Jelang Lebaran Tarif PSK Lorong Indah Pati Melejit

Menjelang Lebaran, tarif kencan di komplek lokalisasi PSK Lorong Indah (LI), Pati, Jawa Tengah, melejit dua kali lipat dari hari-hari biasa. Para PSK beralasan, hal itu dilakukan guna mencari uang untuk berlebaran. “Kita tidak ada THR, wajar jika tarif naik hitung-hitung untuk THR,” ujar para PSK penghuni LI dengan enteng.

Jumlah PSK LI saat ini sekitar 300-400 orang. Umumnya berusia 19-20 tahun, kendati ada di antaranya yang berumur 30-40 tahun. Jumlah ini stabil, tak pernah berkurang atau berlebih. Jumlah muncikari ada sekitar 50 orang. Para PSK dan muncikari itu berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Sesuai ketentuan Pemkab Pati, semua tempat hiburan meliputi karaoke, salon kecantikan, dan termasuk lokalisasi PSK LI selama Ramadan ditutup total. Namun faktanya, setelah Ramadan hari pertama tempat-tempat itu tutup, hari berikutnya beroperasi lagi. Karenanya, Satpol-PP dan polisi setempat kerap melakukan razia. Satpol-PP dan polisi merazia semua hotel, salon-salon kecantikan, terutama salon kecantikan “plus” dan tempat karaoke.

Puluhan pasangan yang berbuat mesum, berhasil ditangkap dalam razia itu. Mereka diproses di Polres Pati sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Tetapi anehnya, lokalisasi PSK LI tidak terjamah razia. Lokalisasi PSK LI di luar bulan suci Ramadan, lazimnya beroperasi dari pukul 10.00 hingga 24.00. Tetapi di bulan Puasa ini, jam operasional diubah menjadi buka mulai pukul 22.00 setelah salat tarawih, dan tutup pukul.03.00 dini hari sebelum saat sahur. Sedangkan di siang hari tutup total.

Pada hari-hari biasa, tarif sekali kencan di sana antara Rp 150.000 - Rp 200.000. Sedangkan saat Ramadan ini tarif naik menjadi Rp 300.000 - Rp 400.000 bahkan sampai Rp 500.000 untuk sekali kencan. Sekali lagi, alasan kenaikan tarif itu adalah untuk mencari uang THR (Tunjangan Hari Raya) bagi para PSK.

PSK dan muncikari LI menaikkan tarif setelah tahu kalau praktik maksiat di hotel-hotel dan salon kecantikan saat ini berhenti karena dirazia Satpol-PP dan Polisi. Adapun tempat-tempat karaoke sebagian tidak beroperasi karena takut digerebek aparat. Akibatnya, para pria hidung belang berbondong-bondong menyalurkan hasratnya di lokalisasi PSK LI.

Sejumlah tokoh di Kabupaten Pati menyesalkan sikap pihak berwajib yang terkesan membiarkan kompleks lokalisasi PSK LI beroperasi meski memilih waktu selepas saat buka puasa dan sahur. Suara para tokoh seakan sama sekali tak direspon pihak aparat. Ini bukti bahwa “Pati Kota Plesiran”, predikat negatif yang menempel sejak dulu. (Tulisan ini dkirim oleh heruchristiyonoamari)

-

Arsip Blog

Recent Posts