Kampanye Budaya Lokal, Film Dokumenter Dianggap Lebih Efektif

Jakarta - Film dokumenter dapat menjadi salah satu media untuk mengenalkan budaya lokal kepada generasi muda. Hal ini pula yang dipilih Sutradara dan Produser Film Dokumenter, Bambang Hengky.

Salah satu karya yang mengkampanyekan budaya lokal dapat disaksikan pada Dariah si Lengger Lanang (2010). Bambang memproduseri sendiri film yang berkisah tentang seorang lengger dari Banyumas bernama Dariah ini.

Dengan bujet Rp25 juta saat itu, film ini sukses meraih tiga pernghargaan yakni, juara pertama kategori Film Dokumenter Budaya 48 Tahun TVRI pada 2010, Best Director dan First Winner pada Festival Film FE UI 2012.

Yang terbaru, dia baru saja menyelesaikan film dokumenter Aura Magis Musik Bundengan yang dibiayai oleh Pemkab Wonosobo. Film ini tentang alat musik bundengan sebagai alat musik tradisional setempat, yang kini mulai terancam punah.

"Saya aktif produksi film dokumenter sejak 2006. Saat ini sudah ada lebih dari 29 film dokumenter yang telah diproduksi. Tema yang dibawa selain soal budaya, juga tentang lingkungan," ceritanya.

Menurutnya, film dokumenter menjadi media yang efektif untuk mengkampanyekan budaya lokal. Sebab, penonton akan melihat, merasakan, dan mendengarkan secara langsung produk budaya yang ingin film maker sajikan. Dengan demikian, akan lebih menggugah generasi muda untuk peduli budaya lokal.

Oleh karena itu, dia mengajak sineas muda untuk tidak terpaku pada cerita fiksi. Namun, jauh lebih menarik film yang berdasar riset dan data akurat berbasis lokalitas yang dapat memberi pengetahuan baru generasi muda.

"Film dokumenter dapat dijadikan alat propaganda. Bedanya, di sini kami menggunakan sebagai alat propaganda yang positif, yakni mengenalkan budaya yang hampir punah," katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts