Tahun 2016 Ini Benteng Tujuh Lapis Tambusai Direvitalisasi

Pekanbaru, Riau - Tapak sejarah perjuangan Pahlawan Nasional Tuanku Tambusai melawan Penjajah Kolonial Belanda berupa Benteng Tujuh Lapis atau Benteng Aur Duri, tahun 2016 ini mulai dilakukan pembenahan berupa revitalisasi kawasan tersebut.

Revitalisasi Kawasan Benteng Tujuh Lapis tersebut terungkap saat dilakukannya pertemuan antara Himpunan Keluarga Rokan Hulu (HKR) dengan Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Ciptada) Provinsi Riau, Sabtu, 30 Juli 2016, di Bilik Musyawarah Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.

“Untuk Tahun Anggaran 2016 ini, pembenahan akan lebih berfokus pada zona penyangga, pengembangan, dan penunjang,” kata perwakilan konsultan perencana, Masyuri.

Bertajuk "Revitalisasi Kawasan Tradisional Bersejarah Benteng Tuanku Tambusai Kabupaten Rokan Hulu”, tampak hadir antara lain wakil dari Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Ciptada) Riau, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Rokan Hulu, Dinas Cipta Karya Rokan Hulu, Agus Tri Mulyono dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batusangkar (wilayah kerjanya mencakup Provinsi Sumbar, Riau, dan Kepri), Dinas Pertambangan Kab. Rokan Hulu, Lurah Tambusai Tengah, Yuharman, dan Kepala Desa Talikumain, Mualimin, Kecamatan Tambusai Rokan Hulu.

Selain unsur pemerintah, juga terlihat tokoh-tokoh masyarakat Rokan Hulu, seperti sejarawan Ridwan Melay, akademisi Emrizal Tambusai, Usman Malik, anggota DPRD Riau Samsurizal, Marjeni Yahya, Joni Irwan, Imran Tambusai, Jonnaidi Dasa, budayawan Al Azhar (yang juga Ketua Umum DPH LAM Riau), dan lain-lain.

Pertemuan tersebut berlangsung dari pukul 10.00-16.30 itu, Dinas Ciptada Provinsi Riau melalui konsultan perencananyaa, Masyuri, menjelaskan, revitalisasi dirancang melalui pendekatan kawasan, dengan membaginya ke dalam empat zona.

Keempat zona itu terdiri dari zona inti (situs dan perkitaran Benteng Tuanku Tambusai itu sendiri), zona penyangga, zona pengembangan, dan zona penunjang.

“Sebab, Benteng Tuanku Tambusai sudah terdaftar sebagai cagar budaya. Oleh karena itu, untuk membenahinya terlebih dulu harus ada Kajian Pelestarian oleh pakar-pakar sejarah, arkeologi, dan lain-lain. Tanpa kajian itu, pembenahan di zona inti dikhawatirkan akan merusak nilainya sebagai cagar budaya,” jelas Agus Tri Mulyono dari BPCB Batusangkar.

Menurut konsultan, pembenahan kawasan di luar zona inti dilakukan dalam bentuk pembangunan gerbang di dua titik berjarak sekitar 2 km dari Benteng Tuanku Tambusai, dilengkapi diorama menggambarkan momen-momen kesejarahan dan perjuangan Pahlawan Nasional Tuanku Tambusai.

Gerbang pertama, dibangun di tepi jalan masuk Dalu-dalu dari Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara, yakni di lingkungan Kubu Baling-baling Kelurahan Tambusai Tengah.

Sedangkan gerbang kedua, dibangun di sekitar Kubu Talikumain, di pangkal jalan memasuki Desa Talikumain dari arah Pasir Pengaraian. Kemudian, di sepanjang jalan utama yang menghubungkan kedua titik itu akan dipasang lampu penerang.

Setelah menyimak paparan dari konsultan, tokoh-tokoh masyarakat asal Rokan Hulu yang menghadiri pertemuan itu menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Riau yang telah memprogramkan kegiatan pembenahan Benteng Tuanku Tambusai itu.

Sejarawan Ridwan Melay, dalam tanggapannya menyampaikan agar pemugaran di zona inti harus mempertahankan orisinalitas fisik Benteng Tuanku Tambusai itu, dan itu dapat dilakukan setelah Kajian Pelestarian.

“Kita jangan melanggar hukum. Ikuti aturan sesuai dengan UU No. 11/2010 tentang Cagar Budaya. Selain itu, menghargai dan membangun kesadaran sejarah itu, jangan setengah-setengah,” kata Ridwan Melay.

Putera Mahidin Said, penulis pertama sejarah perjuangan Tuanku Tambusai, Emrizal Tambusai, menggarisbawahi harapan agar Benteng Tuanku Tambusai dan kawasan sekitarnya segera dibenahi.

“Sudah banyak rencana dibuat dan dibahas di masa lalu, termasuk rencana dan pembahasan melalui seminar nasional tahun 2007, tapi sampai hari ini rencana tinggal rencana,” katanya.

Baginya, perencanaan apapun yang dibuat, sepanjang sesuai aturan perundang-undangan, silakan saja. “Yang saya tunggu adalah pembenahan konkret, dan saya rasa semua hadir dalam pertemuan ini sama dengan saya, mendukung penuh rencana pembenahan oleh Ciptada Provinsi Riau ini, dan siap memberikan bantuan yang diperlukan untuk mewujudkan pembenahan tersebut,” tutupnya.

Sementara itu, tokoh HKR lainnya, Marjeni Yahya, mengharapkan ke depan figur Tuanku Tambusai lebih ditonjolkan dalam bentuk-bentuk yang mudah dikenali, diingat, dan menonjolkan semangat serta citra keperkasaan beliau dalam berjuang.

-

Arsip Blog

Recent Posts