Mengenal Tradisi “Matoron Sampan” di Sumenep

Sumenep, Jatim - Tradisi “matoron sampan” atau menurunkan perahu yang baru selesai dibuat ke laut lepas untuk dioperasikan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur sepertinya menjadi hal yang sakral bagi para nelayan di kabupaten ujung timur Pulau Madura ini.

Sebelum diturunkan ke laut (matoron sampan), pemilik perahu mendahuluinya dengan sukuran atau mengaji ayat-ayat Al Qur’an seperti surat Yasin diatas perahunya.

Pembacaan surat Yasin itu dilakukan sebanyak 41 kali oleh sejumlah warga yang sengaja diundang oleh pemilik perahu. Selain pembacaan surat Yasin, juga doa bersama dimaksudkan agar perahu yang akan digunakan untuk menangkap ikan itu selamat ditengah laut.

Saat membaca surat yasin, mereka menghitungnya dengan menggunakan biji jagung, setiap satu surat yasin, si pembaca harus mengambil satu biji jagung yang telah disediakan. Biji jagung tersebut dikumpulkan dan dibungkus plastik kemudian disimpan di perahunya.

“Ini sudah biasa dilakukan nelayan saat hendak memulai perahunya digunakan. Mereka mengaji dan makan diatas perahu, kemudian perahu ditarik ke laut bersama-sama,” kata Faisal Warid, warga Desa Gresik Putih, Kecamatan Gapura, Sumenep, Jumat (22/4/2016).

Saat menurunkan perahu dari bibir pantai yang berjarah sekitar 20 meter itu, warga yang ikut menariknya membacakan salawat hingga perahu sampai di air laut.

“Memang nelayan tidak sembarangan melakukan penurunan perahu karena kan kerjanya ditengah laut, sangat bahaya, makanya harus hati-hati sebelum digunakan,” jelasnya.

Waktu penurunan perahu pun tidak sembarangan, mereka memilih hari-hari yang dianggap bagus sehingga perahu tersebut membawa barokah bagi keluarganya.

“Proses membaca ayat-ayat suci dan berdoa diatas perahu dimaksudkan agar semua bahaya yang akan menimpa perahu itu tidak terjadi,” tuturnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts