Eksistensi Kesenian Minang Terancam Modernisasi

Padang, Sumbar - Taman Budaya Sumatera Barat terus mendorong eksistensi kesenian tradisional. Hal itu agar kesenian Minang terus berkembang kreatif dan tak tertindas proses modernisasi.

“Banyak kesenian tra­disional yang terancam pu­nah, karena tidak ada re­generasi, jarang diper­tunj­ukkan, dan juga karena pelaku-pelakunya sebagian sudah uzur dan me­ninggal,” tegas Kepala Taman Budaya Sumbar Muasri di Padang, ketika penutupan Festival Pertunju­kan Kese­nian Tra­disional, Sabtu (19/12) ma­lam.

Ia mengatakan, di tengah ancaman modernisasi itu, di Sumatera Barat masih ada enam macam kesenian yang masih eksis, yaitu seni rupa, musik, teater, tari, kerajinan tangan dan seni berwawasan teknologi.

Beragam kesenian ini masih eksis di Sumbar, terang dia, yang dapat ter­lihat dengan pertunjukan dan pagelaran yang dia­dakan di Taman Budaya.

Ia menyebutkan, jenis seni tari tradisional yang masih eksis di antaranya tari pasambahan, tari piring, tari payung, tari indang, dan randai. Sedangkan alat mu­sik tradisional di antaranya, saluang, bansi, talempong, rabab, dan gendang tabuik.

“Taman Budaya Sumbar terus mendorong kesenian itu agar tetap bertahan dan hidup salah satunya dengan sering mengadakan per­tunjukan dan pagelaran ser­ta pameran. Meskipun tidak rutin mengadakan perge­laran seni setiap bulan, akan tetapi grup-grup seni ter­sebut diberikan kebebasan untuk berlatih setiap hari di gedung itu. Kesenian mem­butuhkan wadah dan wa­dahnya adalah pameran dan pergelaran, semakin sering pertujukan seni diadakan maka semakin eksis pula seni tersebut,” imbuh dia.

Selain itu agar kesenian ini tidak menghilang ia meng­harapkan dukungan semua pihak, baik dari pe­me­rintah maupun masyara­kat. Ia menilai, saat ini apresiasi masyarakat terha­dap kesenian tradisional mulai berkurang dan lebih menyukai kesenian dari negara lain.

Lebih lanjut Muasri men­jelaskan, festival ter­sebut merupakan kegiatan peru­bahan dari kegiatan yang pernah digelar pada tingkat nasional pada tahun lalu. Menurut Muasri, tuju­an dari festival tersebut, adalah untuk merangsang grup-grup tari di Ranah Minang.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Sexri Bu­diman mengatakan dari 19 grup yang ikut15 grup yang diperlombakan, sedangkan 4 grup lagi hanya sebagai pertunjukan khusus.

Ke empat grup tersebut yakni Saandiko dari Kota Bukittinggi, Musikal Puisi dari MAN 2 Padang dan dua grup lagi dari Kota Paya­kumbuh.

“Pemenang lima terbaik pertama grup dari Agam, kedua Limapuluh Kota, ketiga Pesisir Selatan, ke empat Sijunjung, kelima Padang Panjang,” urai Sexri Budiman.

Lebih lanjut Sexri Budi­man menjelaskan, diharap­kan bagaimana seni tradisi dapat dikemas semaksimal mungkin sehingga seni tra­disi dapat diangkat kembali dan digemari oleh ma­syarakat.

-

Arsip Blog

Recent Posts