Dosen UNJ Revitalisasi Tari Jatilan

Jakarta - Tari Jatilan atau lebih dikenal dengan Jaran Kepang, belakangan dinilai telah banyak dipengaruhi budaya dari daerah lain. Butuh waktu satu tahun untuk Dosen Tari Universitas Negeri Jakarta, Kartika Mutiara Sari, merevitalisasi dan mengembalikan sesuai pakem semula.

Pada 1972, pertunjukan Jaran Kepang pernah menjadi sangat terkenal sebagai kesenian tradisional khas Kabupaten Temanggung. Bahkan, Jaran Kepang pernah ikut serta dalam pembukaan Taman Mini Indonesia Indah dengan 1.500 penari pada 20 April 1975. Perkembangan Jaran Kepang pada masa itu tidak lepas dari R Soebagyono sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Temanggung. Dia menata kembali gerak, iringan, tata rias, busana, serta unsur pendukung lainnya.

Belakangan, kesenian ini kurang dilestarikan dan perlahan hilang. Kartika yang juga putra sulung R Soebagyono, menilai Jaran Kepang kini telah banyak dipengaruhi budaya dari daerah lain. Dia khawatir ini akan merusak ciri khas dari Jatilan di Kabupaten Temanggung.

"Yang sekarang sedang in adalah unsur budaya Bali, seperti Leak dan tari-tarian Bali. Seharusnya tidak masuk di situ karena tidak sesuai," tuturnya.

Keinginan mengembalikan Jaran Kepang sesuai pakem sebenarnya sudah sejak 2005. Saat itu dalam tesisnya, Kartika mengulas tentang perkembangan Jaran Kepang dalam konteks perubahan sosial. Riset untuk mengembalikan Jaran Kepang pada yang asli makin intensif pada 2015. Dia membuka kembali manuskrip Jatilan untuk merekonstruksi gerakan tari dan musik.

Seni pertunjukan hasil revitalisasi ini kemudian tampil dalam acara Pasar-Pasaran Temanggung di Museum Nasional Indonesia, Sabtu (30/7) lalu. Dia melatih secara langsung 15 penari Jaran Kepang yang diiringi oleh 15 pemain musik dari Desa Lamuk, Temanggung, untuk dapat tampil.

"Tantangannya adalah saya harus melakukan semuanya sendiri. Dengan daya upaya dan dana sendiri," imbuhnya.

Dalam video Revitalisasi Tari Jaran Kepang, Kabid Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Temanggung, Didik Nuryanto, menyebut Jaran Kepang memiliki kelompok paling banyak. Jumlahnya mencapai 80% dari 43 jenis kesenian rakyat di Temanggung.

Sebagai putra asli Temanggung, Maestro Tari Indonesia Didik Hadi Prayitno, menilai kesenian tradisional Temanggung memiliki identitas. Jika identitas tidak ada, maka akan hilang. Maka, pemilik nama panggung Didik Nini Thowok ini mengapresiasi upaya revitalisasi Jaran Kepang ini.

-

Arsip Blog

Recent Posts