Kontingen Bantul Penampil Terbaik I Festival Kethoprak

Yogyakarta - Kontingen Kabupaten Bantul menjadi penampil terbaik I dalam ajang Festival Kethoprak antar kabupaten dan kota se-DIJ 2015. Kontingen ini dinobatkan sebagai juara dalam lakon Naliko Rasa Sengit Kalah Dening Pangapura, yang tampil di hari ketiga (30/11).

Ketua Dewan Juri Prof. Dr. Suminto A. Suyuti menilai, setiap kelompok telah menampilkan yang terbaik. Namun penilaian tetap diberlakukan untuk mendapatkan yang terbaik. Bantul, menurutnya, tampil dengan ruh kethoprak gaya Mataram yang kuat. “Setiap kontingen telah menampilkan perfoma terbaik mereka selama tiga hari. Pelestarian gaya Mataram memanglah tidak mudah, apalagi dinamika kethoprak terus berkembang. Tapi semangat mereka dalam melestarikan gaya ini sangat terlihat dari setiap pementasan,” ungkapnya.

Lakon yang dibawakan kontingen Bantul diolah dari naskah Sumunaring Surya ing Gagat Rahina, karya SH. Mintardja. Lakon ini mampu dibawakan secara baik oleh masing-masing penggawa kontingen. Bahkan kedua pemeran utama kontingen Bantul juga mendapatkan pemeran terbaik putra dan putri.

“Penjiwaan dari masing-masing pemain merupakan kunci penampilan. Sehingga tokoh yang dimainkan dapat benar-benar hidup,” imbuh Suminto.

Festival Kethoprak antar kabupaten dan kota se-DIJ 2015 berlangsung selama tiga hari. Dibuka Sabtu lalu (28/11) dan berakhir Senin (30/11). Berlangsung di Concert Hall TBY, setiap kontingen hadir dengan lakon yang berpijak pada sejarah tanah Mataram.

Kepala Dinas Kebudayaan DIJ Umar Priyono mengungkapkan, kethoprak tidak hanya tentang seni. Kearifan lokal ini menurutnya memiliki nilai-nilai pembelajaran. Terutama bagi masyarakat melalui lakon-lakon yang dibawakan. “Peran kita di dalam kesenian tidak hanya ekspresi dari gagasan. Tapi bagaimana menampikan situasi sosial yang dikemas dalam kethoprak. Ini bisa menjadi suri tauladan bagi kita. Karena sebagai warisan tradisi, kethoprak banyak memuat pesan penting dalam kehidupan,” kata Umar saat pembukaan, (28/11).

Sebagai warisan nenek moyang, kethoprak menurut Umar hadir sebagai penanda sejarah. Pasalnya kethoprak hadir dengan cerita yang berakar pada kehidupan sosial masyarakat. Sehingga dapat diibaratkan kesenian ini adalah mesin waktu cerminan sejarah masa lalu.

“Peran kethoprak itu tidak hanya dilihat dari segi kesenian. Bagaimana kearifan lokal ini berperan membaca sejarah masa lalu. Tentunya juga masa kini dan masa depan dalam lakon-lakonnya,” imbuhnya.

Malam pembukaan (28/11) menghadirkan dua kontingen Kota Jogjakarta dan Kabupaten Kulonprogo. Sebagai penampil pertama Kontingen Kota Jogja membawakan lakon Miyur. Lakon ini mengisahkan masa pemerintahan Amangkurat Agung sebagai Sultan Kasultanan Mataram Islam.

Kontingen Kabupaten Kulonprogo hadir dengan lakon Kasetyan. Lakon ini berpijak pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat II. Minggu malam (29/11) diawali Kabupaten Gunungkidul dengan lakon Penjalin Pethuk. Sedangkan Kontingen Kabupaten Sleman mengusung lakon berjudul Rara Mangli.

Kontingen Kabupaten Gunungkidul menjadi Penampil Terbaik II dengan lakon Penjalin Pethuk. Selanjutnya Penampil Terbaik III diraih Kontingen Kota Jogja dengan lakon Miyur. Sementara itu Penampil Terbaik IV diraih Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman sebagai Penampil Terbaik V.

-

Arsip Blog

Recent Posts