Kerajaan Islam Pertama di Asia Tenggara Ada di Aceh Besar

Banda Aceh, NAD - Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh, bekerja sama dengan Pusat Penyelidikan Arkeologi Global Universitas Sain Malaysia Pulau Pinang serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, membuat satu seminar.

Direktur Pusat Penyelidikan Arkeologi Global USM Pulau Pinang, Prof Datok Dr Mochtar Saidin dalam keterangan tertulisnya kepada Waspada Online, Sabtu (14/11), menyimpulkan dari hasil seminar arkeologi ini, bahwa berdasarkan temuan askavasi terhadap sejumlah benda kuno, terbukti pusat Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara didirikan di desa Lamreh Aceh Besar yang lebih dikenal dengan situs Kerajaan Lamuri, yakni berdiri pada awal abad ke-11 Masehi.

“Pernyataan ini berdasarkan hasil penelitian saya sejak tahun 2012 hingga 2015, dari ratusan nisan kuno, pecahan keramik kuno dan serpihan peralatan dapur dan wadah upacara ritual Hindu kuno, berkisar antara tahun l003 Masehi hingga tahun 1386 Masehi,” jelas Prof Datok Dr Mochtar Saidin, di hadapan sekitar 400 peserta, Kampus Unsyiah, Kamis (12/11).

Penelitian dan penyelidikan serupa pernah dilakukan USM Pulau Pinang di Birma (Siam), Kamboja, Malaysia Thailand, Philipina dan Brunei Darusalam.

“Situs artifak yang ditemukan di masing-masing negara tadi jauh lebih muda. Bahkan lebih muda dari situs yang ada di Samudra Pasai,” ungkap Prof Arkeologi lulusan Harvard University AS itu, membenarkan hasil kajiannya selama tiga tahun.

Meskipun cukup melelahkan menyesar seluas 200 hektar areal sebaran situs, di atas punggung perbukitan hingga di kedalaman laut 15 meter untuk mendapatkan batu nisan dan artifak lainnya tergerus oleh hantaman tsunami di Aceh pada akhir tahun 2004.

Datok Mochtar dalam kesempatan itu menyarankan hasil penyelidikan bersama tim Arkeologi Universitas Syiah Kuala dan relawan dari Masyarakat Pencinta Sejarah Aceh (MAPESA), supaya dilaporkan kepada Pemerintah RI dan Pemerintah Aceh agar dilakukan pembebasan lahan.

Langkah selanjutnya disiapkan sebuah Pusat Riset Sejarah Islam Asia Tenggara dan sarana pendidikan sejarah Islam bagi generasi akan datang. Menurutnya ada tiga sentra situs besar berdiri di Desa Lamreh kelak mampu dipersatukan menjadi sebuah pusat kajian arkeologi nusantara terpenting di Aceh. Yakni situs Kerajaan Lamuri, situs Benteng Pasukan Armada Laut Perempuan Aceh ketika mengusir Portugis pada abad ke 15, Benteng Inong Balee dan situs Makam Laksamana Laut Keumala Hayati.

Didampingi Kepala Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya Unsyiah, Dr Husaini Ibrahim, Datok Mochtar, merasa optimis bahwa hasil temuan tim arkeologi yang dipimpinnya akan menjadi salah satu sumbangan besar bagi sejarah kebudayaan islam nusantara di Asia Tenggara. Maka kelak ia menyarankan supaya perlu diselenggarakan seminar tingkat internasional, terutama dari negara asean dan rumpun Melayu, agar lebih jelas diketahui oleh masyarakat luas, terutama generasi muda dan para akademisi untuk dikembangkan ke arah penyelidikan selanjutnya.

Hasil temuan situs batu nisan di desa Lamreh Kecamatan Mesjid Raya itu, tidak kurang dari 11 Raja (Malik) pernah memerintah Kerajaan Lamuri dari abad ke 10 hingga abad ke-13, sebelum diperangi oleh Kerajaan Mojopahit dan Sri Wijaya.

Dalam catatan perjalanan Laksamana Cheng Hoo (1371 – 1433), Kerajaan Lamuri dalam abad ke 11 hingga abad ke 13 M sudah ramai didatangi pedagang dari negeri luar, terutama bangsa Tamil India, Siam dan Arab. Karena di Lamuri waktu itu merupakan salah satu pusat niaga rempah-rempah dan emas dari kepulauan nusantara zaman pra Islam.

“Situs benteng Indra Patra berupa bekas candi Hindu Budha kuno zaman pra Islam di Aceh yang lokasinya sekitar 800 meter dari desa Lamreh. Satu bukti umat Hindu pernah menetap dan Berjaya di Aceh,” tambah Guru Besar Arkeologi USM Pulau Pinang itu.

Sementara itu menyemarakkan seminar, pihak Panitia menyelenggarakan pameran History Expo yang menampilkan sejumlah stand UKM, berbagai hasil temuan askavasi arkeologi di lokasi bekas Kerajaan Lamuri, pemutaran video penyelamatan bawah air, menggali situs di teluk Lamreh dan cendramata Bukit Lamreh.

-

Arsip Blog

Recent Posts