peserta sejauh hampir 1 kilometer dari depan Gedung Sate hingga ujung Jalan Diponegoro. "Temanya Pusparagam Nusantara dengan suasana segar, meriah, gembira, dan penuh warna," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Nunung Sobari di kantornya, Jumat, 23 Oktober 2015.

Festival terkait hari jadi provinsi Jawa Barat itu dimulai Ahad, 25 Oktober 2015, pukul 08.00 WIB. Tiap peserta parade yang berjumlah 20 hingga 40 orang memulai atraksinya di depan panggung utama. Pengisi tempat itu seperti Gubernur Ahmad Heryawan serta pejabat lain. Peserta selanjutnya berjalan mengarah ke timur, tampil di depan penonton sambil dinilai dewan juri yang menyebar di sepanjang arena.

Peserta provinsi yang tampil di antaranya, Bengkulu, Lampung, Riau, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Maluku, Kalimantan Barat, Yogyakarta, dan Banten. Adapun dari Jawa Barat, akan ikut 25 kota dan kabupaten. "Kabupaten Garut dan Pangandaran tidak ikut," ujar Nunung.

Anggota dewan juri, Aat Suratin mengatakan, setiap peserta parade hanya diberi kesempatan tampil selama 1 menit di depan panggung utama. Selanjutnya beratraksi di depan penonton yang ditempatkan di sepanjang Jalan Diponegoro sisi utara. “Aturannya diubah supaya penonton juga tidak menumpuk di sekitar panggung tapi tersebar di sepanjang arena,” ujarnya.

Tiap peserta menampilkan kreativitas dan ciri khas daerahnya masing-masing. Dewan juri menilai tiga aspek, yakni lokalitas daerah, artistik, dan gabungan kedua unsur tersebut. Penampil terbaik tingkat provinsi akan mendapat hadiah uang Rp 30 juta untuk juara pertama, juara kedua Rp 25 juta, dan pemenang ketiga Rp 20 juta.

Adapun hadiah uang untuk kontingen kota atau kabupaten asal Jawa Barat, akan mendapat Rp 20 juta untuk juara pertama, Rp 15 juta juara kedua, dan juara ketiga Rp 10 juta. Total hadiah uang senilai Rp 120 juta itu, kata Aat, berasal dari Kementerian Pariwisata.

Pentas Tradisi Melayu: Teater Bangsawan Peterakna Episode Mangkat Dijulang

Banda Aceh, NAD - Sanggar Latah Tuah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) Riau akan mementaskan lagi lakon berjudul PETERAKNA episode MANGKAT DIJULANG karya SPN G.P Ade Darmawi dan disutradarai oleh sutradara muda Riau, Muhammad Rezza Akmal dengan membawa konsep Teater Bangsawan.

Setelah sukses dipentaskan di Riau, Pimpinan Produksi Pementasan ini akan mementaskan kembali karya ini di 2 provinsi di Sumatera dengan nilai kebudayaan yang hampir sama, di Medan dan Banda Aceh.

Pementasan di Banda Aceh akan digelar pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015 mulai pukul 19.45 WIB hingga selesai, di Auditorium RRI Banda Aceh bekerjasama dengan RRI Banda Aceh dan Teater Rongsokan UIN Ar-Raniry sebagai penyelenggara.

Dalam Sandiwara ini bercerita tentang kisah nyata yang di angkat dalam panggung teater, dimana seorang Laksamana, Megat Seri Rama harus taat dan patuh terhadap Sultan. Apa yang menjadi titah Sultan adalah kewajiban yang harus dilaksanakan, walaupun nyawa taruhannya. Keikhlasan mengabdikan diri demi kerajaan, Megat Seri Rama pun berperang mengusir para perampok. Namun apa yang Megat dapati ketika pulang dari pertempuran, istrinya yang hamil tua sudah tiada, istrinya dibunuh oleh sultan dengan membelah perut disebabkan memakan nangka kerajaan.

Siapa-pun orangnya, berhadapan dengan keadaan seperti ini, akan terbakar hatinya. Keadaan hati yang terbakar amarah ini dimanfaatkan oleh orang-orang rakus akan kekuasaan, maka api amarah Megat Seri Rama ditambah ‘minyak’ hasutan Bendahara dan komplotannya. Megat pun tak takut dicap sebagai pendurhaka dan menikamkan kerisnya ke perut Sultan Mahmud.

“Ajang Perhelatan Budaya yang terangkum dalam Pentas Tradisi Melayu ini menampilkan kolaborasi seni musik, tari, sastra, syair, pantun, peribahasa, rupa, desain kostum, artistik, vokal dan tentunya drama/teater itu sendiri,” kata Umar ben Idris, Pimpinan Tim Penyelenggara lakon tersebut di Banda Aceh.

Ia menambahkan, dengan pementasan seni tersebut, selain menjadi ajang kreativitas dan silaturahmi antar Mahasiswa dan pelaku seni kampus, juga dapat mengikat silaturahmi Bangsa Melayu antara Aceh dan Riau serta melestarikan tradisi dan kebudayaan Melayu. “Aceh dan Riau itu sama-sama melayu dengan latar kebudayaan yang tidak jauh berbeda, sangat penting bagi kita generasi muda untuk mengikat tali silaturahmi sesama Melayu serta melestarikan tradisi dan kebudayaannya,” paparnya.

Selain menampilkan pentas teater oleh mahasiswa dari Riau, acara tersebut juga akan dimeriahkan dengan penampilan musikalisasi puisi dan musik garapan oleh Teater Rongsokan featuring Pecinta Artistik Aceh, Tarian Tradisi Aceh oleh Sanggar Seni Seulaweut, aksi Sanggar Pantomime Aceh (SANGPAH), Bengkel Teater Siswa BEKTSIS SMA 4 Banda Aceh dan Komunitas Seni lainnya. “Ini sebagai bentuk solidaritas kita antar sesama pegiat seni dan teater,” kata Dendi, Ketua Teater Rongsokan.

Bentara Budaya Bali Tampilkan Pertunjukkan Gamelan Baru

Jakarta - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, Bali menggelar sebuah pertunjukkan gamelan baru, konser dan dialog.

"Kegiatan itu melibatkan sanggar Cenik Wayah dari perkampungan seniman Ubud menyuguhkan karya-karya terkini komposer Bali bereputasi internasional, Wayan Sudirana dan Wayan Gde Yudane," kata salah seorang komposer Wayan Gde Yudane di Denpasar, Jumat (23 Oktober 2015).

Ia mengatakan, kegiatan yang akan digelar Minggu malam (25 Oktober 2015) mengusung tema New Music for Gamelan secara khusus akan me-reinterpretasi dan re-formasi kesenian Barong yang selama ini ada di Pulau Dewata.

