Pesona Festival Budaya Kaliman Barat

Pontianak, Kalbar - Keberagaman budaya menjadi tolak ukur Indonesia jauh lebih dikenal oleh wisatawan, tentunya dengan berbagai event maupun festival budaya lokal yang diadakan.

Kalimantan Barat menjadi salah satu provinsi yang tak luput dari festival budaya. Provinsi yang dikenal akan etnis Tionghoa, Melayu dan Dayak ini juga memiliki festival budaya yang sayang untuk dilewatkan.

Beberapa festial budaya yang pernah digelar di Kalimantan Barat, antara lain Pekan Gawai Dayak ke-XXXI yang berlangsung pada pada 20 Mei 2016 lalu. Agenda budaya tahunan masyarakat Dayak ini merupakan salah satu ritual ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang dipusatkan di Rumah Radakng, Pontianak.

Pekan Gawai Dayak pun dikemas dengan tampilan menarik dan berbagai macam acara kesenian, termasuk pula adat budaya maupun pameran produk kerajinan khas Dayak. Sebelum acara dimulai, pembukaan terlebih dahulu dimeriahkan dengan adanya parade karnaval keliling kota Pontianak. Dimana puluhan kendaraan hias beserta masyarakat yang ikut serta menggunakan pakaian tradisional juga turut memeriahkan rangkaian karnaval.

Kegiatan seni budaya yang diagendakan pun beragam seperti aneka perlombaan permainan tradisional Dayak. Uniknya perlombaan yang kerap dilaksanakan seperti lomba menyumpit, pangkak gasing, seni lukis tato, lomba tangkap babi, pahat patung dari bahan kayu, melukis perisai, lukis kanvas, menganyam manik dan seni lukis tato. Dan tak luput diadakan juga pameran kerajinan tradisional dan kuliner, serta pementasan dan pertujukan seni, lomba tari, nyanyi lagu Dayak, sastra lisan, peragaan busana dan busana kreasi Dayak.

Kemudian Meriam Karbit, menjadi salah satu objek wisata khas budaya Melayu yang biasanya dilaksanakan beberapa minggu sebelum perayaan hari raya Idul Fitri. Pergelaran meriam karbit ini terbilang unik, yakni bentuknya yang besar, dentuman suara yang keras hingga tempatnya yang berada di pesisir Sungai Kapuas.

Meriam karbit juga terdiri dari beberapa bagian. Lubang yang terdapat pada bagian bawah meriam berguna untuk membuang air dan sisa-sisa karbit yang digunakan. Sedangkan koran berlubang yang tertempel pada bagian mulut meriam berfungsi agar gas hasil reaksi antara karbit dan air nggak bebas keluar sebelum disulut api.

Tradisi meriam karbit sendiri bermula dari kebiasaan untuk menandakan waktu berbuka puasa pada zaman Kerajaan Pontianak. Ada juga cerita asal muasalnya meriam karbit. Jadi menurut para ahli sejarah saat raja pertama kota Pontianak yakni Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie sempat diganggu oleh hantu saat ingin membuka lahan untuk bertempat tinggal di Pontianak, Sultan pun memerintahkan pasukannya mengusir hantu-hantu tersebut dengan menyalakan meriam.

Meriam karbit sendiri dibuat oleh masyarakat dengan rata-rata berdiameter 80 sentimeter dan panjang 7 meter. But, ada juga lho meriam yang berdiameter 1,8 meter dan panjang 8 meter.

Ada lagi perayaan Cap Go Meh yang selalu terlihat meriah di Kalimantan Barat, khususnya kota Singkawang. Tepatnya pada 22 Februari 2016 lalu, perayaan Cap Go Meh selalu jatuh pada tanggal 15 bulan pertama Imlek. Tujuan diadakan perayaan Cap Go Meh sendiri sebagai penutup rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek, dimana pertunjukan dimeriahkan dengan atraksi barongsai, ular naga, choi lam shin atau keranjang jelangkung dan atraksi tatung.

Menurut kepercayaan Tionghoa nih, ritual pawai tatung diyakini mampu mengusir roh-roh jahat dari seluruh penjuru kota.

Atraksi seru juga ditampilkan para tatung yang telah dirasuki oleh roh leluhur hingga mereka di bawah alam sadar saat mempertunjukkan ilmu kesaktiannya, seperti menusuk pipi, kebal dengan senjata tajam hingga mengupas kelapa dengan gigi.

Perayaan Cap Go Meh sendiri sebenarnya merupakan hari penobatan Kaisar Hanwudi pada masa Dinasti Han Barat yang naik takhta pada tanggal 15 bulan pertama Imlek pada tahun 104 SM dan menjdi hari raya Nasional negeri Tiongkok.

-

Arsip Blog

Recent Posts