Banyak Permainan Rakyat di Festival Pulau Penyengat

Tanjungpinang, Kepri - Dermaga keberangkatan menuju Pulau Penyengat di Tanjungpinang telah dipadati masyarakat sejak pukul 10.00 WIB, Minggu (21/2). Ini merupakan pemandangan yang tak biasa, bahkan di saat libur Hari Raya Idul Fitri sekalipun. Saking padatnya, warga harus rela mengantri bermeter-meter panjangnya, demi memperoleh giliran menaiki pompong untuk segera menyeberang.

Adalah Festival Pulau Penyengat (FPP) menjadi penyebab utama membludaknya pengunjung ke Pulau Penyengat. Warga berdatangan ke Pulau Penyengat menyaksikan berbagai jenis kegiatan yang diperlombakan. Berhubung hari ini (kemarin, red) adalah Minggu, didukung cuaca yang sangat mendukung, tidak panas. Maka jadilah waktu yang tepat untuk berwisata bersama keluarga.

FPP merupakan event perdana, yang didukung Kementerian Pariwisata dan diprakarsai Pemko Tanjungpinang.

Festival ini menyuguhkan 20 jenis kegiatan bercirikan melayu, dan dilaksanakan selama lima hari, dari 20-24 Februari 2016. Beberapa perlombaan tradisional yang diadakan, seperti sampan layar, gurindam 12, jong, layang-layang, pukul bantal, gasing, ngambat itik, renang tradisional, dan kuliner Melayu.

Pengunjung antusias menyaksikan perlombaan yang digelar, seperti lomba ngambat itik dan pukul bantal. Pada perlombaan ngambat itik, sejumlah itik dilepas di perairan, selanjutnya peserta berlomba-lomba mengejar itik untuk ditangkap. Sangat lucu, karena peserta kesulitan ketika mengejar itik yang berlarian ke sana kemari di permukaan laut. Karena kepayahan berlari dalam air, tidak sedikit peserta yang mengejar itik dengan cara berenang.

Bagaimana dengan perlombaan pukul bantal? Sesuai namanya, perlombaan ini menggunakan bantal guling sebagai senjata. Dua peserta terlebih dahulu duduk berhadapan di atas kayu pinang yang telah dibentuk serupa gawang. Baru setelah aba-aba diberikan, keduanya saling memukul. Repotnya, bantal yang digunakan menjadi sangat berat karena basah. Sehingga peserta tidak bisa memukul dengan lincah. Dalam perlombaan ini, yang jatuh pertama kali, dialah yang kalah. Tapi jangan khawatir, karena dilakukan di atas air, peserta yang jatuh tidak akan cedera.

Perlombaan lain juga tidak kalah serunya. Beberapa penonton mengaku senang dengan kegiatan yang diadakan. Mereka mengaku bingung harus menentukan mana yang akan ditonton terlebih dahulu. ”Semua perlombaannya unik. Maunya nonton semua, tapi karena diadakan bersamaan, kami tidak bisa menonton semuanya dari awal," ujar Suryanto, warga Kijang Kabupaten Bintan.

Bagi Anda pencinta sejarah? Dalam FPP ini juga diagendakan seminar Gurindam 12 yang dilaksanakan Senin (22/2) pukul 09.00 WIB di Balai Adat Pulau Penyengat. Dalam seminar ini, budayawan terkemuka di bumi Melayu, Rida K Liamsi, didapuk menjadi keynot speaker. Dan menyampaikan makalah dengan judul Gurindam XII Karya yang Melintasi Zaman.

Selain Rida K Liamsi, juga diundang pembicara dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Sedangkan dari daerah narasumber yang akan diundang adalah Syamsul Bahrum (tokoh masyarakat), Abdul Malik (akademisi dari UMRAH Tanjungpinang), Raja Malik Hafrizal (Budayawan Pulau Penyengat), Raja Abdurrahman (Budayawan Pulau Penyengat), dan Juramadi Esram, (Kadisparbud Kota Tanjungpinang).

-

Arsip Blog

Recent Posts