Gagasan tersebut bermula dari kesadaran bahwa kesenian tradisional Bali telah mengalami perkembangan yang panjang. Dari semula ditujukan untuk kegiatan yang bersifat ritual keagamaan yang sakral, belakangan melahirkan pula pertunjukan yang bersifat tontonan (hiburan).

"Orientasi kesenian juga bergeser sejalan dengan hadirnya pariwisata, di mana ekonomi dan industri menjadi patron baru yang mengubah banyak hal baik secara stilistik maupun estetik," ujar Wayan Gde Yudane.

Dinamika tersebut mencerminkan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, mulai dari masa kerajaan, kolonial, hingga masa sekarang yang melahirkan aneka gugatan sekaligus respon kreatif seniman-seniman untuk menciptakan genre kesenian baru, meskipun masih berbasis seni-seni tradisi.

"Salah satu tinjauan dari fenomena tersebut kita dapat mencermati keberadaan kesenian Barong, yang juga mengalami perubahan dari tari Barong sakral Calonarang di masa tahun 1940-an, menjadi tarian Barong yang orientasinya bergeser menjadi hiburan untuk turis," ujar Gde Yudane, yang pernah meraih penghargaan Melbourne Age Criticism sebagai Creative Excellent pada Festival Adelaide, Australia tahun 2000.

Konser Gending Bebarongan Baru kali ini adalah sebuah upaya re-formasi, memberi format dan pemaknaan baru terhadap gending bebarongan yang sudah ada, sekaligus melakukan re-kreatif, menciptakan bentuk gending bebarongan yang sama sekali baru, buah respon perenungan yang panjang atas perjalanan kesenian Bebarongan.

Upaya-upaya tersebut tidak semata-mata memberikan hiburan lahiriah dan batiniah, namun juga mencerahkan masyarakat agar turut bangga dan memiliki bentuk-bentuk kesenian yang lahir dalam ekspresi kekinian dengan capaian artitstik yang terpujikan serta bermutu tinggi.

Menurut penata acara Bentara Budaya Bali, Juwitta Katriana pertunjukkan gamelan Bebarongan Baru kali merupakan kelanjutan dari konser-konser New Music for Gamelan serupa yang pernah digelar tahun-tahun sebelumnya.

Indonesia Adalah Pusat Populasi Ras Melanesia

Jakarta - Banyak orang masih mengira bahwa pusat populasi ras Melanesia ada di negara-negara Pasifik. Namun Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Kacung Marijan menegaskan, Indonesia adalah pusat populasi ras Melanesia. Guru besar FISIP Universitas Airlanggar Surabaya itu menuturkan, total ada sekitar 80 persen populasi ras Melanesia ada di Indonesia.

“Kenapa kok masih banyak yang mengira populasi Melanesia terbanyak di Pasifik, karena di Indonesia hanya menghitung Papua dan Papua Barat saja,’’ kata Kacung di sela paparan Festival Melanesia 2015 di Jakarta kemarin. Kacung menjelaskan bahwa ras Melanesia di Indonesia juga ada di Nusa Tenggara Barat (NTT), Maluku, dan Maluku Utara. Dia mengatakan jika ras Melanesia di Papua Barat, Papua, NTT, Maluku, dan Maluku Utara, maka bisa dipastikan bahwa Indonesia adalah pusatnya ras Melanesia.

Melalui festival yang digelar akhir bulan ini di Kupang, NTT, Kacung menjelaskan ingin menunjukkan kepada dunia posisi Indonesia. Dia menuturkan masyarakat internasional harus mengetahui bahwa Indonesia adalah pusatnya masyarakat ras Melanesia sekaligus ragam kebudayaannyaPernyataan Kacung itu diperkuat antropolog dari Unika Widya Mandira Kupang Dr Peter Gregorius Neonbasu. Dia menjelaskan bahwa jumlah ras Melanesia di Indonesia saat ini bisa mencapai 40 juta jiwa. “Sementara populasi ras Melanesia di negara-negara Pasifik hanya sekitar 8 juta,’’ katanya.

Arkeolog Prof Truman Simanjutkan mengatakan, secara umum hubungan ras Melanesia selama ini memang jarang terjadi gesekan budaya. Berbeda dengan hubungan satu ras antara masyarakat Indonesia dengan Malaysia (Melayu) yang sering gesekan kebudayaan. Menurut Truman ada nilai persaudaraan yang kuat dan masih dipegang teguh masyarakat ras Melanesia. Nilai persaudaraan itu mengikat mereka sebagai satu keluarga atau satu keturunan. Dengan ikatan persaudaraan yang kuat ini, maka tidak pernah terdengar sengketa budaya antara ras Melanesia di Indonesia, Papua Nugini, atau di negara-negara Pasifik.

Contohnya ketika Unesco menetapkan noken sebagai warisan budaya tak benda Indonesia beberapa tahun lalu. Sejatinya noken itu adalah sebuah tas terbuat dari kulit kayu yang tidak hanya dipakai orang Papua. Noken juga banyak digunakan oleh masyarakat Papua Nugini. ‘’Tetapi ketika noken ditetapkan sebagai warisan budaya dari Indonesia, masyarakat Papua Nugini tidak protes,’’ katanya. Dia berharap dengan digelarnya festival ini bisa semakin mempererat hubungan ras Melanesia lintas negara.

Rumah Tudung Manto dan Rumah Sagu Dibangun di Daik

Lingga, Kepri - Setelah ditetapkannya sebagai warisan budaya Indonesia bulan September 2015 lalu, kerajinan Tudung Manto khas Daik, Kabupaten Lingga kembali mendapat perhatian serius pemerintah pusat. Untuk tahun 2015, Kelurahan Daik, Kecamatan Lingga akan mendapat bantuan pembangunan Rumah Terampil Tekat Tudung Manto dan Rumah Sagu.

Perhatian serius pemerintah tersebut untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meningkatkan nilai ekonomi, dan membuka pekerjaan. Tentunya juga sejalan dengan pelestarian warisan kebudayaan di Bunda Tanah Melayu. Hal tersebut dibenarkan Said Asy’ari, Lurah Daik yang ditemui Batam Pos, di ruang kantornya, Kamis (22/10) sore.

“Tahun ini, kita dapat bantuan pusat. Pembangunan fasilitas Rumah Terampil Tekat Tudung Manto yang menjadi warisan budaya kita. Selain itu, kita juga dapat bantuan Rumah Sagu, yang nanti akan menjadi tempat kuliner pengolahan sagu yang menjadi komoditi pertanian di Daik Lingga,” ungkap Ari.

Untuk lokasi pembangunan Rumah Terampil Tudung Manto, setelah dilakukan pertemuan dengan masyarakat, disampaikan Ari, akan dibangun di Kampung Mentok. Sedangkan Rumah Sagu, akan di bangun di Kampung Melukap.

