11 Gamelan Pusaka Puro Mangkunegaran Dijamas

Solo, Jateng - Sebanyak 11 set gamelan pusaka milik Puro Mangkunegaran di Kota Solo dijamas saat bulan Ramadan. Gamelan yang memiliki usia ratusan tahun tersebut dibersihkan agar tetap terhindar dari kerusakan.

Proses jamasan gamelan koleksi istana dinasti Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said mulai dilaksanakan tanggal satu Ramadhan. Satu demi satu perangkat gamelan dikeluarkan guna dicuci di depan Pendopo Ageng.

11 set gamelan yang dijamas yakni Kiai Kanyut Mesem, Kiai Lipur Sari, Kiai Windu Segoro, Kiai Pamedarsih, Kiai Basworo, Kiai Udan Asih, Kiai Udan Arum, Kiai Mardiswara, Kiai Nogo Limo, Kiai Precet, dan Kiai Tombo Ning.

"11 gamelan dijamas satu tahun sekali setiap bulan Ramadan," ungkap Joko Pramudyo, abdi dalem pariwisata Puro Mangkunegaran di sela-sela jamasan pusaka gamelan, Senin (13/6/2016).

Jamasan sekaligus untuk mengontrol kondisi gamelan yang termasuk benda cagar budaya. Jamasan menggunakan ramuan dari asam kawak, batu hijau, lansol, kalsit, dan bensin. Untuk menjamas satu set gamelan, dibutuhkan waktu seharian, mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB dan bahkan lebih dari sehari. Prosesnya cukup panjang mulai dicuci dengan air mengalir, dilap, hingga diberi pewangi.

Pembersihan sangat hati-hati karena usia gamelan sangat tua. Tali-tali di gamelan yang putus juga harus diganti. Selama ini, gamelan tersimpan di empat tempat berbeda. Lima di antaranya di Pendopo Ageng, dua di Kemantren Langen Projo, satu di bangsal Prang Wedanan, sedangkan lainnya di Gedong Gamelan.

Pria yang menjadi juru pelihara Balai Pelestarian Benda Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah ini mengungkapkan bahwa 11 set gamelan memiliki keistimewaan yang berbeda. Seperti Kiai Kanyut Mesem ditabuh saat upacara adat, Kiai Lipur Sari untuk tarian upacara adat, sedangkan Kiai Basworo, Kiai Pamedarsih, Kiai Windu Segoro untuk menyambut tamu tamu resmi kenegaraan.

Sejumlah gamelan itu kini masih dipakai untuk mengiringi latihan tari. Dahulu, gamelan juga juga dipakai untuk mengiringi latihan keprajuritan.

Sementara, gamelan Udan Asih dan Udan Arum ketika terjadi masa kekeringan. Pada saat seperti itu, digelar doa bersama agar hujan segera turun. Gamelan Kiai Mardiswara juga memiliki keunikan karena tabung gamelan terbuat dari kaca kristal dari negara Jerman. Bahkan, dahulu juga sering dipamerkan saat tradisi Sekaten yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta.

Gamelan Kiai Kanyut Mesem berasal dari Kerajaan Demak. Gamelan ini pernah dipakai untuk mengiringi Gusti Raden Ayu (GRAy) Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani menari di pernikahan Putri Juliana di Belanda.

Prosesnya, gamelan ditabuh di Puro Mangkunegaran dan disender langsung melalui radio. Putri mantan penguasa Puro Mangkunegaran Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro VII tersebut akrab dipanggil Gusti Nurul. Perempuan berjuluk Si Kembang Mangkunegaran ini tutup usia pada November 2015 di usia 94 tahun.

11 gamelan usianya bervariasi, namun lebih dari 100 tahun. Jamasan ditargetkan selesai pada 21 Ramadhan dan selama periode itu gamelan tidak boleh dibunyikan. Sebelum jamasan dimulai, terlebih dahulu dilaksanakan wilujengan dan doa agar diberi keselamatan dan kelancaran sesuai keinginan.

Meski usianya beragam, 11 set gamelan yang terbuat dari perunggu semuanya memiliki keunggulan suara. Tanpa alat pengeras tambahan, suara gamelan sudah sangat jelas dan enak didengar di telinga.

"Secara kasat mata, jamasan sebenarnya tak lebih dari proses pemeliharaan gamelan sebagai alat musik tradisional Jawa. Bahan baku gamelan perlu dipelihara secara rutin agar terhindar dari korosi yang akhirnya merusak titi laras," timpal Pangageng Kemantren Langen Praja Puro Mangkunegaran Bambang Mbesur Suryono.

-

Arsip Blog

Recent Posts