Duta Bahasa untuk Menguatkan Bahasa Indonesia dari Gempuran Globalisme

Pekanbaru, Riau - Globalisme membuat bahasa asing, terutama bahasa Inggris, akan masuk ke sendi-sendi kehidupan banyak negara, termasuk Indonesia. Sebab, sebagai bahasa global yang digunakan antar-negara, bahasa Inggris akan dianggap lebih penting daripada bahasa suatu negara. Termasuk bahasa Indonesia. Reformasi bidang politik, ekonomi, dan hukum yang bergulir sejak Reformasi 1998 telah meniupkan angin kebebasan, termasuk dalam tata cara dan prilaku berbahasa masyarakat kita, tak terkecuali di Riau.

Keresahan inilah yang menjadi salah satu latar belakang pemilihan Duta Bahasa Provinsi Riau yang diselenggarakan setiap tahun, termasuk 2016 ini. Menurut salah seorang panitia, Dessy Wahyuni SS MPd, tujuan pemilihan Duta Bahasa ini antara lain meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia; mempertebal identitas, jatidiri, dan karakter bangsa Indonesia di kalangan generasi muda; meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia sebagai pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa; dan meningkatkan pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

"Yang tak kalah penting adalah menggugah kesadaran masyarakat untuk menempatkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing pada posisinya masing-masing sesuai kedudukan dan fungsinya sebagaimana dinyatakan dalam UU Nomor 24 Tahun 2009," ujar Dessy Wahyuni.

Untuk itu, kata Dessy, dalam pemilihan Duta Bahasa 2016 ini, generasi muda dari kalangan pelajar, mahasiswa, atau masyarakat umum yang tinggal di Riau, bisa mengikutinya. Syarat yang diberikan untuk acara ini juga sangat umum, yakni berusia 18-25 tahun, ber-KTP atau identitas lain yang menjelaskan domisili di Riau, menguasai bahasa Indonesia secara baik, memahami wawasan tentang budaya Melayu dan beberapa persyaratan lainnya. Pendaftaran masih dibuka hingga 9 Mei mendatang di Balai Bahasa Provinsi Riau, Komples Unri, Panam.

Panitia lainnya, Arpina SPd, menjelaskan, panitia nanti akan melakukan seleksi, salah satunya melalui Uji Kompetensi Bahasa Indonesia (UKBI) yang harus diikuti oleh seluruh peserta. Setelah itu, peserta yang dinyatakan lolos akan ikut dalam kontes babak final. Sebelum mengikuti babak final, para peserta harus menulis karya ilmiah tentang kebudayaan dan kebahasaan.

Dalam acara final, para peserta akan diuji oleh beberapa panelis (juri) yang memiliki kepakaran berbeda, yakni akademisi, budayawan, dan praktisi media. Penilaian yang utama adalah penguasaan bahasa Indonesia, Inggris, dan Melayu, penguasaan kebudayaan secara umum dan Melayu, juga peforma di atas panggung.

-

Arsip Blog

Recent Posts