“Jadi lokasi sudah kita tetapkan. Di Kampung Mentok, selama ini ibu-ibu rumah tangga banyak yang berprofesi sebagai pengrajin. Jadi sangat cocok di sana. Begitu juga Rumah Sagu yang nanti akan kita bangun di Melukap. Nanti akan menjadi tempat pengolahan kuliner makanan yang berbahan baku sagu,” jelasnya.

Dijelaskan Ari lagi, Rumah Tekat Tudung Manto tersebut, nantinya akan menjadi galeri. Begitu juga dengan pelatihan dan menjadi salah satu pekerjaan bagi masyarakat Daik Lingga. Sejauh ini, dituturkan Ari, kerajinan Tudung Manto khas Daik, cukup populer hingga ke negara tetangga Malaysia yang notabennya berbangsa melayu. Tudung Manto juga memiliki nilai jual yang tinggi, hingga Rp 17 juta dan kini menjadi salah satu item antaran perkawinan orang melayu.

“Di situ nanti jadi pusat pelatihan. Akan menjadi pekerjaan, ekonomi kreatif yang memiliki nilai budaya dan tentunya menjadi pekerjaan ibu-ibu rumah tangga. Sekarang, semua tergantung keseriusan masyarakat pelakunya. Ini juga membutuhkan promosi dan pemasaran nanti. Kita berharap, hal ini disuport penuh pemerintah daerah dan provinsi Kepri khususnya,” papar Ari lagi.

Pembangunan fasilitas ini, tutur Ari akan terus berlanjut. Kedepan, akan dibuatkan lagi pelatihan. Untuk pembangunan fasilitas, yang merupakan Program peningkatan kesejahteraan keluarga pemberdayaan masyarakat pembangunan infrastruktur ekonomi (PKKPMIE) dari Kementerian Desadan Dderah Tertinggal, Kelurahan Daik tahun 2015 mendapat kucuran dana sebesar Rp 600 juta.

“Kita harapkan, dengan adanya Rumah Tudung Manto dan Rumah Sagu, dan keseriusan masyarakat, kebudayaan kita dapat terpelihara. Sejalan dengan pembangunan ekonomi yang baik tentunya. Kegiatan ini akan berlanjut, setelah pembangunan, nanti akan ada pelatihan,” tutupnya.

Akhir Pekan, Berburu Aneka Kerajinan Tangan NTT di TMII

Jakarta - Akhir pekan ini, saatnya berburu kerajinan tangan khas Nusa Tenggara Timur (NTT). Eksotika NTT 2015 memamerkan sejumlah produk kreatif NTT, mulai dari kain tenun, fashion berbahan tenun, gerabah, anyaman, aksesori, kuliner, hingga batu akik khas NTT.

Pameran ini berlangsung di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Ketua Dekranas Provinsi NTT Lucia Adinda Lebu Raya. dalam sambutannya mengungkapkan pameran tersebut bertujuan untuk mempertemukan para penikmat seni, peminat, hingga pelaku dengan para produsen. Diharapkan dari situ timbul sinergi di antara keduanya.

Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Frans Lebu Raya membuka pameran Eksotika NTT 2015. Acara pembukaan pameran ditandai oleh pemukulan gong oleh Gubernur Provinsi NTT Frans Lebu Raya, didampingi oleh Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga.

“Sinergi antara penikmat seni, peminat ataupun pelaku sangat penting dengan para produsen atau perajin sangat penting guna menciptakan produk yang bernilai jual tinggi,” ujar Lucia seperti dikutip dari siaran pers.

Dekranasda NTT, menurut dia, sering berpartisipasi dalam setiap pameran yang digelar baik oleh pemerintah pusat maupun oleh provinsi lainnya.

“Sudah saatnya, kami memiliki pameran sendiri karena kami juga memiliki kekayaan produk kreatif yang layak dipamerkan ke masyarakat luas,” lanjutnya.

NTT saat ini memiliki 42.000 perajin tenun ikat yang tersebar merata hampir di seluruh wilayah. Sementara itu, sesaat sebelum membuka secara resmi pameran tersebut, dalam sambutannya Lebu Raya mengatakan selama ini NTT selalu melekat dengan stempel negatif, seperti Nasib Tidak Tentu dan Nanti Tuhan Tolong.

Padahal, NTT memiliki sejumlah potensi yang bisa dieksplorasi lebih jauh lagi. Salah satu potensi yang cukup prospektif adalah sektor pariwisata.

“Pemerintah bertekad mengembangkan pariwisata NTT semaksimal mungkin. Kenapa pariwisata? Karena pariwisata memiliki keterkaitan dengan sektor lain. Kalau pariwisata bergerak, sektor lain pun ikut bergerak, misalnya industri kreatif, seperti kain tenun, suvenir, dan kuliner,” ungkapnya.

Pengembangan pariwisata secara masif diharapkan dapat mendukung terciptanya NTT sebagai New Teritory Tourism. Lebih lanjut dia menegaskan pameran tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah mempromosikan produk kreatif NTT di kancah nasional. Dia berharap promosi tersebut dapat mengangkat citra produk kreatif NTT di kancah nasional maupun global.

Salah satu produk kreatif Indonesia, berupa tenun, bahkan sudah dikembangkan menjadi fesyen bernilai jual tinggi oleh sejumlah desainer ternama. Salah satu desainer yang selama ini sering menggunakan tenun dalam hasil kreasinya adalah Musa Widyatmodjo. Di hadapan para tamu yang hadir pada hari pertama pameran Eksotika NTT, Musa menghadirkan sejumlah koleksi fesyen berbahan tenun.

Selain produk kreatif, selama pameran berlangsung, akan ditampilkan juga berbagai atraksi seni budaya NTT, a.l. tari-tarian yang dibawakan oleh komunitas diaspora NTT di Jakarta, mulai dari tarian Hedung (Ikatan Keluarga Besar/IKB Titehena), Tari Bebing (Lu’ur Dolor Maumere), Tari Gawi (IKB Wuamesu), Tari Kataga (IKB Sumba), Tari Dolo-dolo (IKB Titehena), Tari Hegong (Lu’ur Dolor Maumere), Tari Caci (Ikamada-Jakarta), dan Tari Toda Gu (Nagekeo).

Pada gelaran pameran hari pertama Eksotika NTT, hadir pula Ketua Dekranas Pusat Mufidah Jusuf Kalla, didampingi oleh sejumlah istri Menteri Kabinet Kerja.

100 Warga Yogyakarta Tampil Bersama Teater Garasi-Rimini Protokoll Jerman

Yogyakarta - Teater Garasi dari Yogyakarta dan Rimini Protokoll, teater asal Berlin, Jerman, akan berkolaborasi mementaskan pertunjukan bertajuk 100 % Yogyakarta pada 31 Oktober dan 1 November 2015 di Taman Budaya Yogyakarta. Istimewanya, mereka akan mengajak 100 orang warga Yogyakarta dalam pertunjukan itu.

