Merayakan Kemerdekaan dengan Festival Melayu

Jakarta - Jakarta Melayu Festival (JMF) akan kembali memanjakan telinga penikmat musik Melayu pada tahun ini. Pertunjukan musik yang sudah ada sejak 2012 tersebut memasuki tahun kelima perjalanannya. Namun, pagelaran kali ini sedikit berbeda, panitia tidak memasang tarif bagi pengunjung yang ingin melihat pertunjukan tersebut.

Pada tahun sebelumnya, panggung yang selalu dihiasi penyanyi melayu kenamaan tersebut selalu memasang biaya untuk pembelian tiket. "Kenapa gratis? Ini hadiah bagi masyarakat Indonesia untuk berpesta dengan musik melayu. Pesta kita bersama, pesta rakyat Melayu," kata Geisz Chalifah selaku penggagas acara JMF saat konferensi pers di Jakarta, pertengahan pekan kemarin.

Geisz menjelaskan, JMF sengaja untuk menggelar acaranya di bulan Agustus agar bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-71 Republik Indonesia. "Acara ini sekaligus merayakan kemerdekaan sebagai pengingat bangsanya dan dalam rangka sosialisasi budaya Indonesia," kata Geisz. JMF memilih mengusung tema "71 Daulat Negeri" berhubungan dengan umur kemerdekaan Indonesia tahun ini.

Pemilihan lokasi pun memiliki makna tersendiri dalam menjunjung tinggi nilai Melayu. Ancol Beach City dipilih karena berkaitan dengan semangat masyarakat Melayu di pesisir pantai. Tidak hanya itu, kata Geisz, JMF tahun ini berbeda dari konser-konser sebelumnya. Sebab, JMF baru pertama kali akan menggelar panggung di ruang terbuka. Kondisi itu menjadi tantangan tersendiri bagi panitia.

JMF 2016, kata Geisz, tidak akan menampilkan konsep konser dengan musikalisasi seperti biasanya terkait pemilihan konser di ruang terbuka. "Kali ini akan lebih banyak improvisasinya," ucap Geisz.

JMF 2016 akan dimeriahkan oleh Iyeth Bustami, Darmansyah, Hendri Lamiri, dan masih banyak lagi. Di antara sekian banyak pengisi acara, terdapat nama Nong Niken dan Kiki Ameera. Keduanya dianggap spesial, sebab menjadi wakil musisi yang masih terbilang muda dan mau menggeluti musik Melayu.

Masyarakat dapat mengunjungi JMF pada 20 Agustus 2016 mendatang untuk menikmati sajian musik Melayu dari para musisi tersebut di bawah orkestra Anwar Fauzi. "Kemampuan individu dan olah vokal setiap musisi akan ditampilkan sepenuhnya dengan format Melayu. Ini menjadi bukti bahwa musisi kita tidak kalah hebat dengan musisi di luar sana," ucap Geisz.

Mantan menteri Agrariad Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan yang turut hadir mengaku mendukung diadakannya acara tersebut. "Sudah pantas menampilkan rasa cinta yang semakin besar dalam rangka 71 tahun Indonesia. Dengan menampilkan lagu-lagu Melayu kita menumbuhkan kecintaan pada negeri sendiri," tutur politikus Partai Nasdem tersebut.

Ferry mengatakan, budaya Melayu adalah identitas Indonesia. Dia menegaskan, salah satu orisinalitas nilai keindonesiaan berangkat dari Melayu. "Siapa pun yang membicarakan Melayu bukan soal etnis atau ras melainkan identitas keindonesiaan."

Mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan turut menyambut kegiatan itu sebagai upaya pelestarian kekayaan Nusantara. Anies berharap, pemerintah dapat lebih peduli dalam melindungi kebudayaan Indonesia. "Pemerintah harus terus memberikan dukungan untuk pengembangan kebudayaan kita. Dukungan pemerintah lebih dari doa, tapi harus ada sumber daya. Itu harus selalu dilakukan dan jumlahnya harus terus diperbesar," ujarnya.

Tidak hanya itu, Anies pun memiliki kecemasan tersendiri soal budaya Indonesia. Dia menyebut, kalau masyarakat tidak bergerak lebih intensif, nanti dikhawatirkan ekspresi budaya tradisional Indonesia justru tidak akan mendapat tempat. Alasan itulah yang menyebabkan Anies turut membantu JMF sejak awal pertunjukan berlangsung 2012 silam.

Anies menaruh perhatian lebih terhadap musik Melayu karena adanya pesan dalam lagu-lagu tradisional tersebut. Anies mengatakan, salah satu kekuatan budaya Melayu justru pada syairnya. Bagaimana syair-syairnya itu mengirimkan pesan moral tentang kehidupan dan keindahan.

"Ini yang menurut saya perlu saya teruskan dan besarkan. Bukan hanya iramanya mengundang harmoni yang menyatu dengan ekspresi rasa kita, tapi pesan-pesannya yang saya rasa penting," kata mantan rektor Universitas Paramadina tersebut.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon juga mengapresiasi diadakannya JMF. Menurut dia, budaya Indonesia seperti musik Melayu dapat menjadi kekayaan Nusantara. Hanya saja, Fadli melihat, eksistensi musik Melayu tidak lagi kuat di negeri sendiri.

Politikus Partai Gerindra itu menilai, inisiatif untuk mengadakan JMF adalah satu hal yang patut dan harus didukung sebagai satu upaya untuk mengapresiasi dan menghargai musik Melayu. "(Musik Melayu) Identitas yang sangat penting, tetapi lama-kelamaan makin tergusur," kata Fadli menjelaskan.

-

Arsip Blog

Recent Posts