Gempuran Asing Pudarkan Budaya Nasional

Jakarta - Masuknya budaya asing ke suatu negara merupakan sesuatu hal yang wajar dan tak dapat dibendung. Namun sayangnya, bagi Indonesia, masuknya budaya asing membuat budaya nasional menjadi memudar.

Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), Pontjo Sutowo mengatakan, pengaruh budaya asing menjadikan negara hanyut mengikuti budaya asing yang masuk, khususnya terhadap budaya Amerika. Jika dalam taraf awal pengaruh tersebut dimulai dari film-film Holywood, maka kini pengaruh tersebut sudah merasuk dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, militer, dan sistem hukum Indonesia.

“Karena itu, kita perlu memberikan perhatian khusus terhadap kebudayaan, agar kita tidak hanyut mengikuti budaya asing yang masuk,” tegas, Pontjo Sutowo Diskusi Panel YSNB Serial ke-10 dengan tema ‘Referensi Global’, di Jakarta, kemarin.

Dr. Irid Farida Rachman Agoes, M.A., Ph.D, dosen Universitas Indonesia, yang menjadi narasumber dalam diskusi itu, mengatakan, sebenarnya pendirian negara Amerika Serikat memiliki sejarah yang hampir sama dengan Indonesia. Yaitu sama-sama memerdekakan diri dari pihak penjajah.

Bedanya, Amerika mengembangkan budaya individualism dan Indonesia budaya kolektifitas. Indeks individualism budaya Amerika adalah 91, sedangkan indeks individualism budaya Indonesia hanya memiliki skor 14. Namun demikian, budaya individualism dan budaya kolektifitas ini bukan penentu maju tidaknya suatu negara.

Negara dengan budaya kolektifitas juga dapat maju, seperti misalnya budaya Singapura yang juga memiliki budaya kolektifitas karena indeks individualismnya memiliki skor 20. “Kemajuan pada dasarnya dapat dicapai dengan mampunya sebuah negara memaksimalkan nilai positif budaya yang ada dan meminimalisasi nilai negatif budaya yang ada”, kata Irid, adik kandung Prof. Dr. Arief Rachman, pakar pendidikan Indonesia.

Sementara itu, pemerhati budaya, A. Dahana, yang juga menjadi narasumber dalam diskusi itu memaparkan kemampuan Tiongkok yang tidak hanyut terhadap budaya asing. Ini karena Tiongkok mampu menerapkan konsep kepribadian nasional sebagai dasar dan teknologi barat sebagai alat praktis.

“Dapat dikatakan jika kemajuan Tiongkok pada saat ini diperoleh karena menerapkan politik dendam sejarah atas satu abad penghinaan nasional, sebagai motivasi kebangkitan Negara,” urai dosen Universitas Indonesia itu.

-

Arsip Blog

Recent Posts