Panitia acara untuk publikasi dan media, Asa Rahmana mengatakan sebanyak 100 warga Yogyakarta yang akan tampil itu dipilih secara ketat oleh Teater Garasi. Mereka bukan pemain teater, tetapi warga biasa. Gagasan pentas itu adalah menampilkan Kota Yogyakarta melalui angka statistik, hubungan antar orang sehingga seperti menciptakan sebuah kaleidoskop.

Pentas teater itu bertujuan untuk menawarkan perspektif yang segar tentang Yogyakarta. "Pertunjukan juga mengundang penonton berefleksi tentang kehidupan sehari-hari mereka," kata Asa, Jumat, 23 Oktober 2015.

Yogyakarta selama ini dikenal dengan kekayaan budaya tradisional, pemandangan alam, perguruan tinggi, dan seni budaya yang dinamis. Populasi penduduk Kota Yogyakarta hampir 400 ribu jiwa. Tiap penduduk Kota Yogyakarta tentu punya pandangan bermacam-macam tentang kota ini. Ada yang menganggap kota ini sebagai kota yang luar biasa. Ada pula yang menganggap kota ini kacau maupun menantang.

Konsep teater melibatkan masyarakat seperti itu biasa digunakan di Berlin, Vienna, Zurich, London, Tokyo, dan Melbourne. Teater asal Berlin, Rimini Protokoll beranggotakan Helgard Haug, Stefan Kaegi, dan Daniel Wetzel. Mereka telah berkarya sebagai sebuah tim penulis-sutradara sejak tahun 2000. Seluruh karya mereka ditulis bersama di bawah label Rimini Protokoll sejak tahun 2002. Fokus kerja mereka terus mengembangkan alat teater untuk perspektif yang tidak biasa atas realitas.

Sedangkan, Teater Garasi berdiri di Yogyakarta, 4 Desember 1993. Mereka yang bergiat dalam teater kontemporer ini antara lain Yudi Ahmad Tajudin, Gunawan Maryanto, Jompet Kuswidananto, Ugoran Prasad, dan Naomi Srikandi. Teater ini berawal dari lembaga mahasiswa di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM.

Garasi mendalami bidang multi-disiplin seni, di antaranya seni rupa,sastra, akting, gerak, dan musik. Pementasan Garasi selalu bersinggungan dengan isu sosial, politik, dan kebudayaan di tingkat lokal maupun global. Seniman Garasi banyak pentas di sejumlah negara sejak awal 2000-an.

Pentas teater 100% Yogyakarta merupakan bagian dari acara German Season atau Jerman Fest. Jerman Fest menggambarkan persahabatan antara Indonesia dan Jerman pada bidang budaya, ekonomi maupun politik. Acara ini digagas oleh Kementerian Luar Negeri Jerman, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di Indonesia, Ekonid, dan Goethe Institut Indonesia.

Sergai Gelar Festival Karnaval Budaya

Sergai, Sumut - Indonesia merupakan negara yang sangat kaya keanekaragaman budaya, begitu juga halnya dengan Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Hal ini dikarenakan masyarakatnya multiculure yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki perbedaan dan keunikan baik dari segi bahasa daerah, adat istiadat, kebiasan maupun keanekaragaman budaya.

Keanekaragaman budaya merupakan potensi sosal yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah. Di samping itu, keanekaragaman budaya merupakan kekayaan bangsa sebagai warisan untuk dilestarikan. Untuk itu perlu dicermati karena warisan budaya dan nilai-nilai tradisional mengandung banyak kearifan lokal yang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, dan seharusnya dilestarikan, diadaptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh.

Hal ini dikemukakan Pj. Bupati Sergai Ir. H. Alwin, MSi dalam pidato tertulisnya yang dibacakan Sekdakab Drs. H. Haris Fadillah, MSi saat membuka kegiatan Festival Karnaval Budaya Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 bertempat di Theme Park Kecamatan Pantai Cermin, Kamis (22/10/2015).

Disampaikan Pj. Bupati Sergai juga, bahwa sejalan dengan motto Kabupaten Sergai “Tanah Bertuah Negeri Beradat”, Pemkab Sergai terus berupaya menggali, mempertahankan dan melestarikan seni budaya tradisional dengan berbagai kegiatan seperti Festival Karnaval Budaya yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara (Provsu) yang merupakan agenda rutin setiap tahunnya. Tujuan dilaksanakan Festival ini guna memotivasi generasi muda sebagai aset bangsa agar cinta kepada budaya tradisional masing-masing di daerahnya. Hal lain yang dapat diambil manfaat dari kegiatan ini adalah agar mampu mengembangkan destinasi wisata yaitu “wisata budaya” baik wisata lokal maupun wisata mancanegara.

Pada kesempatan yang sama, Kabid Bina Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provsu Drs. Mukhlis sangat menyambut baik terselenggaranya acara ini. Untuk bidang pariwisata diharapkan agar lebih meningkatkan pengelolaannya dengan dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam hal mempromosikan wisata kabupaten ini terutama wisata kuliner dan wisata budaya selain wisata pariwisata. Ditegaskan kembali pihak Pemprovsu akan terus mendukung 33 Pemerintah Kabupaten/Kota di Provsu untuk mempromosikan daerahnya masing-masing melalui event-event promosi sehingga berjalan dengan baik, ujar Kabid Bina Pemasaran Pariwisata Drs. Mukhlis.

Sebelumnya Ketua Panitia Herlinawati, S.Sos melaporkan bahwa tujuan dari kegiatan ini untuk menggali dan membangkitkan budaya tradisional di Kabupaten Sergai serta melestarikan budaya lokal agar tidak punah. Peserta karnaval berasal dari 17 Kecamatan se-Sergai dengan menggunakan kendaraan roda 4 atau 3 yang dihias dengan konsep budaya dan etnik suku sesuai daerah masing-masing.

Turut hadir Staf Ahli Bupati, para Kepala SKPD dan Camat se-Sergai, Muspika Pantai Cermin dan peserta Festival Karnaval Budaya dari 17 Kecamatan se-Sergai.

Digelar, Festival Wayang Sawahlunto

Bandung, Jabar - Kementerian Pariwisata RI kembali menggelar Festival Wayang Nusantara Sawahlunto (FeWaNuSa) ke 3 tahun 2015. Rangkaian kegiatan yang akan menampilkan kelompok seni Wayang dan Karawitan dari dalam dan luar negeri akan berlangsung Kamis (22/10/2015) hingga Minggu (25/10/2015) mendatang di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

Demikian diungkapkan Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuty, dalam siaran persnya kepada PRLM, Kamis (22/10/2015), bahwa penyelenggaraan Festival Wayang Nusantara Sawahlunto 2015, merupakan bentuk promosi pariwisata “Pesona Indonesia”.

