Meriahnya Malam Budaya HUT ke-110 Kota Pekalongan

Pekalongan, Jateng - Berbagai kesenian budaya yang sudah lama tak terdengar, kembali ditampilkan dalam Malam Budaya HUT ke 110 Kota Pekalongan, Minggu (3/4). Mulai dari kesenian Sintren, Toa Kok Tui hingga Suma Budaya, tampil bergantian menghibur masyarakat malam itu.

Tak hanya kesenian dan budaya yang ditampilkan, kebiasaan khas nelayan pantura yang masih sering dilakukan yaitu mandaran, juga digelar di penghujung pertujukkan malam budaya tersebut. Dengan lauk ikan, dan disajikan menggunakan penampan, sejumlah pejabat seperti Wakil Walikota HM Saelany Mahfudz dan jajaran kepala dinas ikut menikmati mandaran dalam satu nampan.

Panitia Penyelenggara Malam Budaya, Suryono mengatakan, ditampilkannya berbagai macam kesenian dan budaya tradisional malam itu bertujuan untuk mengembalikan pentas budaya tradisional yang sudah lama menghilang. “Pekalongan sebenarnya memiliki budaya tradisional yang sangat bagus, dan berkembang di masyarakat. Namun ada yang hampir punah, salah satunya Sintren,” tutur dia.

Karenanya, malam hari itu Sintren ditampilkan dalam panggung yang besar agar dapat kembali mengingatkan masyarakat akan kesenian, dan budaya khas Pekalongan yang sejak dulu sudah eksis. “Dengan begitu, masyarakat kembali ingat indahnya kesenian Sintren. Harapannya pemerintah akhirnya juga dapat memberi porsi untuk mengapresiasi kesenian dan budaya tradisional seperti ini dengan porsi yang sama dengan kesenian lainnya,” tambah dia.

Suryono mengaku prihatin ketika melihat kelompok Sintren yang bermain malam itu, ternyata pemainnya sudah berumur tua. Lantas, berakibat pada skil bermain mereka.

“Ini karena tidak adanya regenerasi, sebagai dampak tidak adanya perhatian terhadap kesenian dan budaya tradisional. Sehingga masyarakat lupa dengan mereka,” bebernya.

Sementara mengenai mandaran, Suryono mengaku ingin mengajak masyarakat untuk bersama menikmati kebiasaan mewujudkan syukur yang biasa dilakukan nelayan. Di kalangan nelayan, mandaran dilakukan setelah pulang dari melaut. Ikan segar yang baru saja ditangkap, disisihkan sebagian untuk dimasak bersama dan disajikan bersama-sama untuk merasakan hasil kerja mereka.

“Disajikan dalam satu nampan, kemudian dimakan bersama. Ini perwujudan kebersamaan dan rasa syukur. Tadi malam, kami menyiapkan sebanyak 60 nampan yang bisa untuk sekitar 300 orang,” kata dia.

Sementara itu, Walikota Pekalongan, A Alf Arslan Djunaid dalam sambutannya menyatakan dukungannya terhadap upaya mengembalikan kesenian dan budaya tradisional yang sudah lama hilang. “Kami mengapresiasi kegiatan malam hari ini yang menampilkan kesenian dan budaya tradisional. Sehingga mengingatkan masyarakat akan keberadaan kesenian dan budaya,” kata Walikota.

Kedepan, Alex juga siap untuk memberikan porsi atau ruang bagi kesenian dan budaya tradisional yang lebih banyak lagi. Sehingga keberadaanya yang selama ini terancam punah, bisa bangkit kembali. “Kami siap mendukung agar kesenian dan budaya seperti ini kembali eksis,” pungkasnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts