Tradisi Midang dalam Adat Perkawinan Sumsel Kehilangan Makna

Palembang, Sumsel - Sebuah perkawinan memiliki makna yang sangat sakral bagi masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir atau OKI, Sumatera Selatan. Hal ini terlihat dari rangkaian upacara adat pernikahan masyarakat OKI yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyangnya. Salah satu bagian dari upacara adat pernikahan yang memiliki makna sakral adalah prosesi Midang.

Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, tradisi Midang sudah menjadi agenda wisata budaya tahunan di OKI. Tradisi ini diselenggarakan beberapa hari setelah Lebaran.

Ratusan muda-mudi berbusana pengantin serta pengiringnya melakukan perarakan dengan berjalan kaki, mengelilingi sejumlah ruas jalan Kota Kayu Agung, ibu kota OKI. Perarakan ini dimeriahkan musik tanjidor.

Tradisi ini tidak hanya mendapat sambutan hangat ribuan masyarakat setempat, tetapi juga menarik perhatian wisatawan dari luar daerah. Bahkan hampir tiap tahun media cetak dan televisi nasional selalu memberitakan tradisi ini.

Abdur Rahman Ahmad, Ketua Pembina Adat Kabupaten OKI, mengatakan, Midang sendiri berarti berjalan-jalan sambil menjalin silaturahim dengan handai taulan yang dijumpai di sepanjang jalan. Dalam upacara adat perkawinan di OKI, Midang yang biasanya diselenggarakan Sabtu siang, dimaknai sebagai upaya memperkenalkan sepasang muda-mudi yang hendak menikah kepada khalayak.

Upacara adat pernikahan masyarakat OKI sebenarnya diawali dengan prosesi ”Manjau Ngajak”. Tradisi ini dilakukan Jumat sore, sehari sebelum Midang.

Dalam prosesi Manjau Ngajak, mempelai laki-laki beserta keluarganya bertandang ke rumah pengantin perempuan dengan membawa hantaran berupa makanan, pakaian, perhiasan, dan uang. Selanjutnya, mempelai laki-laki dan perempuan mengajak para bujang (pemuda) serta gadis setempat untuk mengiringi mereka dalam prosesi Midang esok harinya.

-

Arsip Blog

Recent Posts