“Festival Wayang Nusantara Sawahlunto atau FeWaNuSa ke 3 tahun 2015 ini diharapkan dapat mendorong perkembangan Kota Sawahlunto sebagai kota wisata sejarah dan budaya, dan terciptanya multiplayer effect perekonomian dari pelaksanaan event tersebut seperti di bidang Akomodasi, rumah makan, pedagang jajanan pasar, sektor transportasi, souvenirshop dan lainnya serta akan berdampak juga terhadap perkembangan kesenian khas Jawa dan Wayang khusunya, baik bagi masyarakat Jawa itu sendiri maupun masyarakat Kota Sawahlunto sebagai pendukung kebudayaan tersebut,” papar Esthy Reko Astuty.

Pada festival wayang tahunan ini, Jawa Barat mengirim grup kesenian “Wayang Ajen” yang berdomisili di Kota Bekasi dengan dalangnya Ki Wawan Ajen Gunawan.

Kepercayaan diberikan kepada Wayang Ajen, karena sudah malang melintang di 49 negara dengan selalu mempromosikan “wonderful Indonesia” kini saatnya tampil di hadapan masyarakat Sawahlunto dan sekitarnya.

Dalam keterangannya via telepon, Wawan Ajen mengungkapkan bahwa sebagaimana ciri khas penampilan wayang golek dirinya akan menampilkan format pertunjukan wayang Ajen dengan konsep kekinian yang lebih atraktif, komunikatif, dan adaptif untuk semua kalangan umur para penikmat. Selain Wawan Aje, dari Pulau Jawa juga akan diikuti Dalang Ki Nuryanto Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah.

Paguyuban Setyalaras dan dari Kota Sawahlunto sendiri akan menampilkan Paguyuban Bina Laras dengan dalang Ki Slamet Carito yang akan kembali memperkenalkan wayang “Mbah Soero” sebagai ikonnya Wayang Kota Sawahlunto.

Selain itu akan hadir Paguyuban Joyo Laras dari daerah Simalungun Sumatera Utara, Paguyuban Ngudi Laras dari Provinsi Sumatra Selatan dengan dalang Ki Cahyo Wibisono akan membawakan lakon “Gatot Kaca Lahir”, dan juga Paguyuban dari Provinsi Riau.

Untuk wilayah Sumatra Barat sendiri sebagai tuan Rumah Festival akan diwakili oleh beberapa Paguyuban di antaranya adalah Paguyuban Kridho Budaya dari Pasaman Barat dengan dalang Ki Jarno, dari Kab, Dhamasraya.

Dari luar negeri akan tampil Komposer dan Pemusik asal Australia “Brett John Calliss”, beliau akan berkolaborasi dengan “Sriyanto, M.Sn, dan melibatkan Mahasiswa/i ISI Padangpanjang serta para pengrawit dari Sanggar Binalaras Kota Sawahlunto pada acara Opening Ceremony dengan lakon bertajuk “sang pejuang”.

Banyak Pemuda yang Lupa Budaya dan Adat Istiadat

Pandeglang, Banten - Bupati Pandeglang, Provinsi Banten Erwan Kurtubi menyatakan saat banyak pemuda yang lupa budaya dan adat istiadat yang hidup di masyarakat.

"Kita harapkan para pemuda di Pandeglang, terutama pelajar bisa mencintai budaya dan adat istiadat yang ada," kata Erwan, pada acara pembukaan lomba cerdas cermat, pidato berbahasa Inggris dan lomba baris berbaris (LKBB) dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-87 di Pandeglang, Rabu (21/10).

Ia menyatakan, persatuan dan kesatuan yang sudah diikrarkan dalam sumpah pemuda saat itu sudah mulai pudar. "Kami harap bagi para pelajar yang hadir saat ini harus dapat mencontoh semangat para pemuda terdahulu, salah satunya dengan memiliki prestasi yang baik dan menjauhi dari tawuran antar pelajar," ujarnya.

Sumpah pemuda adalah sebuah ikrar persatuan dan kesatuan bangsa yang dilontarkan oleh para pemuda yang patriotik ditengah hegemoni kolonialisme penjajahan. Maka dari itu para pelajar yang merupakan pemuda penerus bangsa harus dapat memahami peristiwa sumpah pemuda agar dapat menjadi pelajar yang bermartabat.

"Kami harap para pelajar dapat menanamkan dibenaknya masing- masing mengeni arti pentingnya Sumpah Pemuda, sebab dengan memahami peristiwa Sumpah Pemuda para pelajar dapat menyerap jiwa persatuan dan semangat mereka dalam perjuangan saat ini," ujarnya.

Kabid Pemuda pada Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Agus Samudra mengatakan, pelaksanaan perlombaan ini dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda ke-87 sumpah pemuda.

Peserta kegiatan ini adalah pelajar tingkat Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan sederajat yang berjumlah 84 orang. "Dari jumlah tersebut peserta lomba cerdas cermat sebanyak 31 orang, lomba pidato berbahasa Inggris 28 orang dan LKBB 25 orang," katanya.

"Purwakarta Spirit Budaya" di Taman Budaya Jawa Barat

Bandung, Jabar - Selama tiga hari ke depan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat bersama Dinas Perhubungan, Kebudayaan Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Kabupaten Purwakarta, menggelar Pesona Budaya. Berbagai atraksi kesenian, kuliner dan kriya, sekal Kamis (22/10/2015) hingga Sabtu (24/10/2015) ditampilkan di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat, Jalan Bukit Dago Selatan Bandung.

“Sejumlah negara Eropa sudah menjadikan seni budaya sebagai bagian dari sektor penggerak pariwisata. Purwakarta yang menjadi bagian wilayah Jawa Barat dengan potensi seni budaya merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dalam membangun sektor kepariwisataan Jawa Barat,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Drs. H. Nunung Sobari MM., saat membuka Pesona Budaya “Purwakarta Spirit Budaya”, Kamis (22/10/2015).

Agenda budaya Pesona Budaya yang diselenggarakan Disparbud Jabar melalui UPTD Taman Budaya Jabar menurut Nunung, merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan kekayaan budaya disetiap kabupaten dan kota. “Pesona Budaya merupakan upaya pemerintah untuk memperkenalkan kekayaan seni budaya daerah kepada masyarakat luas, dan diharapkan mampu tidak hanya meningkatkan perekonomian pelaku seni budaya, tetapi juga sektor pariwisata,” ujar Nunung, yang berharap kegiatan mendapat apresiasi luas masyarakat.

Penutur Tinggal 5.000 Orang, Bahasa Suwawa Diprediksi Akan Punah

Gorontalo - Bahasa Suwawa di Provinsi Gorontalo diperkirakan punah dalam waktu 75 tahun.

Prediksi ini disampaikan Dr Sukardi Gau, peneliti dari Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo, saat mengunjungi Desa Tulabolo Barat, Kecamatan Suwawa Timur, Kamis (22/10/2015).

Estimasi punahnya bahasa Suwawa ini berdasarkan pada jumlah penutur yang saat ini hanya berjumlah 5.000 orang. Mereka tersebar di beberapa desa di Kabupaten Bone Bolango.

Sukardi melakukan penelitian tahun lalu dan mendapatkan data-data awal yang menunjukkan adanya perubahan dalam penggunaan bahasa Suwawa.

Menurutnya pada 1960-an hingga 1980-an bahasa Suwawa merupakan bahasa ibu suku itu yang diajarkan langsung kepada anak-anak sejak usia dini.

Memasuki era 1980-an sampai saat ini, bahasa ibu orang Suwawa adalah bahasa Indonesia atau bahasa dialek Melayu Manado. Ketika anak-anak Suwawa menginjak duduki di bangku kelas 5-6 sekolah dasar barulah bahasa Suwawa diajarkan.

“Telah terjadi perubahan penggunaan bahasa Suawawa di keluarga, dulunya bahasa ibu adalah bahasa Suwawa sekarang bahasa ibu adalah bahasa Indonesia dialek Melayu Manado," ujar Sukardi.

"Anak-anak belajar bahasa ibu atau bahasa Suwawa saat sekolah SD bahkan ada yang SMP” tambah dia.

Lucunya, menurut Sukardi Gau, di sekolah justru yang diajarkan adalah bahasa Gorontalo. Menurutnya pengajaran bahasa Gorontalo untuk anak-anak suku Suwawa adalah kebijakan pemerintah.

Selain itu, Sukardi melihat suku Suwawa merasa diri mereka sangat Gorontalo sehingga menerima saja pelajaran bahasa Gorontalo di sekolah-sekolah.

Apalagi untuk interaksi antarwarga di wilayah ini, bahasa Gorontalo menjadi bahasa pergaulan sehari-hari.

Saat mengunjungi sekolah dasar di Tulabolo Timur, sejumlah siswa di sekolah tersebut terdengar berbahasa Indonesia dengan dialek Melayu Manado.

Bahkan saat diminta untuk mengartikan kata-kata tertentu dalam bahasa Suwawa para siswa tersebut kesulitan.

Bahasa Suwawa saat ini dituturkan masyarakat yang mendiami sebagian wilayah Kabupaten Bone Bolango. Saat ini penuturnya sebagian besar adalah warrga lanjut usia.

“Jika diperkirakan satu generasi 25 tahun, maka dalam tiga generasi ke depan atau 75 tahun lagi bahasa Suwawa akan kehilangan penutrurnya” kata Sukardi Gau.

Semakin sedikit penutur bahasa Suwawa, semakin sedikit pula kemampuan menyimpan kosa kata setiap orang, sehingga sebagai ingatan kolektif bahasa Suwawa akan mengalami penurunan.

Apalagi tidak dalam setiap percakapan bahasa ini digunakan. Lazimnya penutur bahasa ini akan menyesuaikan bahasa dengan lawan bicaranya. Dalam banyak kasus, penutur bahasa Suwawa juga mahir menggunakan bahasa Gorontalo.

Penutur bahasa Suwawa, di masa lalu, mendiami kawasan yang luas terutama daerah-daerah di kecamatan Suwawa sebelum pemekaran.

Namun saat ini penutur bahasa Suwawa tinggal 5.000-an orang yang tinggal tersebar di desa-desa pinggiran di pecahan kecamatan Suwawa, seperti di wilayah Dumbaya Bulan, Tulabolo dan sekitarnya, yang berbatasan dengan kawasan hutan.

Senjata Tradisional Pulau Andalas Dipamerkan di Palembang

Palembang, Sumsel - Sebanyak 95 jenis senjata tradisional yang berasal dari pulau Andalas (Sumatera) dipamerkan di Museum Balaputra Dewa Palembang, 21-26 Oktober 2015. Pameran ini merupakan yang pertama digelar sebagai bentuk untuk melestarikan budaya dan memperkenalkan senjata tradisional kepada masyarakat.

Senjata-senjata tradisional itu merupakan koleksi dari berbagai Museum di pulau Sumatera, diantaranya Museum Negeri Aceh, Museum Negeri Sumatera Barat, Museum Negeri Riau, Museum Negeri Bengkulu, Museum Negeri Lampung, Museum Negeri Bangka Belitung dan Museum Balaputra Dewa sebagai tuan rumah.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana, mengatakan pameran senjata tradisonal dapat memberikan aspirasi kepada semua pihak akan kekayaan warisan budaya kita, bukan hanya senjatanya tetapi jauh dari nilai-nilai historisnya dan ini menunjukkan bangsa kita bangsa yang besar telah mampu menunjukkan berbagai budaya yang ada.

“Kami dari asosiasi membawahi hampir 400 museum yang berada di daerah, dengan adanya pameran seperti ini kami yakin akan mendorong kemajuan dari museum-museum yang telah ada di Indonesia, sehingga memancing minat untuk dikunjungi,” ujar Putu, Rabu (21/10) kepada Gatra.

Dikatakan Putu kedepan pihaknya ingin mendorong pemerintah melalui komisi X DPR RI agar bisa membangun museum khusus untuk senjata tradisional, bukan hanya senjatanya yang dipamerkan tetapi sisi pembuatannya serta nilai-nilai magis yang terkandung di dalamnya.

“Kita baru saja memperingati hari museum pada 2 Oktober lalu, dan kegiatan seperti ini harus selalu kita dorong agar pemerintah dapat memberikan biaya yang lebih besar, karena selama ini yang terjadi kesulitan merawat benda-benda pusaka termasuk senjata tradisional ini,” tuturnya.

Kepala Museum Balaputra Dewa Sumatera Selatan, Toton Dai Permana menambahkan Pameran senjata tradisional se Sumatera ini, mengambil tema Senjata Tradisional Sebagai Konstruksi dan Reproduksi Budaya.

Menurutnya konstruksi dan reproduksi budaya tersebut adalah teknologi pembuatan senjata dan fungsi senjata yang terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan peradaban, senjata yang dibuat berubah bentuk dan fungsinya

“Dahulu senjata dalam peradaban manusia sebagai alat untuk mempertahankan diri, berburu. Tetapi sekarang ada perubahan budaya senjata sudah dijadikan simbol dan hobi,” katanya.

Toton berharap dari pameran senjata tradisional ini dapat menjadi pembelajaran untuk masyarakat dan pelajar sehingga meningkatkan orang berkunjung ke museum. Dan ini juga dihadiri beberapa museum yang berasal dari pulau Sumatera, seperti Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Jawi Perlu Diajar dalam Subjek Bahasa Melayu

Kuala Lumpur, Malaysia - Penggunaan jawi perlu dikembalikan ke tempat yang lebih adil dan berkesan iaitu dalam sukatan pelajaran Bahasa Melayu sama ada di sekolah kebangsaan (SK) atau sekolah menengah kebangsaan (SMK).

Pensyarah Kulliyyah Pendidikan Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), Prof. Dr. Rosnani Hashim berkata, ini bagi meluaskan penggunaannya dalam kalangan pelajar sekolah sekali gus meningkatkan pemahaman mereka terhadap subjek Pendidikan Islam yang menggunakan jawi sebagai pengantar dalam tulisan dan bacaan.

“Penggunaan jawi sebagai pengantar tulisan dan bacaan dalam subjek Pendidikan Islam sahaja harus dilihat semula kerana kajian mendapati ia menghambat pemahaman agama Islam dalam kalangan murid.

“Bagi meluaskan penggunaannya, jawi perlu juga diajar dalam Bahasa Melayu, tambahan pula ia merupakan pengantar asal kepada bahasa kebangsaan tersebut,” katanya dalam Muzakarah Pakar: Pembentangan Kajian Keberkesanan Pendidikan Islam anjuran Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), di sini hari ini.

Beliau membentangkan kertas kerjanya yang bertajuk Kajian Keberkesanan Kaedah Pengajaran, Sukatan Pelajaran dan Pentaksiran Pendidikan Islam di Sekolah Rendah dan Menengah Kebangsaan: Dapatan Keseluruhan dan Analisis.

Menurut Rosnani, majoriti guru yang terlibat dalam kajiannya bersetuju bahawa pelajar kurang membaca teks Pendidikan Islam dalam jawi sebaliknya lebih gemar membaca dan menulis dalam rumi.

Beliau juga mendapati, majoriti guru bersetuju pelajar tidak lancar membaca dalam jawi sekali gus menjadikannya penghalang untuk mereka memahami dan mendalami Pendidikan Islam.

“Hasil dapatan daripada soal selidik terhadap pelajar SMK sendiri pula menunjukkan bahawa mereka tidak bersetuju aspek latihan dan ujian dilakukan dalam tulisan jawi serta tidak bersetuju bahawa mereka boleh menulis jawi dengan lancar,” katanya.

Seorang lagi pensyarah dari Kulliyyah Pendidikan UIAM, Prof. Madya Adnan Abd. Rashid turut memperolehi dapatan yang sama berhubung penguasaan jawi dalam kalangan pelajar melalui kertas kerjanya yang bertajuk Kajian Aspek Sukatan Pelajaran Pendidikan Islam Secara Umum dan Jawi Sebagai Pengantar Tulisan di Sekolah Rendah dan Menengah Kebangsaan.

Beliau turut berpendapat penggunaan jawi tidak seharusnya dibataskan ke dalam subjek Pendidikan Islam sahaja sebaliknya perlu juga diajar dalam subjek Bahasa Melayu.

Katanya, kelemahan kebanyakan pelajar dalam menguasai kemahiran jawi amat membimbangkan kerana ia menjadi penghalang kepada mereka untuk memahami Pendidikan Islam sekali gus menjejaskan penghayatan terhadap Islam dalam kehidupan.

“Dalam menghadapi cabaran ini, kemahiran jawi perlu diberi perhatian yang sewajarnya seperti dijadikan subjek berasingan dan peruntukan masa bersesuaian seperti mana yang pernah diajar di sekolah suatu ketika dahulu.

“Sekiranya jawi menjadi pengantar untuk subjek Pendidikan Islam semata-mata, keadaan ini tidak akan memberi sebarang penyelesaian sebaliknya menjadikan masalah terus berpanjangan,” katanya.

22 Provinsi akan Hadiri Festival Qasidah Nasional XX Kendari

Kendari, Sultra - Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam memastikan saat ini ada 22 provinsi seluruh Indonesia akan menghadiri Festival Qasidah Nasional (FQN) XX tahun 2015 yang di Kendari pada 12 hingga 13 November mendatang.

"Namun, tidak menutup kemungkinan acara festival yang menyajikan beragam acara keagamaan akan bertambah. Karena kita masih menunggu konfirmasi dari beberapa daerah," kata Nur Alam, di Kendari, Selasa.

Menurut gubernur, jika tidak berhalangan, Presiden Joko Widodo akan membuka Festival Qasidah Nasional XX yang dipusatkan di pelataran Alun-alun Kota Kendari.

Disebutkan, pada November nanti Ibu Kota Provinsi Sultra akan kedatangan tamu sekitar 12 ribu orang dari luar Sultra, karena selain perhelatan Festival Qasidah Nasional, juga diadakan Festival Keraton Nusantara, Masyarakat Adat ASEAN 2015 dan Peran Saka Nasional 2015.

"Setidaknya Kota Kendari akan dipadati masyarakat dari luar Sultra pada November. Karena kita akan menjadi tuan rumah dari tiga kegiatan nasional itu," katanya.

Ketua DPW Lembaga Seni Qasidah Indonesia (LASQI) Sultra Masyhura Ilah Ladamay melaporkan dari 34 provinsi di Indonesia, yang telah memberikan kepastian telah ada 22 provinsi.

Masyhura menyakini pelaksanaan kegiatan ini lebih meriah dari pelaksanaan sebelumnya di Palu karena hanya dipertandingkan bintang vokalis qasidah.

"Sedangkan di Kendari nantinya, akan ada karnaval semua peserta kontingen festival, selain bintang vokalis juga diperlombakan seperti peragaan busana muslim, qasidah klasik kolaborasi dan lomba cipta lagu qasidah," katanya.

Sanggar Seni Lawang Budaya Babel Tampil di Singapura

Bangka, Babel - Sanggar seni Lawang Budaya Bangka Belitung, pimpinan Wandasona Alhamd akan tampil dalam kegiatan Muara Festival Singapore 2015 di Singapura, tanggal 21 Oktober sampai 3 November 2015.

Dalam misi Budaya tersebut sejumlah tarian dan musik tradisi, kreasi maupun kontemporer akan ditampilkan sanggar seni Lawang Budaya yang berjumlah 15 orang terdiri dari penari dan pemusik.

Wandasona Alhamd yang juga penata musik mengatakan peserta yang berangkat berjumlah 15 orang terdiri dari pelaku seni dan siswa sekolah di Kabupaten Bangka yakni SMKN 1 Sungailiat, SMA Negeri 1 Sungailiat, SMA Negeri 1 Pemali Sungailiat, SMP Negeri 2 Sungailiat dan SDN 2 Sungailiat.

"Muara Festival Singapore 2015 diikuti sejumlah negara dari Singapura, Malaysia, Brunei dan beberapa daerah perwakilan Indonesia yakni Jambi dan Babel. Peserta yang tampil hasil dari seleksi panitia Era Dance Theatre Limitide Singapore dan ada orang Indonesia di dalamnya," kata Wanda, Selasa (20/10/2015).

Sementara, penata tari Juwita Handayani mengatakan, tampil di Singapura adalah kesempatan Lawang Budaya dan Babel untuk mempromosikan tarian dan musik Melayu.

"Kiita sangat bersyukur bisa terpilih tampil di even ini. Kita mohon doa masyarakat Babel agar bisa tampil maksimal di Singapura," ungkap Juwita.

Keberangkatan Lawang Budaya ke Singapura berkat bantuan sejumlah donatur dan tidak menggunakan dana APBD baik kabupaten maupun provinsi. Daftar nama personil yang terlibat dalam Lawang Budaya adalah, pimpinan dan penata musik dipegang oleh Wandasona al-hamd, penata tari, Penata rias dan busana oleh Juwita Handayani, dan para pemusik yaitu Satria Darmawan, Baithur Ridwan, Kievananta Zafienkia Sikah, Krizsona Alhamd, dan Ichsan Razatami. Sedangkan para penari yang terlibat adalah Trisna Anggraini, Delfiah Ardianti, Firda Lestari, Mona Dwi Aryani, Yukiko Ansi Birlami, Raden Azty A, dan Rifani Amanda.

Pekan Budaya Bakal Tampilkan Kearifan Lokal Suku di Bumi Etam

Samarinda, Kaltim - Satu lagi event wisata akan digelar di Samarinda. Bukan pemerintah, event wisata bertajuk Pekan Budaya ini digelar oleh elemen masyarakat yang tergabung dalam Organisasi Pasak Bakudapati.

Ketua Umum, Pasak Bakudapati, Rizal, mengatakan kegiatan ini digelar untuk menggairahkan sekaligus memerkenalkan kembali kearifan budaya suku-suku asli di Kaltim.

"Kita ingin melestarikan budaya suku-suku di Kaltim. Di Kaltim ini ada banyak suku. Ada Kutai, Dayak, Tidung, sampai Paser. Semua akan kita tampilkan," kata Rizal, di Kantor Pasak Bakudapati, Jalan M Yamin, Samarinda, Selasa (20/10/2015).

Beberapa pertunjukan tari-tarian, lagu daerah, hingga perlombaan permainan tradisional suku-suku asal Kaltim akan ditampilkan.

"Kaltim kaya akan budaya. Dari permainan saja kita punya gasing, lomba sumpit, dan banyak lagi," ungkap Rizal.

Kendati bertujuan melestarikan budaya asli Kaltim, lanjut Rizal, pihaknya juga memersilakan elemen masyarakat dari suku lainnya di Indonesia untuk berpartisipasi dalam Pekan Budaya ini.

"Silakan. Kita sangat terbuka. Kita sangat berterima kasih jika ada suku lain yang ingin bergabung memeriahkan acara ini. Justru kita meminta dukungan dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat Kaltim untuk berpartisipasi di acara ini," katanya.

Pekan Budaya ini, menurut Rizal, akan menjadi agenda rutin Pasak Bakudapati, di Samarinda.

"Kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan kita," tuturnya.

Festival Tanjung Lesung 2015 Digelar 30-31 Oktober

Serang, Banten - Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten akan menggelar Festival Tanjung Lesung dengan menyajikan berbagai kegiatan sport tourism. Hal ini dilakukan untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke kawasan pantai selatan daerah itu.

Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten M. Ali Fadilah mengatakan, pihaknya akan menggelar Festival Tanjung Lesung 2015 pada 30-31 Oktober. Di acara ini, menampilkan perlombaan baru di dunia yakni Bagan Race atau balap perahu menyusuri pantai di kawasan Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang.

"Kita ingin membuat kreasi atau terobosan baru. Ini diharapkan menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang akan menyaksikan festival tersebut," kata Ali Fadilah, Senin (19/10) kemarin.

Ia mengatakan, Bagan Race tersebut akan menggunakan sarana perahu nelayan yang di atasnya terdapat kerangka bagan (tempat menangkap ikan) yang dapat ditumpangi sebanyak 20 orang penumpang. Panitia Festival Tanjung Lesung 2015 menyiapkan sebanyak sepuluh unit perahu bagan untuk diperlombakan.

"Para peserta lomba adalah stakeholder kepariwisataan, termasuk masyarakat setempat," ujarnya.

Ali mengatakan, Bagan Race diharapkan akan menjadi salah satu daya tarik Festival Tanjung Lesung 2015. Pasalnya perlombaan perahu bagan belum pernah dilakukan, dan dapat dikatakan sebagai yang pertama kalinya di dunia kepariwisataan.

"Nanti akan bertambah lagi satu warisan budaya Provinsi Banten yaitu Perahu Bagan," kata Ali.

Bagan Race ini akan dimulai dari Pantai Kerang, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang dan finis di Beach Club, pantai yang berada di dalam kawasan Pariwisata Tanjung Lesung.

Ada tiga kategori yang diperlombakan dalam Bagan Race, yaitu pemenang yang tercepat, kemudian pemenang yang paling indah mendekorasi atau menghias bagan, dan terakhir pemenang yang berhasil membawa ikan sebanyak-banyaknya ketika sampai di garis finis.

Dalam Festival Tanjung Lesung 2015, selain Bagan Race ada beberapa kegiatan lain yang juga disajikan, diantaranya Parade Nelayan dan Festival Budaya, Parade Sepeda Hias, Pameran Produk UMKM, serta pertunjukan film hasil kreasi para sineas muda Banten dari Kremov Pictures, yakni film "Jawara Kidul" dan "Perempuan Lesung".

"Insya Allah salah satu film hasil kreasi teman-teman sineas muda Banten akan diikutkan dalam nominasi Festival Film Indonesia 2015 yang akan digelar di ICE Kota Tangerang Selatan, Banten," katanya.

Dalam Festival Tanjung Lesung 2015, juga akan digelar Pesta Bakar Ikan di pinggir pantai Beach Club Tanjung Lesung, penanaman terumbu karang di Pulau Liwungan, yang rencananya dipimpin Gubernur Banten Rano Karno.

Festival Tanjung Lesung 2015 akan melibatkan sekitar 20.000 masyarakat, baik dari Kabupaten Pandeglang maupun dari kabupaten/kota di Banten.

Menurutnya, sejumlah wisatawan dari luar Banten juga dipastikan hadir dalam acara tersebut, termasuk wisatawan dari Malaysia dan Singapura. Wisatawan yang datang merupakan para pelaku pariwisata yang akan hadir untuk mengikuti pertemuan forum bisnis yang melibatkan Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (Asppi).

-

Arsip Blog

Recent Posts